Logo
>

Prediksi: Dunia Surplus, 2025 Harga Beras Bisa Mulai Turun

Ditulis oleh KabarBursa.com
Prediksi: Dunia Surplus, 2025 Harga Beras Bisa Mulai Turun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rerata harga beras yang diperdagangkan di Chicago Board of Trade (CBOT) diproyeksikan mengalami penurunan secara tahunan atau year on year (YoY) sebesar 3,9 persen, menjadi USD15,85 per cut-weight tonnage (cwt) pada tahun 2025.

    Angka ini menunjukkan penurunan dari rerata harga beras yang diproyeksikan sebesar USD16,5 per cwt pada tahun 2024.

    Menurut para periset BMI, yang merupakan lembaga riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings, penurunan ini terjadi karena kondisi surplus beras yang diperkirakan terjadi pada tahun 2024/2025.

    “Pada 2024—2025, kami memperkirakan bahwa sektor beras global akan kembali mengalami surplus setelah mengalami tiga kali defisit musiman berturut-turut antara 2021—2022 dan 2023—2024, yang memperkuat pandangan kami bahwa rata-rata harga CBOT yang terdaftar pada bulan kedua, beras kasar berjangka [rough rice futures] akan turun menjadi USD15,85/cwt pada 2025, turun sebesar 3,9 persen yoy,” tulis BMI dalam laporan terbaru, dikutip Jumat 12 April 2024.

    Dalam pandangan BMI, peningkatan produksi dan konsumsi dunia akan meningkat masing-masing sebesar 2,3 persen yoy menjadi 525 juta ton dan 0,1 persen yoy menjadi 520 juta ton. Dengan demikian, surplus sebesar 4,9 juta ton akan tercapai.

    Sehubungan dengan produksi, BMI memproyeksikan produksi China Daratan (Mainland Chinese), setelah dua musim penurunan berturut-turut, akan meningkat sebesar 3,0 persen yoy dari 145 juta ton menjadi 149,4 juta ton pada tahun 2024—2025, bergantung pada kondisi cuaca normal.

    “Kami juga yakin bahwa peralihan dari peristiwa El Nino saat ini ke kondisi La Nina, yang menurut Pusat Prediksi Iklim Amerika Serikat atau US Climate Prediction Center (CPC) mungkin terjadi 62 persen antara Juni dan Agustus 2024, akan mendukung produksi beras yang lebih tinggi di sebagian besar wilayah Asia Tenggara,” papar BMI.

    Demikian pula, hilangnya kondisi El Nino menguntungkan seiring dengan curah hujan monsun tahunan di India, dengan prakiraan pertama untuk monsun pada 2024 volume curah hujan normal.

    Dari sisi permintaan pasar, BMI memperkirakan volume konsumsi di China dan India akan tetap stabil pada tahun 2024—2025, setelah kedua negara tersebut menunjukkan pertumbuhan di atas tren selama pandemi, sehingga akan mengurangi dampak fluktuasi di pasar-pasar yang lebih kecil pada total volume konsumsi dunia.

    Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat atau US Department of Agriculture (USDA), rasio stok terhadap penggunaan beras dunia - tidak termasuk China - diperkirakan akan turun ke level terendah dalam lima musim sebesar 16,2 persen pada akhir musim 2023—2024, yang diperkirakan akan berbalik pada tahun 2024—2025.

    “Namun dalam hal risiko, kami mencatat bahwa rasio stok terhadap penggunaan beras dunia [tidak termasuk China] rata-rata sebesar 16,1 persen per akhir musim selama 2010an. Dengan demikian, posisi pasar selaras dengan norma-norma historis saat ini.”

    BMI memproyeksikan harga beras akan kembali turun pada 2026, dengan perkiraan harga rata-rata sebesar USD15,65/cwt.

    Setelah itu BMI mengatakan harga akan kembali ke tren kenaikan, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,5 persen per tahun pada tahun 2027 dan 2028.

    Proyeksi Harga Beras BMI:

    • 2024f : USD16,5/cwt
    • 2025f : USD15,85/cwt
    • 2026f : USD15,65/cwt
    • 2027f : USD15,89/cwt
    • 2028f : USD16,12/cwt

    Namun, BMI memberikan 2 tantangan yang bakal menghambat proyeksi harga tersebut.

    Pertama, pembatasan perdagangan. Dibandingkan dengan biji-bijian pangan utama lainnya, volume ekspor beras relatif kecil dibandingkan dengan produksi dunia, sehingga menjadikan pasar internasional sensitif terhadap pemberlakuan pembatasan perdagangan seperti yang telah dijelaskan pada krisis harga beras global pada tahun 2007—2008 dan saat ini periode pembatasan ekspor beras India.

    Pada kedua periode tersebut, peningkatan harga beras dalam negeri – yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya pengalihan ke pasar ekspor mengingat tingginya harga beras internasional – mendorong pemerintah untuk menerapkan pembatasan perdagangan untuk menstabilkan pasokan beras dalam negeri, yang merupakan bahan makanan pokok yang sangat penting.

    Kedua, kondisi cuaca. Padi merupakan tanaman yang membutuhkan banyak air, sehingga volume penanaman dan panen sangat sensitif terhadap kondisi curah hujan.

    Akibatnya, dua peristiwa cuaca besar di Asia yang dapat berdampak besar terhadap ekspektasi panen adalah pola iklim El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan monsun tahunan India.

    Pola iklim ENSO berdampak pada tingkat curah hujan di Asia Tenggara, dengan kejadian El Nino yang berhubungan dengan curah hujan di bawah rata-rata dan kejadian La Nina yang berhubungan dengan curah hujan di atas rata-rata.

    Pada 2024, CPC memperkirakan peristiwa El Nino saat ini akan mereda pada April—Juni 2024 dan kondisi La Nina akan terkonfirmasi pada bulan Juni-Agustus 2024.

    Sementara itu, monsun India yang cenderung mulai terjadi pada bulan Juni dan berakhir pada September, memberikan 70 persen—90 persen total curah hujan tahunan di India.

    “Oleh karena itu, sangat penting bagi prospek sektor pertanian pada musim tertentu. Terlebih lagi, dalam beberapa musim terakhir, gelombang panas yang berkepanjangan di China daratan bagian tenggara telah menjelaskan ancaman negatif perubahan iklim.”

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi