Logo
>

Produk China dan PPN 12 jadi Ancaman, INTA Siapkan Strategi Khusus

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Produk China dan PPN 12 jadi Ancaman, INTA Siapkan Strategi Khusus

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Intraco Penta Tbk (INTA) mengungkapkan, ada banyak tantangan yang harus dihadapi perseroan pada 2025, terutama terkait persaingan dengan produk China yang membanjiri pasar alat berat di Tanah Air.

    Direktur Utama INTA Petrus Halim mengatakan, salah satu strategi dalam menghadapi persaingan alat berat Tiongkok adalah dengan mempertahankan pangsa pasar melalui persaingan harga serta dan berfokus memberikan nilai tambah yang memuaskan konsumen.

    “Menjaga kualitas serta tingkat pelayanan kepada pelanggan khususnya dalam hal layanan purna jual dan menjaga ketersediaan suku cadang dan kesiapan mekanik yang dapat menentukan tingkat kepuasan konsumen sehingga dapat beralih kepada produk-produk yang ditawarkan oleh INTA Grup,” kata Petrus dalam keterbukaan informasi, Rabu, 25 Desember 2024.

    Menurutnya, banjir produk alat berat China dapat memberikan keuntungan kepada konsumen karena memberikan beragam pilihan. Kendati demikian, hadirnya produk alat berat China merupakan keuntungan bagi dealer INTA yang memiliki infrastruktur lengkap di seluruh jaringan dealer.

    “Titik berat ada pada layanan purna jual dan memberikan solusi yang komprehensif atas kebutuhan barang modal untuk proyek pelanggan,” ujarnya.

    Ia menambahkan, saat ini INTA didukung oleh infrastruktur yang memadai sehingga membutuhkan investasi dan butuh operator serta manajemen yang berpengalaman. Menurutnya, INTA memiliki peluang besar karena memiliki pengalaman 54 tahun di bisnis alat berat.

    Selain menghadapi serbuan produk China, Pihak INTA mengakui kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen pada Januari 2025 bakal berdampak kepada harga alat berat yang dijual ke konsumen.

    Pihak INTA meyakini PPN 12 persen akan berdampak pada semua bidang usaha. Oleh karena itu, perseroan akan melakukan monitoring, fokus melihat dampaknya serta akan melakukan mitigasi untuk meningkatkan kinerja perseroan.

    “Terkait mengenai pajak alat berat, tentu ini akan menjadi beban dari pengguna alat berat. Perseroan belum dapat memberikan pernyataan secara lengkap dan masih menunggu petunjuk detil, manajemen akan mempelajari jika juklak dari pajak ini telah diberikan oleh pemerintah,” kata Petrus.

    Kinerja Keuangan INTA

    Mengutip dari Stockbit, INTA terus menghadapi tantangan berat dalam menjaga stabilitas keuangan sepanjang tahun 2024. Berdasarkan laporan hingga kuartal ketiga, perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp43 miliar. Angka ini meningkat dari kerugian sebesar Rp15 miliar pada periode yang sama di tahun 2023.

    Secara tahunan, total kerugian perusahaan dalam 12 bulan terakhir mencapai Rp68 miliar. Hasil ini menunjukkan tekanan keuangan yang terus berlanjut dibandingkan kerugian Rp40 miliar pada periode yang sama di 2023.

    Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja keuangan INTA terus mencatatkan pola yang serupa, dengan rugi bersih tahunan pada 2022 mencapai Rp87 miliar dan 2021 sebesar Rp411 miliar.

    Meski pendapatan perusahaan belum dirinci untuk tahun 2024, pola dalam beberapa tahun terakhir mengindikasikan adanya penurunan signifikan. Hal ini menyoroti tantangan dalam mempertahankan daya saing dan operasional perusahaan di tengah tekanan ekonomi dan kompetisi industri.

    Market cap perusahaan pada akhir September 2024 tercatat sebesar Rp43 miliar. Sementara itu, enterprise value perusahaan mencapai Rp3,099 triliun, menunjukkan bahwa nilai aset perusahaan tetap besar meski kinerja laba bersih terus menurun.

    Pada kuartal pertama 2024, INTA mencatatkan rugi bersih sebesar Rp8 miliar, yang kemudian membengkak menjadi Rp21 miliar pada kuartal kedua. Penurunan ini semakin dalam di kuartal ketiga dengan rugi bersih mencapai Rp43 miliar. Pola ini menunjukkan perlunya langkah strategis untuk memperbaiki efisiensi operasional dan daya saing perusahaan.

    Dengan tren yang ada, INTA dihadapkan pada kebutuhan untuk mengambil langkah konsolidasi dan restrukturisasi guna mengatasi tekanan keuangan serta memastikan keberlanjutan bisnis ke depan.

    Rasio PE (Price-to-Earnings) annualised INTA saat ini tercatat sebesar -0,45, sementara PE TTM (Trailing Twelve Months) berada di angka -0,64. Rasio negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam posisi rugi, sehingga sulit untuk menghitung laba per saham sebagai acuan valuasi. Sebagai perbandingan, median PE TTM Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di angka 6,93, memperlihatkan kesenjangan besar dalam performa INTA dibandingkan rata-rata pasar.

    Rendahnya kinerja INTA juga tercermin dari earnings yield TTM yang mencapai -156,94 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi di saham INTA saat ini belum menghasilkan keuntungan yang berarti bagi pemegang saham.

    Sementara dari sisi valuasi harga, rasio Price-to-Sales TTM hanya 0,04, menunjukkan harga saham saat ini sangat kecil dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. Rasio Price-to-Book Value INTA bahkan mencatat angka negatif sebesar -0,02, menggambarkan nilai pasar perusahaan yang lebih rendah dari nilai bukunya.

    Di sisi lain, Price-to-Cashflow TTM berada di angka 0,33 dan Price-to-Free Cashflow TTM tercatat 0,74. Meskipun ini memberikan sinyal positif bahwa arus kas perusahaan masih cukup untuk mendukung aktivitas operasional, tekanan laba bersih tetap menjadi isu utama.

    Sedangkan untuk rasio EV (Enterprise Value) terhadap EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) INTA mencapai 101,26, sementara rasio EV terhadap EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) berada di angka 65,78. Rasio yang tinggi ini menunjukkan beban operasional yang besar dibandingkan dengan nilai perusahaan, menambah tantangan dalam mencapai efisiensi operasional.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.