KABARBURSA.COM – Prospek bisnis di bidang farmasi dan alat kesehatan Indonesia memiliki prospek yang cukup positif. Meski, tantangan terbesarnya adalah bagaimana mengurangi ketergantungan terhadap impor pengadaan bahan baku dan produk kesehatan.
Karena itu, pemerintah diminta mendorong penciptaan iklim dan regulasi yang ramah sehingga bisa menumbuhkan daya saing industri kesehatan dalam negeri.
“Saya masih optimis dan tentu mengharapkan ke depan daya saing industri kesehatan dalam negeri bisa meningkat dengan mengandalkan bahan baku dan produk kesehatan lokal,” kata Musjwirah Jusuf Kalla, Dirut PT Sarana Mediktama Kemang-KMC Hospital di sela-sela acara Talk Show dengan tema Economic Outlook Indonesia 2024.
Saat memberikan keterangan, Ira JK, begitu sapaan akrab perempuan yang juga Wakil Ketua PP IKAFE Unhas ini, didampingi Sekjen IKAFE (Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Universitas Hasanuddin, Mohammad Suaib Mappasila, di Turere Coffee by Kopiriolo, Kemang Jakarta Selatan, Jumat, 19 Januari 2024.
Talk Show yang dihadiri Ira JK digagas Pengurus Pusat IKAFE Unhas. Talk Show tersebut menghadirkan Presiden Direktur Schroders Michael T Tjoajadi, dan Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Bidang Ekonomi Kantor Staf Presiden RI, Ishak Saing. Juga tampil sebagai narasumber, Prof Dr Wasiaturrahma, SS, MSi, Guru Besar Ekonomi dan Perbankan Universitas Airlangga Surabaya, serta Andi Muhammad Sadat, PhD, Ketua Prodi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
Ketua PP IKAFE Unhas, Hendra Noor Saleh, dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa talk show tersebut merupakan kerja kolaborasi dengan Upi Show dari Kabar Group Indonesia . Untuk seri perdana, membahas prospek perekonomian Indonesia di tahun 2024, sekaligus sebagai forum manajemen, akuntansi, ekonomi pembangunan, bisnis digital dan wirausaha.
Ira JK menjelaskan, di balik tantangan yang membayangi, tetap saja terselip peluang dan harapan. “Di tahun politik yang diwarnai ketidakpastian ini, kami selaku pelaku usaha masih bersikap wait and see. Kami tentu akan menghitung berbagai ancaman risiko dan bahan (kajian) untuk strategi perusahaan ke depannya,” jelasnya.
Selama ini, dia melanjutkan, struktur industri kesehatan Indonesia mengarah pada konglomerasi. Mulai dari sektor hulu hingga hilir. Ada rumah sakitnya, ada juga perusahaan obat/farmasi serta asuransi kesehatannya.
“Dengan berbagai tantangan berat dan tingkat persaingan yang kian ketat itu, maka pelaku usaha di sektor industri kesehatan dalam negeri, mau tak mau dituntut harus memiliki kekhususan,” ucapnya.
Agar bisa bisa survive, Ira JK menegaskan bahwa pelaku usaha harus cermat dalam berinvestasi. Sembari melakukan berbagai inovasi sebagai penyiasatan dan atau penyesuaian terhadap keadaan. Misalnya, dibidang kesehatan, perusahaan harus menerapkan pelayanan jemput bola seperti homecare.
Selain itu, imbuhnya, perusahaan juga harus melakukan transformasi dengan mengarah kepada penerapan digitalisasi. Dengan digitalisasi, sebutnya, akan berdampak pada efisiensi. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.