Logo
>

Rencana Pelantikan Presiden buat Rupiah Menguat Tipis

Ditulis oleh Yunila Wati
Rencana Pelantikan Presiden buat Rupiah Menguat Tipis

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sentimen lokal, yaitu rencana pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih RI, memberikan sinyal kuat terhadap rupiah. Di sesi terakhir perdagangan Kamis, 17 Oktober 2024, rupiah ditutup menguat, meskipun tipis.

    Hingga pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp15.507 per dolar AS, dibandingkan penutupan sehari sebelumnya di level Rp15.510. Penguatan rupiah ini terjadi meskipun dolar AS mengalami kebangkitan di pasar global, didorong oleh faktor-faktor dari pemilu Amerika Serikat serta ekspektasi kebijakan bank sentral utama dunia.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS saat ini disebabkan oleh sentimen pasar yang mengesampingkan kemungkinan pemotongan suku bunga besar dari Federal Reserve pada pertemuan kebijakan berikutnya. Selain itu, ekspektasi kemenangan mantan Presiden Donald Trump dalam pemilu AS juga turut menguatkan mata uang tersebut.

    “Trump dipandang membawa kebijakan yang pro-dolar, seperti pemangkasan pajak, pelonggaran regulasi keuangan, dan kenaikan tarif perdagangan. Ini akan mendorong inflasi dan memperkuat imbal hasil obligasi AS, yang mendukung dolar untuk mencapai level tertingginya sejak awal Agustus,” kata Ibrahim dalam keterangannya, dikutip hari ini.

    Pasar taruhan daring saat ini menunjukkan Trump berada sedikit di depan Wakil Presiden Kamala Harris, meskipun jajak pendapat resmi dari media masih menunjukkan Harris memimpin tipis. Namun, dengan sisa waktu sekitar tiga minggu hingga pemilu, persaingan ketat terus berlangsung, yang membuat pasar waspada.

    Ekspektasi Suku Bunga Global

    Selain faktor politik AS, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada langkah kebijakan moneter global, terutama Bank Sentral Eropa (ECB) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan pada pertemuan mereka malam ini. "Pasar mengantisipasi lebih banyak pemotongan suku bunga dari bank sentral utama, yang diharapkan dapat mempengaruhi pergerakan mata uang global," tambah Ibrahim.

    Kabinet Baru dan Pertumbuhan Ekonomi

    Di dalam negeri, rupiah mendapat dukungan dari ekspektasi positif terkait pembentukan susunan kabinet baru di pemerintahan Indonesia. Investor optimistis bahwa tim baru ini dapat membawa angin segar dalam perekonomian, terutama untuk mewujudkan target ambisius pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen per tahun.

    Meski demikian, pelaku pasar masih menantikan kejelasan lebih lanjut terkait siapa saja yang akan masuk dalam kabinet dan seberapa jauh program yang mereka usung dapat membawa perubahan nyata bagi ekonomi Indonesia.

    “Respons pelaku pasar terhadap pemilihan kabinet cukup positif, namun tantangannya adalah bagaimana kabinet baru ini bisa merealisasikan target pertumbuhan ekonomi yang ambisius. Ini akan menjadi salah satu faktor yang diperhatikan dengan sangat hati-hati,” ujar Ibrahim.

    Secara keseluruhan, meski penguatan rupiah hari ini terbilang tipis, faktor global seperti pemilu AS dan ekspektasi pemotongan suku bunga tetap menjadi penentu pergerakan mata uang di pasar. Di sisi lain, di dalam negeri, pembentukan kabinet baru menjadi sorotan, dengan harapan membawa dorongan positif bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

    Aksi Jual Mata Uang Asia

    Di pasar global, sebagian besar mata uang Asia tertekan akibat meningkatnya permintaan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Para analis kini cenderung bersikap bearish terhadap mata uang-mata uang Asia, menyusul ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak akan memangkas suku bunga secara agresif.

    Jajak pendapat Reuters terhadap 11 analis menunjukkan peningkatan taruhan short pada won Korea Selatan, peso Filipina, dan rupiah Indonesia—level tertinggi sejak 25 Juli. Bahkan, posisi short pada rupee India mencapai puncaknya dalam satu tahun terakhir.

    Ketidakpastian terkait pemilihan umum AS dan meredanya ekspektasi pemangkasan besar suku bunga The Fed memicu penguatan dolar, sekaligus mengurangi minat investor terhadap aset-aset berisiko di Asia. Indeks dolar, yang mengukur nilai tukar dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 3 persen sejak akhir September dan saat ini diperdagangkan di level 103,57—level tertinggi sejak Juli 2024.

    Mata uang Asia lainnya juga terkena dampaknya. Taruhan bullish pada yuan China, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan baht Thailand menurun secara signifikan sejak awal Oktober. Kepercayaan investor terhadap mata uang di kawasan ini melemah, didorong oleh ketidakpastian global yang berkelanjutan.

    Di India, rupee melemah hingga melampaui angka 84 per dolar AS pekan lalu, level yang coba dipertahankan oleh Reserve Bank of India selama lebih dari dua bulan. Kenaikan harga minyak baru-baru ini juga meningkatkan biaya impor bagi negara tersebut, menambah tekanan pada mata uang lokal. Selain itu, arus keluar dana asing dari pasar ekuitas domestik semakin memperburuk situasi.

    Jajak pendapat ini diterbitkan sebelum tiga bank sentral utama di Asia, yaitu Thailand, Filipina, dan Indonesia, mengambil keputusan terkait suku bunga mereka. Pada Rabu, 16 Oktober 2024, Bank of Thailand dan Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) menurunkan suku bunga, sementara Bank Indonesia memilih untuk mempertahankannya.

    Eugenia Victorino, kepala strategi Asia di Skandinavia Enskilda Banken, menyatakan bahwa meskipun kondisi fundamental menunjukkan perlunya pemangkasan suku bunga lebih lanjut, pelemahan peso Filipina harus membuat BSP berhati-hati agar tidak bertindak lebih cepat dibanding The Fed.

    Di Thailand, baht tetap menjadi mata uang dengan performa terbaik kedua di Asia sepanjang tahun ini, dengan kenaikan hampir 3 persen. Meski pemerintah mendukung penurunan suku bunga, baht menunjukkan ketahanan yang lebih baik dibanding mata uang regional lainnya.

    Namun, volatilitas harga minyak turut mengguncang kepercayaan investor terhadap ringgit Malaysia. Sebagai satu-satunya negara eksportir minyak dan gas netto di Asia, Malaysia terpapar dampak harga komoditas yang bergejolak, sehingga menempatkan ringgit sebagai proxy bagi yuan karena hubungan dagang erat dengan China.

    Sementara itu, posisi short pada dolar Taiwan mencapai level tertinggi sejak Agustus, di tengah kekhawatiran terhadap ekonomi Taiwan yang sangat bergantung pada ekspor teknologi. Hal ini diperparah oleh laporan yang menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden sedang mempertimbangkan pembatasan penjualan prosesor kecerdasan buatan ke sejumlah negara, yang dapat memengaruhi pertumbuhan sektor teknologi Taiwan.

    Secara keseluruhan, jajak pendapat ini menggarisbawahi pandangan bahwa ketidakpastian global dan dinamika kebijakan AS terus menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan mata uang emerging market Asia, termasuk yuan China, won Korea Selatan, rupee India, dan lainnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79