Logo
>

Rasio Utang RI Naik 50 Persen, Tertinggi dalam Dua Dekade

Ditulis oleh KabarBursa.com
Rasio Utang RI Naik 50 Persen, Tertinggi dalam Dua Dekade

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah anjlok tajam pada Jumat pagi 14 Juni 2024 sebelum liburan Iduladha, sejak pembukaan pasar, mendekati level psikologis baru di Rp16.400/USD. Pelemahan ini dipicu aksi jual besar-besaran di pasar saham dan pasar surat utang yang semakin meningkat.

    Kekhawatiran merebak di kalangan investor terkait kondisi fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru yang dikabarkan akan menaikkan rasio utang hingga 50 persen untuk mendanai berbagai program populis.

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tergerus mendekati 6.700, sementara pasar surat utang mencatat kenaikan imbal hasil di semua kurva, mencerminkan tekanan harga. Yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun naik ke 7,021 persen, tenor 2 tahun di 6,667 persen, dan tenor 5 tahun menembus 7,039 persen.

    Rupiah melemah 0,72 persen, menyentuh Rp16.387/USD, level terendah sejak April 2020. Pemodal asing telah melepas saham senilai USD2,2 miliar sejak awal April. Di pasar surat utang, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) turun menjadi Rp804,78 triliun per 12 Juni, menurut Kementerian Keuangan. Pada hari itu, investor asing menjual SBN senilai Rp802,43 miliar, penjualan tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

    Pemerintahan Prabowo Subianto berencana menaikkan rasio utang hingga 50 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mendanai program populis seperti makan siang gratis dan melanjutkan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo. Rasio utang 50 persen dari PDB akan menjadi yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.

    Menurut sumber Bloomberg, pemerintahan Prabowo berniat menaikkan rasio utang sebesar 2 poin persentase setiap tahun selama lima tahun ke depan. Peningkatan bertahap ini dimaksudkan agar tim ekonominya bisa menyesuaikan diri dengan hambatan yang mungkin muncul, dibandingkan menambah utang sekaligus. Rasio utang Indonesia akan mendekati 50 persen dari PDB pada akhir masa jabatan lima tahun, dari sekitar 39 persen saat ini, yang berpotensi mencapai tingkat tertinggi sejak 2004.

    Prabowo telah mengindikasikan kemungkinan peningkatan utang negara selama kampanyenya, tetapi rincian dan komitmen untuk melakukannya belum diketahui sebelumnya. Langkah ini akan menandai perubahan signifikan bagi ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang selama ini mengandalkan kebijakan fiskal konservatif untuk menjaga kepercayaan investor.

    Pemerintah Indonesia selama ini mematuhi batas defisit anggaran sebesar 3 persen dari PDB dan rasio utang maksimum sebesar 60 persen sejak Krisis Keuangan Asia 1997, kecuali selama pandemi. Hal ini membantu utang Indonesia mendapatkan kembali peringkat layak investasi meskipun pendapatan negara masih rendah. Rasio utang 50 persen dipandang optimal untuk meyakinkan investor terhadap komitmen kehati-hatian fiskal, sementara rasio di atas 60 persen dapat menimbulkan kekhawatiran pasar.

    Dalam Debat Calon Presiden ketiga pada 7 Januari 2024, Prabowo menyatakan rasio utang hingga 50 persen tidak menjadi masalah karena Indonesia tidak pernah gagal bayar. Pernyataan itu menanggapi Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan yang menyebut rasio utang idealnya di bawah 30 persen. Prabowo mempertanyakan dasar pernyataan Anies dan menyebut negara-negara dengan sumber daya alam melimpah seperti Arab Saudi dan Rusia memiliki rasio utang lebih rendah.

    Rebound Dolar AS

    Pelemahan rupiah juga dipicu oleh penguatan dolar AS yang kembali perkasa meski data inflasi konsumen dan produsen di AS rendah. Data inflasi rendah mendorong penurunan imbal hasil Treasury, namun dolar tetap kuat karena prospek inflasi memitigasi dampak penurunan yield. Ekspektasi inflasi yang mempengaruhi nilai riil mata uang, meskipun turun, tidak mengimbangi penurunan ekspektasi inflasi berdasarkan dot plot FOMC The Fed. Alhasil, ekspektasi suku bunga riil di AS tetap tinggi, memperkuat dolar.

    Indeks dolar AS tercatat meningkat ke 105,29 pada pukul 10:48 WIB. Mata uang Asia mayoritas tergilas dolar pagi ini, dengan rupiah mengalami penurunan terdalam, disusul won Korea 0,29 persen, dolar Taiwan 0,16 persen, ringgit 0,06 persen, dan peso 0,08 persen. Hanya dolar Hong Kong, dong Vietnam, dan rupee India yang masih bertahan menghadapi dolar AS. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi