KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti peran penting produsen gas industri dalam mendukung sektor manufaktur.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang menyatakan bahwa kebutuhan gas industri termasuk gas oksigen sebesar 587.000 ton per tahun, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, bengkel, industri kecil, akuakultur, produksi baja, dan stainless steel.
Sementara itu, gas nitrogen sebesar 673.000 ton per tahun digunakan untuk industri kecil, rumah sakit, pendinginan, produksi stainless steel, gas inert, pengeboran minyak, dan enhanced oil recovery.
"Kebutuhan gas karbon dioksida sebesar 84.000 ton per tahun juga penting untuk pendingin, industri kecil, rumah sakit, karbonasi, pengeboran migas, dan gas mulia. Selain itu, terdapat kebutuhan lain untuk gas-gas sebesar 106.000 ton per tahun. Dengan kapasitas produksi saat ini, kebutuhan domestik dapat terpenuhi," jelas Agus Gumiwang pada Kamis, 9 Mei 2024.
Agus menekankan bahwa dengan berkembangnya aktivitas hilirisasi industri mineral, baik logam maupun non-logam, serta pembukaan kawasan industri baru, permintaan gas industri seperti oksigen akan terus meningkat.
Permintaan gas oksigen khususnya untuk industri smelter, industri baja, stainless steel, industri mineral, baik logam maupun non-logam, dan industri lainnya.
Pada masa pandemi COVID-19, Agus menggarisbawahi, pentingnya pembelajaran bagi semua pihak, termasuk dalam memperkuat infrastruktur untuk mendukung sektor manufaktur.
"Infrastruktur menjadi kunci utama dalam memajukan sektor manufaktur," tegasnya.
Dia mengakui kontribusi produsen gas Indonesia selama pandemi sangat berharga bagi negara.
Agus menyebutkan bahwa tantangan ke depan bagi produsen gas industri adalah meningkatkan kesiapan teknologi dan infrastruktur untuk mengembangkan pasar domestik, serta meningkatkan efisiensi proses agar dapat bersaing di pasar global.
"Kami berkomitmen untuk menerbitkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor gas industri, termasuk pengembangan energi baru seperti hidrogen dan amonia hijau," ujarnya.
Pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau menjadi strategi penting menuju target Net Zero Emission (NZE) industri tahun 2050 dengan menggantikan bahan baku fosil dengan bahan baku dari sumber terbarukan.
"Kolaborasi yang kuat dalam menghadapi perubahan iklim melalui dekarbonisasi sektor industri sangat diharapkan," pesan Menperin Agus.