KABARBURSA.COM - Mandiri Group resmi meluncurkan Program Cerdas Investasi, Finansial Mandiri sebagai upaya untuk mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pasar modal
Program cerdas investasi ini dirancang agar mudah diakses, inklusif, dan mampu menjangkau segmen masyarakat yang lebih luas, sekaligus mengajak publik untuk mulai berinvestasi secara cerdas dan bertanggung jawab.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana mengatakan, dalam kolaborasi ini pihaknya menyediakan program literasi keuangan dan investasi yang komprehensif dengan dukungan para tenaga ahli keuangan dan investasi Mandiri Sekuritas.
"Hal itu untuk memastikan lebih baiknya tingkat pemahaman peserta akan berbagai produk dan layanan keuangan khususnya di pasar modal," ujar dia dalam acara peluncuran di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, 6 Mei 2025.
Oki menambahkan program ini juga akan mengedukasi para peserta tentang akses produk keuangan melalui teknologi digital Mandiri Sekuritas yang bersahabat guna memulai investasi serta mengelola investasi dengan mudah dan aman.
Diketahui, program ini merupakan hasil kolaborasi dari PT Bank Mandiri Tbk, Mandiri Sekuritas, dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Oki menegaskan, ketiga belah pihak berkomitmen untuk mensukseskan program ini dengan target lebih dari satu juta investor baru sampai akhir tahun 2025.
"Selain itu, akan diselenggakkan secara berkelanjutan di tahun-tahun mendatang. Lebih tercapainya percepatan literasi dan inklusi keuangan pasar modal Indonesia," jelasnya.
Sementara itu Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menekankan sinergi ini sejalan dengan kampanye Aku Investor Saham dan menjadi bagian dari upaya strategis untuk mempercepat inklusi pasar modal di Indonesia.
"Melalui kolaborasi dengan Mandiri Group, kami optimistis jumlah investor pasar modal Indonesia akan terus bertumbuh seiring dengan peningkatan literasi dan akses masyarakat terhadap investasi yang aman dan terjangkau." kata Jeffrey.
Investor BEI Tembus 15,8 Juta
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia atau BEI I Gede Nyoman Yetna, memaparkan data geliat kenaikan di pasar modal sepanjang 2025 dengan pipeline pencatatan saham, obligasi, dan aksi korporasi yang terus bertumbuh.
Hingga 2 Mei 2025, sebanyak 13 perusahaan telah resmi mencatatkan sahamnya di BEI, menghimpun dana publik sebesar Rp6,94 triliun. Antusiasme emiten pun terlihat dari daftar antrean yang terus bertambah, dengan 30 perusahaan kini berada dalam pipeline pencatatan saham BEI.
"Terdapat 3 perusahaan yang masuk kategori aset skala kecil dengan total aset di bawah Rp50 miliar, 17 perusahaan berskala menengah dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 10 perusahaan berskala besar dengan aset di atas Rp250 miliar," kata Nyoman melalui keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com, Minggu, 4 Mei 2025.
Peminat dari berbagai sektor cukup merata, mencerminkan luasnya potensi sektor riil yang ingin menghimpun dana melalui pasar modal. Secara sektoral, pipeline pencatatan saham ini mencakup beragam industri.
Tercatat 1 perusahaan berasal dari sektor bahan baku (Basic Materials), 4 perusahaan dari sektor barang konsumsi siklikal (Consumer Cyclicals), serta 5 perusahaan dari sektor barang konsumsi non-siklikal (Consumer Non-Cyclicals).
Sektor energi diwakili oleh 3 perusahaan, sementara sektor keuangan dan kesehatan masing-masing menyumbang 4 perusahaan.
Di sektor industri terdapat 3 perusahaan yang bersiap melantai, dan sektor infrastruktur mencatat 1 perusahaan. Tidak ada perusahaan dari sektor properti dan real estat dalam pipeline kali ini, sementara sektor teknologi diisi oleh 2 perusahaan dan sektor transportasi & logistik oleh 3 perusahaan.
Di sisi pasar obligasi, aktivitas juga menunjukkan dinamika yang tinggi. Sampai saat ini, telah diterbitkan 44 emisi dari 31 penerbit Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), dengan dana yang dihimpun mencapai Rp57,4 triliun.
Pipeline obligasi turut menunjukkan geliat signifikan, dengan 56 emisi dari 43 penerbit yang tengah menunggu giliran. Menariknya, sektor keuangan menjadi tulang punggung pipeline ini dengan 23 perusahaan, disusul sektor energi sebanyak 8 perusahaan.
Sektor bahan baku menyumbang 4 perusahaan, sektor barang konsumsi non-siklikal tercatat 3 perusahaan, dan sektor industri diwakili oleh 2 perusahaan. Sektor kesehatan, infrastruktur, dan properti & real estat masing-masing mencatat 1 perusahaan, sementara sektor teknologi serta transportasi & logistik tidak tercatat dalam pipeline obligasi saat ini.
Untuk aksi korporasi, khususnya rights issue, BEI mencatat bahwa hingga 2 Mei 2025 telah ada 4 perusahaan yang berhasil menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp0,86 triliun.
Pipeline rights issue pun masih berjalan, dengan 4 perusahaan tercatat sedang memproses penerbitannya. Pipeline ini terdiri atas 2 perusahaan dari sektor bahan baku, 1 perusahaan dari sektor kesehatan, serta 1 perusahaan dari sektor transportasi & logistik.(*)