KABARBURSA.COM - Penjualan residensial menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 31,2 persen year-on-year (yoy) pada kuartal I-2024, sementara harga jual rata-rata (average selling price/ASP) tetap stabil dengan pertumbuhan sebesar 1,9 persen yoy. Lantas, bagaimana prospek saham-saham properti seperti BSDE, CTRA, dan SMRA?
Menurut analis MNC Sekuritas, Muhamad Rudy Setiawan, lonjakan biaya sewa memicu peningkatan kepemilikan rumah, yang naik menjadi 84,5 persen pada 2023. Hal ini menandakan pergeseran minat konsumen yang semakin tertarik pada produk properti.
Di sisi lain, sektor properti mengalami pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income) rata-rata sebesar 11,5 persen yoy pada kuartal I-2024.
“Absennya mal baru dalam dua tahun terakhir berdampak positif pada pemulihan tingkat okupansi, khususnya di Jakarta, dengan rata-rata tingkat okupansi di wilayah Jabodetabek mencapai 70,3 persen pada kuartal I-2024,” ujar Rudy dalam risetnya.
MNC Sekuritas mempertahankan peringkat overweight untuk sektor properti, didorong oleh rata-rata diskon NAV (net asset value) sebesar 55-70 persen. Saham utama yang direkomendasikan adalah Bumi Serpong Damai (BSDE), Ciputra Development (CTRA), dan Summarecon Agung (SMRA).
Potensi Saham:
- BSDE: Rekomendasi beli dengan target harga Rp1.400. Saat ini, saham BSDE diperdagangkan di harga Rp1.030, menawarkan potensi keuntungan (cuan) sebesar 36 persen.
- CTRA: Rekomendasi beli dengan target harga Rp1.300. Saat ini, saham CTRA berada di harga Rp1.270, dengan potensi keuntungan sebesar 2,3 persen.
- SMRA: Rekomendasi beli dengan target harga Rp750. Saat ini, saham SMRA diperdagangkan di harga Rp595, memberikan potensi keuntungan sebesar 26 persen.
- PWON: Rekomendasi beli dengan target harga Rp585. Saham Pakuwon Jati (PWON) saat ini diperdagangkan di harga Rp420, menawarkan potensi keuntungan sebesar 39 persen.
Meskipun sektor properti mendapatkan keuntungan dari program insentif pajak pertambahan nilai (PPN) dan bauran produk dengan harga rumah di bawah Rp5 miliar per unit, beberapa faktor penghambat seperti narasi hawkish dan pengaruh tahun pemilu harus diperhatikan. Dengan potensi cuan yang menjanjikan, saham-saham ini bisa menjadi pilihan menarik bagi para investor.
Pendapatan BSDE Naik 31 Persen
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengalami lonjakan pendapatan usaha yang mengesankan pada kuartal pertama 2024, tumbuh dua digit sebesar 31,25 persen menjadi Rp3,77 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya mencapai Rp2,88 triliun.
Dominasi segmen penjualan tanah, bangunan, dan strata title menjadi pendorong utama, menyumbang 88,98 persen dari total pendapatan usaha konsolidasi BSDE, setara Rp3,36 triliun. Ini menjadikannya sebagai segmen terbesar dalam portofolio perusahaan.
Tidak hanya itu, segmen sewa juga menunjukkan performa yang solid dengan kontribusi Rp234,66 miliar, atau 6,22 persen dari pendapatan usaha konsolidasi, menempatkannya di posisi kedua.
Sementara itu, segmen pengelola gedung menyumbang Rp92,00 miliar, atau 2,44 persen dari total pendapatan usaha konsolidasi selama tiga bulan pertama 2024, menempati posisi ketiga dalam kontribusi.
CTRA Raih Penjualan Terbaik 2023
Marketing sales PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencetak prestasi luar biasa pada 2023 dengan total penjualan mencapai Rp10,2 triliun, melonjak 24 persen secara year on year (YoY). Angka ini melampaui target prapenjualan yang sebesar Rp9,8 triliun, mencapai 105 persen dari target yang ditetapkan.
Keberhasilan ini didorong oleh program insentif PPN yang dilaksanakan sejak November lalu, yang menyumbang Rp769 miliar terhadap total marketing sales. Suku bunga hipotek yang tetap menguntungkan sepanjang tahun juga berperan besar, dengan hipotek menjadi metode pembayaran utama bagi pelanggan CTRA.
Beberapa faktor mendukung prospek saham CTRA ke depan, termasuk prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,3-5,7 persen pada 2024. Pertumbuhan ekonomi yang positif ini diharapkan dapat mendorong permintaan terhadap properti. Program pemerintah dalam kebijakan PPN pembelian rumah juga diperkirakan akan memberi dorongan tambahan pada sektor properti tahun ini.
Namun, investor perlu memperhatikan sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi saham CTRA, seperti kebijakan pemerintah pasca-pemilu, ketidakpastian politik, serta kondisi pasar keuangan global.
Lonjakan Marketing Sales SMRA Capai 43 Persen
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengalami lonjakan signifikan dalam marketing sales pada Mei 2024, mencatat angka Rp406 miliar—meningkat 43 persen secara bulanan (MoM) dan melesat 79,7 persen secara tahunan (YoY). Kenaikan ini didorong oleh kontribusi besar dari proyek Summarecon Bekasi yang menyumbang hampir Rp124 miliar dan Summarecon Serpong sebesar Rp115 miliar.
Secara kumulatif, dalam lima bulan pertama 2024, SMRA membukukan marketing sales sebesar Rp1,5 triliun, naik 11,7 persen YoY. Proyek Summarecon Serpong menyumbang 34 persen dari total marketing sales, diikuti oleh Summarecon Bekasi dengan kontribusi 29 persen.
Meski pencapaian Mei menunjukkan performa kuat, riset Ciptadana Sekuritas Asia menunjukkan bahwa realisasi dari Januari hingga Mei masih di bawah ekspektasi, mencapai hanya 30 persen dari target tahunan sebesar Rp5 triliun. Secara historis, SMRA sering kali membukukan sekitar 61 persen dari total marketing sales pada paruh kedua tahun ini.
Ciptadana Sekuritas optimis bahwa SMRA akan dapat memenuhi target tahunan jika marketing sales bulan Juni mencapai setidaknya Rp500 miliar. Namun, jika pencapaian bulan Juni turun di bawah angka tersebut, target tahunan mungkin akan direvisi menjadi Rp4,5 triliun, setara dengan realisasi 2023.
PWON Tunjukkan Kinerja Solid
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencatatkan kinerja yang mengesankan di kuartal I-2024 dengan pendapatan yang meningkat 10,5 persen menjadi Rp1,53 triliun. Laba kotor juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 14 persen, mencapai Rp851,5 miliar, dan margin laba kotor meningkat menjadi 55,6 persen dari sebelumnya 54 persen. Ini menunjukkan efisiensi operasional yang kuat.
PWON berhasil meraih marketing sales sebesar Rp385 miliar, tumbuh 29 persen YoY, berkat dukungan insentif pajak PPN DTP dari pemerintah. Pendapatan berulang, yang menyumbang 78 persen dari total pendapatan, meningkat 10,8 persen menjadi Rp1,2 triliun.
Dengan target harga saham sebesar Rp530, PWON memiliki potensi keuntungan sebesar 41 persen dari harga saat ini yang berada di Rp376 per saham. Meskipun ada risiko terkait suku bunga dan perubahan kebijakan pemerintah, prospek jangka panjang PWON tetap menunjukkan kekuatan yang menjanjikan.(*)