KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif pada perdagangan krmarin, mencapai posisi terkuat dalam setahun terakhir. Rupiah spot ditutup di level Rp15.335 per dolar Amerika Serikat (AS), menguat 0,44 persen dibanding penutupan sebelumnya di Rp15.402 per dolar AS.
Sejalan dengan itu, nilai rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada di level Rp 15.338 per dolar AS, menguat 0,43 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan data perdagangan Indonesia yang lebih kuat dari perkiraan menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah. Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada Agustus 2024, menandai 52 bulan beruntun. Surplus perdagangan barang dan jasa mencapai 2,9 miliar dolar AS, sejalan dengan peningkatan ekspor dan perlambatan impor.
Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada Agustus mencapai 23,56 miliar dolar AS, meningkat 5,79 persen dari bulan sebelumnya. Meskipun sektor migas mengalami penurunan, sektor nonmigas justru tumbuh signifikan, mencapai 22,36 miliar dolar AS, meningkat 7,43 persen dibanding Juli 2024. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan ekspor produk lemak dan minyak nabati, biji logam, serta terak dan abu.
"Capaian ini terjadi di tengah kondisi pasar utama seperti Jepang dan Amerika Serikat, yang saat ini mengalami kontraksi pada Indeks Manufaktur (PMI). Beberapa komoditas juga mengalami penurunan harga, terutama di sektor energi, pertanian, dan logam mineral," tulis Ibrahim dalam riset hariannya, Selasa, 17 September 2024.
Untuk perdagangan Rabu, 18 September 2024, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp15.230 - Rp15.350 per dolar AS. Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi rupiah akan bergerak sideways pada perdagangan hari tersebut.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Menurut Josua, mengatakan Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang berlanjut. "Pergerakan rupiah berpeluang berada di kisaran Rp 15.275 - Rp 15.375 per dolar AS," ujarnya.
Terbang Tinggi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan Selasa, 17 September 2024. Mata uang Garuda terbang tinggi, menembus level Rp15.335 per dolar AS, atau menguat 66 poin (0,43 persen) dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Penguatan rupiah ini didorong oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik yang positif. Salah satu faktor utama adalah ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (The Fed). Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp), bahkan ada kemungkinan pemotongan yang lebih agresif hingga 50 bp.
Prospek penurunan suku bunga di AS telah memicu penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury). Hal ini membuat dolar AS cenderung melemah dan memberikan ruang bagi mata uang emerging market seperti rupiah untuk menguat. Selain itu, keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) yang memangkas suku bunga juga turut memberikan sentimen positif bagi pasar.
Selain itu, apa saja sentimen yang mendorong laju mata uang Indonesia ini?
Di sisi domestik, neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan surplus selama 52 bulan berturut-turut menjadi salah satu faktor penguat rupiah. Surplus neraca perdagangan ini menunjukkan kinerja ekspor yang baik dan semakin memperkuat fundamental ekonomi Indonesia.
Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah saat ini masih didukung oleh sentimen positif dari pasar global. Ia memperkirakan The Fed akan memberikan sinyal dimulainya siklus pelonggaran moneter pada minggu ini, yang dapat mendorong penurunan suku bunga hingga 100 bp hingga akhir tahun.
“Penguatan rupiah saat ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia,” ujar Ibrahim, seperti dikutip Selasa, 17 September 2024.
"Namun, investor tetap perlu mewaspadai perkembangan ekonomi global dan domestik yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah ke depan,” lanjut dia.
Mata Uang Asia Meroket
Tidak hanya rupiah yang terbang tinggi, mata uang asia ikut meroket. Sentimen positif menyelimuti pasar mata uang Asia pada hari ini, 17 September 2024. Mayoritas mata uang di kawasan ini berhasil menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan ini didorong oleh ekspektasi pasar yang semakin kuat bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga secara agresif pada pertemuan kebijakan moneter pekan ini.
Dolar AS terus melemah dan mendekati level terendah tahun ini. Peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) telah melonjak menjadi 67 persen, naik signifikan dari 30 persen pada minggu sebelumnya. Hal ini membuat investor semakin beralih ke aset-aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti di Asia.(*)