KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Tbk atau BUMI, tengah merancang langkah strategis untuk memperkuat fundamental keuangannya melalui rencana kuasi reorganisasi. Langkah ini bertujuan menghapus defisit sebesar USD2,2 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2024.
Dengan penghapusan defisit ini, BUMI berpotensi membuka peluang bagi pembagian dividen kepada para pemegang saham. Hal ini menjadi sesuatu yang telah lama dinantikan oleh para investor.
Dalam suatu kesempatan, manajemen BUMI menegaskan bahwa selain membuka jalan bagi dividen, aksi korporasi ini juga diharapkan dapat memperkuat akses pendanaan bagi perseroan. Namun, untuk dapat melaksanakan kuasi reorganisasi, BUMI harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Salah satu syarat tersebut adalah defisit yang mencapai lebih dari 60 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Selain itu, defisit juga harus mencapai 10 kali lipat dari laba bersih yang dicatat dalam tiga tahun terakhir.
Dari syarat tersebut, Mandiri Sekuritas menghitung bahwa BUMI perlu membukukan laba bersih setidaknya USD90 juta pada 2024 agar proposal kuasi reorganisasinya dapat disetujui.
Diketahui, hingga September 2024, BUMI telah mencatatkan laba bersih sebesar USD136 juta, yang menunjukkan potensi besar bagi perseroan untuk memenuhi kriteria tersebut. Sinyal positif juga terlihat dari keputusan OJK yang sebelumnya telah menyetujui proposal kuasi reorganisasi PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), yang dapat menjadi preseden bagi BUMI.
Dari sisi kepemilikan, Grup Bakrie dan Grup Salim kini menguasai 54 persen saham BUMI setelah mengalokasikan dana sebesar Rp24 triliun untuk akuisisi saham di harga Rp120 per lembar. Selain itu, China Investment Corporation (CIC) memiliki 10,7 persen saham, sementara kepemilikan publik berada di angka 35,5 persen.
BUMI juga tengah menyusun strategi diversifikasi bisnis untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara. Perseroan mulai merambah ke sektor mineral, termasuk bauksit, alumina, emas, serta coking coal, yang memiliki nilai strategis di pasar global. Tidak menutup kemungkinan, BUMI akan mengakuisisi aset di luar negeri, seperti Australia, yang merupakan salah satu produsen utama coking coal dunia.
Manajemen optimistis bahwa kontribusi dari bisnis non-batu bara terhadap EBITDA konsolidasi akan meningkat secara bertahap. Jika saat ini hanya berkontribusi sebesar 3 persen pada 2025, angka tersebut diproyeksikan melonjak menjadi 33 persen pada 2027 dan mencapai 46 persen pada 2028.
Dengan strategi ini, BUMI berharap dapat memperkuat posisi sebagai perusahaan sumber daya alam yang lebih terdiversifikasi dan berkelanjutan.
Rekomendasi Saham
Pada pembukaan sesi pertama pada 27 Februari 2025, harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengalami kenaikan tipis sebesar 1 poin atau 1,00 persen, mencapai level Rp101 per lembar saham. Kenaikan ini terjadi di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pagi yang sama. Sedangkan pada penutupan perdagangan sebelumnya, BUMI berada di harga Rp100.
Pergerakan saham BUMI yang fluktuatif tetap menarik perhatian investor, terutama dengan kapitalisasi pasar yang mencapai Rp38 triliun. Meskipun demikian, analisis teknikal menunjukkan beberapa indikator yang perlu diperhatikan.
Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di angka 37,93, mengindikasikan potensi kondisi jenuh jual. Selain itu, Moving Average Convergence Divergence (MACD) menunjukkan nilai negatif sebesar -1,698, yang dapat menandakan tekanan jual lebih lanjut. Sementara itu, indikator Average Directional Index (ADX) berada di level 26,494, mengindikasikan tren yang mulai menguat.
Dalam sepekan terakhir, saham BUMI telah mengalami penurunan sebesar 10,62 persen, dan dalam sebulan terakhir turun sebesar 18,55 persen. Namun, dalam setahun terakhir, saham ini mencatat kenaikan sebesar 12,36.persen.
Secara fundamental, BUMI memiliki rasio harga terhadap laba (P/E ratio) sebesar 151,32 dan Return on Equity (ROE) sebesar 0,9%, yang menunjukkan profitabilitas perusahaan relatif rendah dibandingkan dengan valuasinya.
Dengan dinamika pergerakan harga dan indikator teknikal yang beragam, investor disarankan untuk terus memantau perkembangan saham BUMI dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.
Sementara, dalam analisis MNC Sekuritas, saham BUMI mengalami koreksi ke level 100 dengan tekanan jual yang masih mendominasi. Meski demikian, selama saham ini mampu bertahan di atas level 98, peluang untuk melanjutkan penguatan masih terbuka.
Saat ini, pergerakan BUMI diperkirakan berada di awal wave (b) dari wave [b], yang menandakan adanya potensi pembalikan arah dalam jangka pendek.
Bagi investor yang ingin mengambil peluang, level 99-100 dapat menjadi area spekulatif untuk masuk. Jika tekanan beli mulai meningkat, saham ini berpotensi menguji target harga di 105 hingga 109. Namun, perlu diperhatikan bahwa jika harga turun dan menembus level 98, maka strategi cut loss harus diterapkan untuk menghindari risiko yang lebih dalam.
Dengan volatilitas yang cukup tinggi, investor disarankan untuk tetap mencermati pergerakan harga dan volume perdagangan guna memastikan momentum pembalikan arah benar-benar terkonfirmasi sebelum mengambil keputusan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.