KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terus menarik perhatian investor berkat proyeksi cerah sektor tambang emas di tengah tren harga emas yang menanjak. Namun, apakah saham ini layak dikoleksi sekarang? Berikut ulasan mendalam berdasarkan analisis terbaru dari Kabarbursa.com.
Proyeksi positif sektor tambang emas global memberikan landasan optimisme terhadap kinerja BRMS, terlebih di tengah langkah strategis perusahaan yang terus memperluas kapasitas produksi. Hal ini mencerminkan tekad BRMS untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga emas guna memperkuat posisinya di industri tambang emas. Salah satu fokus utama adalah pengembangan tambang emas Citra Palu Mineral (CPM), yang menjadi pusat dari strategi pertumbuhan perusahaan.
Kinerja Gemilang BRMS di Kuartal III 2024
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menunjukkan kinerja gemilang pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Pada periode kuartal III 2024 tersebut, pendapatan, laba usaha, laba sebelum pajak, dan laba neto (setelah pajak) BRMS, meningkat masing-masing sebesar 231 persen, 189 persen, 143 persen, dan 54 persen dari periode yang sama di tahun lalu.
Direktur Utama BRMS Agus Projosasmito mengatakan terdapat dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan kinerja keuangan BRMS di tahun ini.
“Pertama, produksi emas kami terus meningkat dikarenakan kandungan emas yang diproses lebih tinggi di tahun 2024. Kedua, kenaikan harga jual emas di tahun 2024 juga berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perusahaan,” ujar dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, 2 Desember 2024.
Direktur Keuangan BRMS, Charles Gobel menjelaskan pihaknya saat ini tengah dalam proses mendapatkan fasilitas pinjaman untuk mendanai konstruksi penambangan bawah tanah di Palu.
“Kami berharap untuk dapat memproses bijih dengan kandungan emas yang lebih tinggi dari tambang bawah tanah kami di Palu di akhir tahun 2027,” ungkap dia.
Sementara itu, Herwin Hidayat, Direktur & Investor Relations BRMS, menambahkan, pihaknya juga akan menyampaikan laporan mengenai data cadangan mineral dengan standar JORC (Joint Ore Reserves Committee) pada bulan depan.
“Laporan tersebut juga memuat informasi terkait cadangan mineral dengan kandungan emas yang lebih tinggi dari prospek tambang bawah tanah di lokasi tambang River Reef (Poboya, Palu),” pungkasnya.
Bisnis BRMS 2024 dan Proyeksi 2025
Pada 2024, BRMS, yang merupakan anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan mendapat dukungan dari Grup Bakrie dan Grup Salim, fokus meningkatkan kapasitas produksi tambang emasnya di CPM, Sulawesi Tengah. Dua pabrik pengolahan dengan total kapasitas 4.500 ton per hari (tpd) telah beroperasi, dan pabrik ketiga dengan teknologi heap leach direncanakan mulai beroperasi pada kuartal IV 2024, menambah kapasitas sebesar 4.000 tpd. Langkah ini diharapkan meningkatkan produksi dore bullion menjadi 78 ribu ons pada 2025, naik 42,5 persen dibandingkan 2024.
Selain itu, BRMS berencana memulai penambangan bawah tanah di Blok-1 Poboya pada 2027, dengan kadar bijih yang lebih tinggi hingga 4,9 gram per ton. Dengan cadangan emas mencapai 31,5 juta ton dan sumber daya sebesar 40,2 juta ton, CPM menjadi salah satu aset inti BRMS yang mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Tidak hanya CPM, BRMS juga memiliki tambang emas lain di Gorontalo, Banten, dan Aceh, dengan total cadangan mencapai 126,1 juta ton. Gorontalo Minerals dijadwalkan memulai produksi pada 2026 dengan kapasitas awal 2.000 tpd. Proyek-proyek ini diproyeksikan meningkatkan EBITDA BRMS sekitar 70,6 persen pada 2028 hingga USD107 juta (56,3 persen year on year/yoy) dan laba bersih menjadi USD129 juta (21,0 persen yoy).
Terdongkrak Kenaikan Emas
Diberitakan sebelumnya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa anak usahanya, PT Citra Palu Minerals (CPM) menunjukkan kenaikan kadar emas dan kandungan emas dalam laporan sumber daya mineralnya yang terkini dari lokasi tambang River Reef dan Hill Reef di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah. Kenaikan ini dikarenakan adanya aktivitas pemboran yang aktif pada area tersebut.
CPM bekerja sama dengan AMC Consultants (Australian Mining Consultants) yang berasal dari Perth, Australia, dalam melakukan estimasi sumber daya mineral yang sesuai dengan standar Joint Ore Reserves Committee (JORC). Dalam laporan terakhirnya, CPM menunjukan rata-rata kadar emas sebesar 4,9 g/t, dengan kandungan emas sebesar 4,2 juta oz emas dalam sumber daya mineralnya yang berasal dari lokasi tambang River Reef. Laporan yang sama juga menunjukan bahwa sebagian besar dari kandungan emas tersebut 89 persen diestimasikan untuk ditambang dengan metode penambangan bawah tanah.
