KABARBURSA.COM - Rencana penerapan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan atau MBDK diprediksi dapat menjadi sentimen negatif bagi dua emiten, yaitu Mayora Indah Tbk atau MYOR dan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul atau SIDO.
Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren, dalam analisisnya Senin, 13 Januari 2025, menyampaikan dalam kaitannya dengan sektor industri, beberapa perusahaan terutama di sektor konsumer diperkirakan akan terpengaruh oleh kebijakan ini.
Misalnya saja Mayora Indah, yang diperkirakan akan terpapar cukai MBDK sebesar 25–30 persen dari total pendapatan, berpotensi merasakan dampak terbesar dari penerapan cukai ini. Begitu pula dengan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul yang memiliki eksposur sekitar 15–20 persen juga akan terdampak, meski tidak sebesar Mayora Indah.
Namun, dampak tersebut kemungkinan bisa diminimalisasi jika perusahaan-perusahaan ini dapat berinovasi dengan meluncurkan produk-produk dengan kandungan gula lebih rendah (less sugar) atau dengan cara meneruskan beban cukai ke konsumen melalui penyesuaian harga jual produk.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kementerian Keuangan Nirwala Dwi Heryanto, mengatakan bahwa pemerintah berencana menerapkan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan pada paruh kedua tahun 2025.
Rencana ini bertujuan untuk mengatasi masalah konsumsi gula berlebih, yang telah menjadi perhatian banyak pihak mengingat dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, seperti peningkatan risiko penyakit tidak menular.
Namun, sebelum kebijakan ini diterapkan, pemerintah akan menyiapkan peraturan teknis melalui Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan, yang akan mengatur berbagai aspek terkait penerapan cukai MBDK, seperti ambang batas, jenis MBDK yang dikenakan cukai, serta besaran tarif yang akan diberlakukan.
Ini berarti cukai tidak akan dikenakan secara merata pada semua produk dalam kategori MBDK, melainkan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yang dirumuskan pemerintah.
Berdasarkan informasi terbaru, pemerintah menargetkan penerimaan negara dari cukai MBDK sebesar Rp3,5 triliun pada tahun 2025. DPR juga sempat mengusulkan tarif cukai MBDK minimum sebesar 2,5 persen pada tahun 2025 yang akan meningkat secara bertahap hingga mencapai 20 persen.
Adapun produk yang dikenakan cukai diusulkan mencakup minuman yang memiliki kadar gula lebih dari 6 gram per 100 ml, baik yang menggunakan pemanis alami maupun pemanis buatan. Meski demikian, ada kemungkinan kriteria dan besaran cukai bisa berubah seiring perumusan peraturan teknis yang lebih rinci oleh pemerintah.
Meski peraturan teknis terkait perhitungan cukai ini belum dipublikasikan, dampak negatif cukai MBDK terhadap profitabilitas perusahaan bisa dihitung lebih akurat setelah adanya kebijakan yang lebih rinci.
Oleh karena itu, langkah perusahaan untuk beradaptasi dan melakukan strategi mitigasi akan sangat menentukan apakah mereka mampu mengatasi tantangan baru ini tanpa terlalu terpengaruh terhadap kinerja keuangan mereka.
Kebijakan cukai MBDK yang direncanakan ini tentu akan memberikan dampak yang signifikan bagi pasar, baik dari sisi konsumen, perusahaan, maupun pemerintah, yang pada gilirannya juga akan memengaruhi dinamika ekonomi Indonesia pada tahun 2025 mendatang.
MYOR di Zona Merah, SIDO Stabil
Pada perdagangan bursa hari ini, saham Mayora Indah (MYOR) berada di zona merah, mencatatkan penurunan signifikan sebesar 5,90 persen, atau sekitar Rp160, sehingga berada pada level Rp2.550.
Sebelumnya, harga saham MYOR dibuka pada posisi Rp2.700 dan sempat menyentuh titik tertingginya di level yang sama. Namun, sepanjang perdagangan saham, MYOR mengalami tekanan yang membuatnya bergerak turun hingga mencapai titik terendah di Rp2.540.
Valuasi perdagangan MYOR hari ini tercatat mencapai Rp10,7 triliun, dengan volume transaksi sebanyak 41 ribu lot. Volume pembelian saham MYOR terpantau sekitar Rp1,9 triliun, namun volume penjualan lebih besar mencapai Rp4,6 triliun. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan jual yang lebih dominan di pasar. Frekuensi transaksi untuk saham MYOR tercatat cukup tinggi, yakni sebanyak 1.957 transaksi.
Meskipun hari ini MYOR mengalami penurunan harga saham yang cukup signifikan, data sebelumnya menunjukkan harga saham MYOR bertahan pada level yang lebih tinggi, yakni pada posisi Rp2.710 sebelum turun.
Saham ini kini berada di level yang semakin dekat dengan titik bawah yang tercatat pada Harga Acuan Pembukaan (ARA) di Rp3.380 dan Harga Acuan Penurunan (ARB) yang ada di level Rp2.040.
Penurunan tajam yang terjadi pada saham MYOR mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap proyeksi kinerja perusahaan dalam jangka pendek, yang mungkin terpengaruh oleh berbagai faktor, termasuk wacana kebijakan cukai MBDK dan perubahan pasar konsumer.
Namun, meski MYOR menghadapi tekanan jual yang signifikan hari ini, masih terdapat potensi untuk pemulihan jika sentimen pasar membaik, terutama apabila perusahaan dapat mengatasi tantangan yang ada dengan strategi mitigasi yang efektif.
Sementara itu, saham Sido Muncul (SIDO) menunjukkan gerakan yang stabil, dengan harga penutupan yang tetap di level 605, tanpa perubahan persen. Meskipun tidak ada perubahan signifikan dalam harga saham, volume perdagangan terlihat cukup aktif, dengan total transaksi mencapai Rp10,8 miliar dan frekuensi transaksi sebanyak 3.536 kali.
Saham ini membuka perdagangan dengan harga yang sedikit lebih tinggi, 610, tetapi turun sedikit dan mencatatkan harga terendah di level 600. Harga saham SIDO saat ini masih berada jauh di atas harga batas bawah atau ARB, yang berada pada level 454, menunjukkan bahwa saham ini tetap berada dalam kisaran harga yang aman bagi investor.
Investor yang tertarik dengan pergerakan saham ini sepertinya cukup stabil, dengan dominasi transaksi jual lebih besar dari beli, yang menunjukkan adanya tekanan jual dengan nilai transaksi penjualan Rp4,6 miliar, sementara pembelian tercatat hanya 1,9 miliar rupiah.(*)