KABARBURSA.COM - PT Pos Indonesia (Persero) dan PT Nusantara Card Semesta (NCS), dua raksasa di sektor logistik, baru-baru ini mengungkapkan rencana mereka untuk melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) saham. Langkah strategis ini merupakan bagian dari upaya kedua perusahaan untuk memperkuat posisi mereka di pasar logistik yang semakin kompetitif.
PT Pos Indonesia, yang dikenal luas sebagai perusahaan pos terbesar di Indonesia, serta PT Nusantara Card Semesta, yang terkenal dengan layanan dan solusi logistik terintegrasi, berambisi untuk mengukuhkan status mereka sebagai pemimpin di industri ini.
Melalui IPO, kedua perusahaan ini berharap dapat mengumpulkan dana yang diperlukan untuk ekspansi lebih lanjut, inovasi teknologi, dan peningkatan kapasitas operasional.
Rencana IPO ini juga mencerminkan keinginan mereka untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta memberikan kesempatan bagi publik untuk berinvestasi dan terlibat dalam pertumbuhan perusahaan.
Dengan dukungan dari pasar modal, PT Pos Indonesia dan NCS berkomitmen untuk mengoptimalkan efisiensi operasional dan memperluas jangkauan layanan mereka, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi pelanggan dan mitra bisnis mereka di seluruh Indonesia.
Direktur Utama Pos Indonesia, Faizal R. Djoemadi, mengungkapkan rencana ambisius perusahaan untuk lima tahun ke depan. Menurutnya, Pos Indonesia berkomitmen untuk secara signifikan meningkatkan pangsa pasar (market share) perusahaan. Tujuannya adalah agar Pos Indonesia tidak lagi dianggap sebagai pemain pinggiran dalam industri logistik nasional, melainkan mampu bersaing di level yang sama dengan pemain-pemain besar lainnya.
"Jadi, sekarang ini portofolio kami tersebar di sektor logistik. Hanya saja, masih menjadi pinggiran. Jadi, size-nya masih kecil sehingga market share kami masih kurang dari 1 persen dibanding perusahaan-perusahaan logistik lainnya," kata Faizal.
Karena itu, dalam lima tahun ke depan, lanjut Faizal, PT Pos Indonesia akan berupaya memperkuat market share bertumbuh menjadi 5 persen. Target tersebut akan dikejar melalui integrasi dan sinergi seluruh infrastruktur atau perusahaan logistik BUMN.
Setelah hal itu dipandang berhasil, kata Faizal, PT Pos Indonesia akan mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi ke segmen-segmen yang lain.
"Jadi, yang diminta Menteri BUMN (Erick Thohir) adalah mengorkestrasi bagaimana PT Pos Indonesia memanfaatkan aset seluruh BUMN agar utilitasnya meningkat. Misalnya, kapal angkut barang ke Papua. Pulangnya kosong karena tidak ada yang diangkut," ujar Faizal.
Begitupun dengan pesawat terbang yang ketika pulang, justru kosong. Di jalur darat juga terjadi demikian. Truk berangkat penuh, namun pada saat balik, kosong sehingga membuat cost logistik di Indonesia mahal.
"Maka dari itu kami bertugas mengagregasi siapa saja BUMN yang punya barang dari Indonesia Timur ke Barat, kami agregasi untuk mengisi kapal Pelni. Jadi, setiap BUMN tidak perlu lagi melakukan pengadaan kapal. Tinggal pakai kapal Pelni. Kalau pesawat, tinggal pakai Garuda dan Pelita," tuturnya.
Faizal berkeyakinan, PT Pos Indonesia berpeluang menjadi pemain logistik besar selain karena didukung integrasi dan sinergi BUMN, perusahaan-perusahaan BUMN juga memiliki lebih dari 2.000 gudang di seluruh Indonesia.
Lalu, soal kemungkinan PT Pos Indonesia melakukan IPO, Faizal menyebut, saat ini manajemen Pos Indonesia belum mendapatkan arahan dari pemegang saham untuk melaksanakan IPO. Termasuk belum ada mandat untuk menjadi holding dari seluruh perusahaan logistik BUMN.
"Belum soal itu (IPO). Kami hanya diminta Menteri BUMN untuk membuat roadmap (RJPP) lima tahunan mulai dari 2025 sampai 2029 untuk menuju logistic company. Nanti, ada tahapan-tahapannya sehingga pada saatnya kami bisa disebut sebagai strong logistic company," ucap dia.
Faizal menjelaskan, mengenai soal IPO merupakan domain pemegang saham. "Karena, IPO itu berarti menjual sebagian saham dan itu perlu dibicarakan bersama DPR. Kalau kami di manajemen, bagian eksekusi saja," jelas Faizal.
Sementara itu, Direktur Utama NCS Reni Sitawati Siregar membenarkan rencana NCS untuk melaksanakan IPO. Hanya saja, saat ini dirinya masih berfokus menaikkan performa NCS lebih dulu dan membenahi aset-asetnya yang bernilai cukup besar.
Tujuannya, agar dalam lima tahun ke depan, NCS menjadi perusahaan yang terintegrasi dengan fulfilment mulai dari yang berukuran small, medium, sampai large. Selain itu, tutur Reni, NCS juga akan didorong untuk menjadi aggregator.
"Saya ada keinginan tersendiri, saya ingin buat aggregator karena waktu saya berkunjung ke Palembang, banyak perusahaan lokal di sana dan saya ingin bantu mereka mengirimkan barang mereka lintas kota dan provinsi," jelas Reni. (*)