Adapun lokasi tambang di Hill Reef juga memberikan tambahan kandungan emas sebesar 329 ribu oz emas.
Pada awal tahun ini, CPM telah menunjuk PT Macmahon Indonesia (MMI) sebagai kontraktor jasa penambangan di proyek emas Poboya. MMI merupakan anak usaha dari Macmahon Holdings Limited, perusahaan yang tercatat di bursa efek Australia (ASX) yang berpengalaman dalam penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah. CPM akan bekerja sama dengan MMI untuk mengkaji beberapa opsi untuk dapat menambang sumber daya mineral tersebut secara komersial di masa mendatang.
Agus Projosasmito, CEO & Direktur Utama BRMS, mengatakan, “Kami yakin kadar emas yang lebih tinggi dalam sumber daya mineral kami di Poboya akan berdampak positif terhadap kinerja BRMS. Kerjasama yang telah kami mulai dengan MMI juga akan memastikan opsi yang terbaik untuk menambang sumber daya mineral tersebut secara komersial.”
Sebelumnya, Agus Projosasmito optimis bahwa saham BRMS dapat naik dalam dua tahun ke depan dan setara dengan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN). Agus menjelaskan bahwa di Palu dan Gorontalo, perusahaan telah menemukan temuan tembaga dan emas yang berbeda. Meskipun mereka sudah mendapatkan izin, mereka berupaya menghindari masalah terkait AMDAL dan penyerangan ilegal, sambil berharap bahwa investasi publik dapat meningkatkan harga saham BRMS.
Dampak Positif Kinerja Keuangan
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) pada hari ini menyampaikan kinerja keuangan dan produksinya untuk periode Kuartal I-2024. Perusahaan berhasil meningkatkan produksi emasnya sebesar 278 persen dari 2.546 oz emas pada Kuartal I-2023 menjadi 9.623 oz emas pada Kuartal I-2024.
Pendapatan BRMS juga meningkat sebesar 250 persen dari USD5,8 juta di Kuartal I-2023 menjadi USD20,3 juta di Kuartal I-2024. Demikian juga laba bersih perusahaan naik sebesar 77 persen dari USD2,1 juta di Kuartal I-2023 menjadi USD3,7 juta di Kuartal I-2024. Harga jual rata-rata emas oleh BRMS mengalami peningkatan sebesar 10 persen dari USD1.886 per oz di Kuartal I-2023 menjadi USD2.083 per oz di Kuartal I-2024.
Agus Projosasmito, Direktur Utama & Chief Executive Officer, menjelaskan ada dua alasan utama yang menyebabkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin membaik. Pertama, produksi emas dari pabrik kedua di Palu terus mengalami kenaikan. Kedua, harga jual rata-rata emas terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. “Kedua faktor ini memiliki dampak positif terhadap kinerja keuangan BRMS,” ungkap Agus, Selasa, 30 April 2024.
Herwin Hidayat, Direktur & Chief Investor Relations Officer, menambahkan terlepas dari volume bijih dalam tonase yang semakin meningkat, kadar bijih yang diolah di sepanjang Kuartal I-2024 ini memang lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar bijih yang diproses di tahun lalu. “Namun demikian, kadar bijih yang kami olah di sepanjang bulan April 2024 sudah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Kami berharap kinerja produksi dan keuangan yang semakin membaik di Kuartal II-2024,” tutupnya.
Sejumlah analis merekomendasikan "beli" untuk saham BRMS dengan target harga bervariasi antara Rp256 hingga Rp500. Salah satu katalis utama adalah potensi kenaikan harga emas yang diproyeksikan mencapai USD2.600 per ons pada 2025, yang menjadi faktor penggerak utama pendapatan BRMS.
Samuel Sekuritas, misalnya, memperkirakan pendapatan BRMS akan tumbuh dengan CAGR sebesar 30 persen selama lima tahun ke depan. Sentimen positif ini juga didukung oleh upaya perusahaan dalam memaksimalkan efisiensi operasional dan ekspansi tambang.
Prospek dan Tantangan
Namun, BRMS juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diantisipasi. Faktor risiko seperti fluktuasi harga emas global, potensi gangguan operasional, dan isu lingkungan tetap menjadi perhatian. Di sisi lain, dukungan dari investor strategis dan kolaborasi dengan mitra internasional memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan.
Dengan proyeksi cerah sektor tambang emas, diversifikasi aset yang kuat, serta strategi ekspansi yang matang, BRMS tampak berada di jalur yang tepat untuk mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam jangka panjang. Investor yang mencari peluang dalam sektor tambang emas dapat mempertimbangkan saham ini, dengan tetap memperhatikan perkembangan terkini dan risiko yang ada. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.