KABARBURSA.COM – Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memprediksi permintaan minyak global akan terus berkembang pada 2026, dengan tambahan 1,43 juta barel per hari (bph), mencapai angka total 106,63 juta bph. Proyeksi tersebut menjadi penilaian pertama OPEC mengenai tingkat permintaan minyak untuk tahun tersebut.
Menurut laporan bulanan pasar minyak yang dipublikasikan OPEC pada hari yang sama, proyeksi pertumbuhan permintaan ini didasarkan pada optimisme terhadap terus berlanjutnya aktivitas ekonomi yang solid di Asia serta negara-negara non-OECD lainnya. Seperti dikutip di Jakarta, Kamis 16 Januari 2025.
OPEC juga mempertahankan perkiraan kenaikan permintaan minyak global pada 2025, yang diprediksi akan tumbuh sebesar 1,45 juta bph. Ini sejalan dengan estimasi sebelumnya, meskipun ada beberapa penyesuaian kecil yang tercatat dalam data permintaan global.
Namun, dalam laporan yang sama, OPEC melakukan revisi turun terhadap estimasi permintaan minyak untuk tahun 2024. Sebelumnya, permintaan diproyeksikan mencapai 103,82 juta bph, namun kini angka tersebut dipangkas menjadi 103,75 juta bph. Ini menandakan adanya penurunan beruntun selama enam bulan berturut-turut pada estimasi permintaan tahun lalu.
Terkait pasokan, OPEC memperkirakan bahwa produksi bahan bakar cair dari negara-negara di luar OPEC+, aliansi antara OPEC dan negara-negara produsen minyak lainnya, akan tumbuh sebesar 1,1 juta bph pada 2026, mengikuti tren yang sama dengan tahun 2025. Peningkatan ini terutama akan didorong oleh produksi yang lebih tinggi dari Amerika Serikat, Brasil, dan Kanada.
OPEC juga memproyeksikan bahwa perekonomian global akan tumbuh 3,1 persen pada tahun ini dan 3,2 persen pada tahun depan. Pertumbuhan ini, menurut OPEC, akan didorong oleh stabilitas di sejumlah perekonomian utama di dunia.
Lebih lanjut, negara-negara non-OECD, seperti China dan India, bersama dengan ekonomi-ekonomi Asia yang sedang berkembang, diperkirakan akan terus mempertahankan tingkat pertumbuhan yang kuat, berkontribusi signifikan terhadap ekspansi ekonomi global.
Memperpanjang Pengurangan Produksi
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan untuk memperpanjang pengurangan produksi saat ini pada pertemuan yang diadakan pada Minggu, 2 Juni 2024. Organisasi pimpinan Arab Saudi dan Rusia akan mempertahankan produksi sekitar 5,8 juta barel per hari hingga setidaknya awal tahun 2025.
Secara khusus, OPEC+ akan mempertahankan pemangkasan sebesar 3,6 juta barel per hari hingga akhir tahun 2024, sedangkan pemotongan sebesar 2,2 juta barel per hari akan dihapuskan secara bertahap antara bulan Oktober 2024 dan September 2025. “Kami menunggu suku bunga turun dan lintasan yang lebih baik dalam hal pertumbuhan ekonomi, bukan kantong-kantong pertumbuhan di sana-sini,” Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kepada wartawan, dikutip Senin, 3 Juni 2024.
Pangeran Abdulaziz mengatakan salah satu alasan penundaan itu adalah kesulitan bagi konsultan independen untuk menilai data Rusia di tengah sanksi Barat terhadap Moskow atas perangnya di Ukraina. Sumber OPEC+ mengatakan bahwa Pangeran Abdulaziz, menteri paling berpengaruh dalam kelompok OPEC, telah menghabiskan waktu berhari-hari mempersiapkan kesepakatan di balik layar.
Langkah ini sudah diperkirakan oleh pasar, mengingat pemotongan produksi OPEC+ sebagian besar ditujukan untuk mendukung harga minyak melalui pengetatan pasar. Organisasi mengatakan pihaknya menunggu untuk melihat perbaikan yang lebih luas dalam kondisi ekonomi dan penurunan suku bunga sebelum mulai meningkatkan produksi.
Permintaan Minyak OPEC+ Plus Stok
Lebih lanjut meskipun melampaui ekspektasi sebagian besar analis dalam hal durasi pengurangan produksi, kontrak bulan depan West Texas Intermediate (WTI) turun lebih rendah setelah dimulainya kembali perdagangan pada bulan Juni, sehingga kemungkinan mencerminkan kekhawatiran ekonomi jangka pendek mengenai prospek permintaan.
Namun seperti yang dibahas dalam ide perdagangan yang dirilis pada akhir bulan Mei, pembelian ketika harga WTI turun antara USD76 dan USD76,80 merupakan perdagangan yang dapat diandalkan untuk kenaikan tahun ini, sering kali menghasilkan kenaikan yang cukup besar pada periode sebelumnya.
Dalam konteks yang lebih luas, rata-rata pergerakan 200 minggu juga mendekati level ini, menciptakan hambatan bagi para penjual yang ingin terus menjual pada titik tersebut. Sejak awal tahun 2023, harga minyak mentah WTI tidak pernah ditutup di bawah level ini, meskipun telah dilakukan 15 kali pengujian terpisah untuk mencapainya.
Mengingat imbalan risiko, dan meskipun ada candle hammer terbalik pada mingguan WTI, kecenderungannya adalah untuk terus membeli saat turun dengan menargetkan pemantulan menuju bagian atas kisaran sideways di sekitar USD80. Perhentian di bawah USD76 akan menawarkan perlindungan terhadap pembalikan. Beberapa resistensi mungkin ditemui di sekitar USD78.60.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.