KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau dalam kode saham BRIS menjadi salah satu emiten yang direkomendasikan PT Indo Premier Sekuritas alias IPOT dalam perdagangan 3 sampai 7 Januari 2025.
Bank yang lebih dikenal dengan nama BSI ini didirikan pada 1 Februari 2021. Dilansir dari laman resminya banksbsi.co.id pada Senin, 3 Januari 2025. BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. melalui Surat Keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 04/KDK.03/2021 secara resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021. Selanjutnya, pada 1 Februari 2021, Presiden ketujuh, Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI.
Susunan komposisi pemegang saham BSI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 50,83 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 24,85persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25 persen. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5 persen.
10 global Islamic Bank
Dilansir dari laporan keuangannya di Stockbit di Jakarta pada Senin, 3 Januari 2025, BRIS tergolong mencatat kinerja keuangan yang solid dengan laba bersih dalam dua belas bulan terakhir atau trailing twelve months (TTM) mencapai Rp6.611 miliar.
Pendapatan perusahaan juga mengalami pertumbuhan yang positif dengan total pendapatan dalam periode yang sama sebesar Rp24.222 miliar.
Dari segi profitabilitas, margin laba kotor pada kuartal terakhir tercatat sebesar 68,90 persen, sementara margin laba operasi mencapai 35,74 persen dan margin laba bersih sebesar 26,96 persen.
Dari sisi valuasi, rasio harga terhadap laba atau price to earnings ratio (TTM) berada di level 20,45 kali, sedangkan rasio harga terhadap laba ke depan atau forward price to earnings ratio tercatat sebesar 18,10 kali. Rasio harga terhadap nilai buku berada di level 3,11 kali, sementara rasio harga terhadap penjualan tercatat 5,58 kali. Sementara itu, rasio harga terhadap arus kas bebas atau price to free cash flow tercatat sebesar 16,66 kali.
Efektivitas manajemen dalam menghasilkan keuntungan tercermin dari rasio pengembalian aset atau return on assets yang mencapai 1,78 persen, sementara rasio pengembalian ekuitas atau return on equity tercatat sebesar 15,20 persen. Selain itu, return on capital employed dalam dua belas bulan terakhir berada di angka 2,40 persen, sedangkan return on invested capital mencapai 15,96 persen.
Dari sisi solvabilitas, perusahaan mencatat rasio total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 7,52 kali dengan leverage keuangan mencapai 8,52 kali. Perusahaan juga mencatat arus kas dari aktivitas operasi dalam dua belas bulan terakhir sebesar 9.555 miliar rupiah, dengan arus kas bebas atau free cash flow mencapai Rp8.111 miliar.
Dalam hal pertumbuhan, pendapatan perusahaan pada kuartal terakhir meningkat sebesar 13,08 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba kotor juga tumbuh sebesar 6,78 persen, sementara laba bersih mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 24,28 persen secara tahunan.
Dari sisi pasar modal, saham BRIS mengalami kenaikan harga sebesar 25,75 persen dalam satu tahun terakhir. Dalam lima tahun terakhir, harga saham telah melesat hingga 870,20 persen. Saat ini, kapitalisasi pasar BRIS tercatat sebesar Rp135,159 miliar dengan nilai enterprise sebesar Rp130,098 miliar.
Perusahaan juga tetap memberikan imbal hasil kepada pemegang saham dengan membagikan dividen sebesar Rp18,55 per saham, yang mencerminkan rasio pembayaran dividen sebesar 12,57 persen dan hasil dividen atau dividend yield sebesar 0,63 persen. Tanggal cum dividen terakhir tercatat pada 30 Mei 2024.
Pekan Pertama Februari 2025
Salah satu saham yang direkomendasikan adalah PT Adaro Andalan Indonesia atau dalam kode saham AADI. Dengan harga newcastle coal futures yang stabil di kisaran USD115 per ton, sentimen positif tetap terjaga bagi emiten batu bara. Stabilitas harga ini menunjukkan permintaan yang masih solid meskipun pasokan global tinggi, sehingga memberikan kepastian bagi produsen batu bara dalam menjaga profitabilitasnya.
Selanjutnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau dalam kode saham BRIS juga masuk dalam daftar rekomendasi. Lonjakan investasi asing langsung (FDI) yang meningkat 33,3 persen YoY pada kuartal IV 2024 menjadi faktor pendorong utama. Pertumbuhan investasi yang signifikan dalam sektor pemrosesan mineral dan kendaraan listrik memberikan dampak positif pada BRIS, yang mencatatkan portofolio pembiayaan kendaraan listrik sebesar Rp171 miliar per Desember 2024, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 476 persen.
Kemudian ada GoTo Gojek Tokopedia atau dalam kode saham GOTO direkomendasikan untuk dibeli saat terjadi breakout. Inflasi Indonesia yang mulai meningkat secara moderat mencerminkan potensi perbaikan daya beli masyarakat. Hal ini diperkirakan akan berdampak pada peningkatan transaksi di platform e-commerce Tokopedia serta layanan on-demand Gojek, khususnya di sektor transportasi dan pengiriman makanan.
Rekomendasi terakhir adalah Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI). Dalam kondisi makroekonomi saat ini, reksa dana indeks yang mengacu pada Pefindo i-Grade berpotensi menguntungkan emiten dengan peringkat kredit tinggi. Lonjakan FDI sebesar 33,3 persen YoY pada kuartal IV 2024 menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia, yang akan memberikan manfaat bagi sektor perbankan, manufaktur, dan infrastruktur yang menjadi bagian dari indeks ini.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.