KABARBURSA.COM – Saham PT Sepatu Bata Tbk (BATA) kembali mencuri perhatian pasar pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin, 3 November 2025, harganya melonjak 6,56 persen ke level Rp65 per saham, melanjutkan reli hari sebelumnya yang juga menembus hampir 9 persen.
Sekilas terlihat seperti momentum kebangkitan, namun di balik lonjakan itu, denyut pasar justru nyaris tak terasa. Volume transaksi hanya 12,67 ribu lot dengan nilai perdagangan Rp82,3 juta. Angka ini terlalu kecil untuk dikategorikan sebagai pergerakan institusional, namun cukup untuk mengangkat harga di layar perdagangan.
Kenaikan BATA kali ini terjadi di tengah orderbook yang praktis kosong. Tidak ada antrean beli besar di sisi bid, dan penawaran jual di sisi offer pun tipis. Dalam bahasa pelaku pasar, situasi seperti ini disebut “pasar hampa pemain besar”, harga bergerak bukan karena arus modal baru, melainkan oleh transaksi kecil berulang yang digerakkan trader ritel.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa pergerakan harga lebih bersifat kosmetik. Sebuah markup session, di mana pihak tertentu sengaja mengeksekusi transaksi kecil di harga atas agar grafik terlihat hidup dan harga tampak aktif.
Siapa Saja yang Bermain di BATA?
Jejak transaksi dari broker summary memperkuat dugaan itu. Aktivitas didominasi oleh broker YP, XL, CP, CC, XC, dan PD, dengan nilai transaksi yang hanya berkisar antara Rp2–5 miliar. Tak ada nama besar seperti broker asing atau institusi domestik yang biasanya menjadi motor likuiditas di saham papan utama.
Artinya, pergerakan BATA murni digerakkan oleh trader ritel yang memainkan momentum pendek, bukan oleh arus dana besar. Di kalangan pelaku pasar, pola ini sering disebut “ritel goreng sendiri”, atau bisa dikatakan pasar kecil yang saling mengangkat harga di ruang terbatas tanpa dukungan modal kuat.
Jika dilihat dari riwayat pergerakannya, reli BATA kali ini bukan fenomena baru. Dalam dua pekan terakhir, saham ini berulang kali melonjak dan anjlok dalam rentang tipis, yaitu dari Rp55 ke Rp61. Saham sempat turun lagi ke Rp56, lalu kini naik ke Rp65.
Semua pergerakan itu berlangsung dengan volume rendah, rata-rata di bawah 15 ribu lot per hari. Pasar yang dangkal seperti ini mudah sekali digerakkan, cukup dengan transaksi bernilai puluhan juta rupiah saja, harga bisa melonjak 5 hingga 10 persen.
Di sisi lain, cerita fundamental BATA justru jauh dari menggembirakan. Laporan keuangan terakhir masih menunjukkan tekanan berat pada penjualan dan profitabilitas. Perusahaan ini sudah bertahun-tahun berjuang menghadapi penurunan permintaan sepatu di pasar domestik dan beban operasional yang terus menekan margin.
Transformasi digital yang lambat, serta pergeseran selera konsumen ke merek global dan lokal berbiaya rendah, membuat posisi BATA semakin sulit dipertahankan. Hingga kini, belum ada tanda-tanda pemulihan penjualan yang signifikan ataupun strategi baru yang menjanjikan kebangkitan bisnis.
Dalam konteks ini, rebound BATA lebih bersifat semu daripada substansial. Harga mungkin sengaja dijaga agar tetap di atas level psikologis Rp60 untuk mempertahankan persepsi stabilitas, bukan karena ada akumulasi baru.
Tanpa katalis bisnis yang konkret, setiap lonjakan harga berpotensi menjadi jebakan reli sementara.
Api Kecil BATA yang Mudah Padam
Kalau mengacu pada data teknikal Investing, BATA memang menarik untuk trader jangka pendek, tapi hanya sepanas koreksi teknikal. RSI di 71 menunjukkan momentum beli tinggi, tapi sudah mendekati overbought. Sementara, StochRSI 100 dan CCI di atas 300 mengonfirmasi kondisi jenuh beli.
Artinya, harga memang sedang naik kuat, tapi risiko koreksi dalam 1–2 sesi berikut juga besar. Nilai ADX 21,6 menandakan tren mulai terbentuk, namun belum cukup kuat untuk disebut reli yang berkelanjutan.
Jadi secara sederhana bisa dikatakan jika BATA menarik untuk momentum trader. Hal ini bisa dilihat dari Moving Average (MA5–MA200) yang semuanya mengarah naik. Sinyal jangka pendek juga kuat, dan potensi sentimen masih positif. Dalam kondisi tipis volume seperti BATA, sinyal teknikal semacam ini sering dimanfaatkan pelaku ritel untuk quick trade.
Tapi, BATA tidak menarik untuk investor jangka pendek yang konservatif. Karena, indikator “sangat beli” muncul di saham dengan likuiditas rendah, hasilnya rawan false signal. Begitu aksi jual kecil terjadi, seluruh indikator bisa berbalik arah dalam sehari.
Kesimpulannya, secara teknikal BATA memang sedang “on fire”, tapi api ini kecil dan cepat padam. Momentum bisa dimanfaatkan untuk scalping atau one-day trade, bukan untuk disimpan lebih lama dari dua atau tiga sesi.
Bagi investor jangka pendek dengan toleransi risiko tinggi, ini adalah peluang. Namun, bagi yang mencari kestabilan, ini jebakan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.