Menurut Tito, Presiden Jokowi memberi arahan langsung pada September 2022 ketika inflasi mencapai 6 persen, yang kemudian berhasil ditekan menjadi 2,84 persen pada Mei 2024. Tito menekankan bahwa penurunan inflasi tersebut adalah hasil kerja sama yang kuat antara berbagai pihak, termasuk Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi.
Tito menjelaskan bahwa salah satu kunci sukses dalam pengendalian inflasi adalah pendekatan yang digunakan, yang mirip dengan strategi penanganan pandemi COVID-19. Jokowi meminta agar setiap wilayah dipetakan berdasarkan data inflasi, dan tindakan spesifik diambil sesuai dengan tingkat keparahan inflasi di masing-masing wilayah.
Tito juga mengungkapkan bahwa instrumen tradisional pengendalian inflasi, seperti pengaturan suku bunga, tidak diprioritaskan dalam strategi ini. Sebaliknya, pendekatan berbasis data dan koordinasi intensif dengan pemangku kepentingan di berbagai daerah menjadi fokus utama.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memuji kinerja Tito dalam mengendalikan inflasi hingga mencapai angka 2,84 persen, dan menyebutnya sebagai "Bapak Pengendali Inflasi Indonesia." Amran juga menyoroti bahwa capaian ini sangat signifikan mengingat situasi inflasi yang tinggi di banyak negara lain, seperti Argentina (120 persen), Turki (70 persen), dan Amerika Serikat (6 persen).
Tito, bagaimanapun, menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kolaborasi seluruh tim dan berbagai pihak yang terlibat, dengan Presiden Jokowi sebagai penggerak utama di balik upaya pengendalian inflasi tersebut.
Rilis BPS
Meskipun ekonomi Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,03 persen di bulan Mei, mayoritas provinsi di Indonesia justru mengalami inflasi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dari 38 provinsi, sebanyak 24 provinsi mengalami inflasi pada Mei 2024, sementara 14 provinsi mengalami deflasi.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa inflasi tertinggi terjadi di Papua Selatan, mencapai 2 persen sepanjang Mei 2024.
“Sementara deflasi terdalam terjadi di Banten sebesar 0,52 persen,” ujarnya dalam konferensi pers pada Senin, 3 Juni 2024.
Bila dilihat berdasarkan wilayah, inflasi tertinggi di Sumatra terjadi di Sumatra Barat sebesar 0,51 persen, sedangkan deflasi terdalam di Kepulauan Babel sebesar 0,32 persen.
Di Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 0,22 persen, dan deflasi terdalam terjadi di Kalimantan Selatan sebesar 0,01 persen.
Untuk wilayah Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,30 persen, sementara deflasi terdalam di Sulawesi Selatan sebesar 0,10 persen.
Di Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Yogyakarta sebesar 0,08 persen, dan deflasi terdalam kembali terjadi di Banten sebesar 0,52 persen.
Wilayah Bali Nusa Tenggara mencatat inflasi tertinggi di Bali sebesar 0,10 persen, dengan deflasi terdalam di Nusa Tenggara Barat sebesar 0,41 persen.