Logo
>

Potensi IHSG Bullish Belum Tentu Terjadi hingga Akhir 2024

Ditulis oleh Syahrianto
Potensi IHSG Bullish Belum Tentu Terjadi hingga Akhir 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mengungkapkan segera melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan pertimbangan pasar tenaga kerja dan inflasi. Tingkat pengangguran di AS meningkat, dari 4,1 persen pada Juni 2024 menjadi 4,3 persen pada Juli 2024, sedangkan inflasi mulai mendekati target 2 persen yang ditetapkan oleh The Fed.

    Hasilnya, pasar saham dunia mulai mengalami peningkatan setelah pernyataan dovish Powell. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat, 23 Agustus 2024, Wall Street mengalami penguatan. Indeks Dow Jones Industrial Average naik signifikan sebesar 462,3 poin atau sekitar 1,14 persen, mencapai level 41.175,08. Indeks S&P 500 juga mencatat kenaikan yang substansial, naik 63,97 poin atau 1,15 persen, menjadi 5.634,61. Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 258,44 poin atau 1,47 persen, berakhir di level 17.877,79.

    Tidak hanya pasar saham global yang menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa Indonesia juga menunjukkan performa yang kuat, menutup pekan lalu di level 7.544 dengan kenaikan 1,51 persen dalam seminggu terakhir. Namun, hal ini menyisakan pertanyaan mengenai apakah indeks ini terus menguat, bertahan, atau justru sebaliknya.

    Menurut Teguh Hidayat, seorang pengamat pasar modal yang juga menjabat sebagai Direktur Avere Investama, kinerja IHSG di sisa tahun ini kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh sentimen terkait penurunan suku bunga The Fed. Namun, Teguh mengingatkan bahwa kenaikan IHSG di tahun 2024 mungkin akan tetap terbatas.

    Hal ini disebabkan oleh kenaikan saat ini yang sebagian besar didorong oleh ekspektasi pasar, sementara penurunan suku bunga The Fed itu sendiri belum terealisasi. Meskipun demikian, harga saham dan indeks sudah mulai merespons lebih awal. "Ketika penurunan suku bunga benar-benar terjadi, mungkin akan ada aksi ambil untung yang dapat menekan IHSG dan harga saham kembali turun," jelasnya.

    Teguh juga memprediksi bahwa aksi ambil untung ini kemungkinan akan terjadi dalam jangka pendek, terutama pada bulan September atau Oktober. Ia memperkirakan bahwa IHSG bisa turun hingga level 7.200 sebelum akhirnya kembali menguat, dengan puncak tertinggi diprediksi berada di kisaran 7.700 pada akhir tahun 2024.

    Selain itu, Teguh menyoroti bahwa kinerja IHSG akan dipengaruhi oleh performa emiten yang kurang terpengaruh oleh perubahan suku bunga. Sebagai contoh, kinerja PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang cenderung fluktuatif tidak terlalu terdampak oleh perubahan suku bunga. Menurutnya, sektor yang berpotensi mendapatkan sentimen positif adalah sektor batubara karena kemungkinan kenaikan harga komoditas.

    Selain itu, emiten dengan bisnis impor atau yang terkait dengan obligasi dolar juga akan mendapatkan manfaat dari pelemahan indeks dolar AS setelah penurunan suku bunga The Fed. Contohnya, bisnis PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) akan diuntungkan oleh penurunan harga gandum impor, sementara sektor unggas akan diuntungkan oleh penurunan harga jagung. Emiten properti dengan eksposur terhadap surat utang dolar juga berpotensi mendapatkan dampak positif.

    "Secara umum, penurunan suku bunga berarti adanya potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga hampir semua sektor akan mendapatkan manfaat," ungkap Teguh.

    Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai bahwa apabila kondisi domestik, termasuk stabilitas politik, tetap mendukung, IHSG seharusnya bisa menguat seiring dengan tren positif di indeks global lainnya. Ia berharap bahwa penurunan suku bunga The Fed akan diikuti oleh langkah serupa dari Bank Indonesia (BI) untuk mendukung perekonomian domestik.

    "Penurunan suku bunga akan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat, serta membuat investasi saham menjadi lebih menarik. Dengan begitu, saham diharapkan akan naik," ujar Nico.

    Nico mencatat bahwa saat ini IHSG masih menunjukkan performa yang cukup baik dan mampu mencapai level tertinggi meskipun ada ketidakpastian ekonomi. Ia memprediksi bahwa IHSG bisa mencapai kisaran 7.640 hingga 7.720 pada akhir tahun 2024.

    Nico juga melihat bahwa hampir semua sektor saham memiliki potensi untuk naik jika suku bunga The Fed benar-benar diturunkan, dengan sektor keuangan yang diperkirakan akan menjadi yang pertama bergerak naik. Sektor lainnya seperti properti, konsumer non-siklikal, otomotif, dan energi juga diproyeksikan akan menguat, sementara sektor kesehatan mungkin akan sedikit tertinggal karena sifatnya yang lebih defensif. (*)

    Disclaimer:  Kabarbursa.com dan semua informasi, konten, materi, dan layanan yang disediakan di situs web ini atau melalui situs web ini hanya untuk tujuan informasi umum dan tidak merupakan nasihat investasi, keuangan, hukum, akuntansi, atau profesional lainnya.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.