KABARBURSA.COM - Kinerja reksadana indeks masih berpotensi mencetak hasil positif pada akhir tahun 2024. Namun, hal ini sangat bergantung pada arah kebijakan moneter dari pemerintah dan bank sentral, mengingat mayoritas kinerja indeks yang tertekan sepanjang tahun.
CEO PT Pinnacle Persada Investama, atau Pinnacle Investment, Guntur Putra, mengungkapkan bahwa tekanan pada kinerja indeks terutama disebabkan oleh kondisi pasar yang volatil akibat ketidakpastian ekonomi global dan berbagai faktor makroekonomi lainnya.
Meskipun demikian, Guntur optimistis untuk jangka panjang. Pasar saham memiliki kecenderungan yang cukup baik, sehingga prospek reksadana indeks masih tetap positif. "Ini terutama berlaku bagi investor yang memiliki perspektif jangka panjang dan toleransi terhadap volatilitas," katanya dikutip Kamis 13 Juni 2024.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas indeks tertekan sejak awal tahun (Ytd). Misalnya, IDX30 mencatat hasil -13,94 persen Ytd, LQ45 -11,69 persen, dan MSCI Indonesia Index -11,31 persen.
Pinnacle sendiri memiliki satu produk reksadana indeks, yakni Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF. Kinerja Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF mencatatkan hasil -9,8 persen, lebih unggul dibandingkan IDX30, LQ45, dan MSCI Indonesia Index.
Guntur meyakini, kinerja reksadana indeks masih memiliki peluang untuk mencetak return positif tahun ini. Walaupun mayoritas kinerja reksadana indeks sangat bergantung pada kinerja underlying saham yang menjadi konstituen di masing-masing indeks tersebut.
Secara umum, kinerjanya sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi. Namun, kebijakan fiskal dari pemerintah dan bank sentral dapat memberikan dorongan positif pada pasar modal.
Ia menyebutkan, jika pemulihan ekonomi global berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan, maka sentimen pasar bisa meningkat.
Tentunya, tren tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar perlu diperhatikan, imbuhnya.
Kabar Bursa merangkum dari berbagai sumber soal kinerja reksadana pada tahun 2024 menunjukkan dinamika yang menarik di tengah tantangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang fluktuatif. Meski demikian, potensi untuk mencetak hasil positif masih tetap ada, tergantung pada berbagai faktor eksternal dan internal.
Menurut data yang dihimpun dari berbagai sumber, reksadana indeks, meskipun mengalami tekanan di awal tahun, diproyeksikan mampu bangkit di penghujung tahun. CEO PT Pinnacle Persada Investama, Guntur Putra, mengungkapkan bahwa kinerja reksadana indeks masih tertekan oleh volatilitas pasar yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global dan sejumlah faktor makroekonomi lainnya.
Namun, Guntur optimistis bahwa dalam jangka panjang, pasar saham memiliki prospek yang baik. Ia menekankan pentingnya perspektif jangka panjang bagi investor yang mampu menoleransi volatilitas pasar. "Prospek reksadana indeks tetap positif, terutama bagi investor dengan pandangan jangka panjang," ujarnya kepada Kontan.co.id.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), sejumlah indeks utama menunjukkan penurunan sejak awal tahun. IDX30 mencatat penurunan sebesar -13,94 persen year-to-date (Ytd), LQ45 sebesar -11,69 persen, dan MSCI Indonesia Index sebesar -11,31 persen.
Di sisi lain, Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF yang dikelola oleh Pinnacle, mencatatkan kinerja -9,8 persen, yang lebih baik dibandingkan indeks-indeks tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa reksadana indeks tertentu masih mampu mengungguli pasar meski dalam kondisi yang menantang.
Guntur menjelaskan bahwa kinerja reksadana indeks sangat bergantung pada performa saham-saham yang menjadi konstituennya. "Kinerja reksadana indeks sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, namun kebijakan fiskal dari pemerintah dan bank sentral dapat memberikan dorongan positif," tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya pemulihan ekonomi global yang lebih cepat dari perkiraan untuk meningkatkan sentimen pasar. Faktor-faktor seperti tren tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar menjadi perhatian utama dalam menentukan kinerja reksadana ke depan.
Selain itu, diversifikasi portofolio dan pemilihan sektor yang tepat juga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dan memaksimalkan peluang di pasar reksadana. Investor disarankan untuk tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik serta beradaptasi dengan perubahan kebijakan moneter dan fiskal yang dapat mempengaruhi pasar modal.
Dengan demikian, meskipun menghadapi berbagai tantangan, reksadana pada tahun 2024 masih memiliki peluang untuk mencetak hasil positif, terutama dengan strategi investasi yang tepat dan pengelolaan risiko yang baik.
Berikut adalah beberapa jenis reksadana yang tersedia di pasar:
- Reksadana Pasar Uang
- Deskripsi: Investasi pada instrumen pasar uang seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
- Karakteristik: Risiko rendah, likuiditas tinggi, cocok untuk tujuan investasi jangka pendek.
- Reksadana Pendapatan Tetap
- Deskripsi: Menginvestasikan sebagian besar dana pada obligasi atau surat utang negara dan korporasi.
- Karakteristik: Risiko menengah, potensi imbal hasil lebih tinggi dibanding reksadana pasar uang, cocok untuk tujuan investasi jangka menengah hingga panjang.
- Reksadana Saham
- Deskripsi: Menginvestasikan sebagian besar dana pada saham-saham perusahaan yang tercatat di bursa efek.
- Karakteristik: Risiko tinggi, potensi imbal hasil tinggi, cocok untuk tujuan investasi jangka panjang.
- Reksadana Campuran
- Deskripsi: Kombinasi investasi pada saham, obligasi, dan instrumen pasar uang.
- Karakteristik: Risiko menengah hingga tinggi, potensi imbal hasil seimbang, cocok untuk investor yang ingin diversifikasi investasi.
- Reksadana Indeks
- Deskripsi: Mengikuti kinerja suatu indeks saham tertentu seperti IDX30 atau LQ45.
- Karakteristik: Risiko dan imbal hasil mengikuti indeks yang diacu, cocok untuk investor yang ingin investasi pasif.
- Reksadana Syariah
- Deskripsi: Investasi pada instrumen yang sesuai dengan prinsip syariah Islam, tidak mengandung riba, maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan).
- Karakteristik: Risiko bervariasi tergantung jenis reksadana (pasar uang, pendapatan tetap, saham, atau campuran), cocok untuk investor yang ingin investasi sesuai prinsip syariah.
- Reksadana Terproteksi
- Deskripsi: Menawarkan perlindungan atas nilai pokok investasi pada waktu jatuh tempo, sebagian besar dana diinvestasikan pada obligasi yang terproteksi.
- Karakteristik: Risiko rendah hingga menengah, potensi imbal hasil terbatas namun lebih aman, cocok untuk investor yang menginginkan keamanan pokok investasi.
- Reksadana ETF (Exchange Traded Fund)
- Deskripsi: Gabungan antara reksadana dan saham, diperdagangkan di bursa efek.
- Karakteristik: Fleksibilitas perdagangan seperti saham, potensi imbal hasil sesuai indeks yang diikuti, cocok untuk investor yang ingin likuiditas tinggi dan diversifikasi. (*)