KABARBURSA.COM - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana melakukan integrasi BUMN Konstruksi untuk mengatasi berbagai isu dalam ekosistem bisnis konstruksi. Berdasarkan dokumen rapat Kementerian BUMN dan Komisi VI yang diterima KabarBursa, Jumat, 12 Juli 2024, proses integrasi ini akan sangat bergantung pada kesiapan BUMN Konstruksi dari aspek keuangan.
Penyehatan dan Penguatan Keuangan
Langkah pertama adalah restrukturisasi keuangan WIKA dan Waskita yang dijadwalkan berlangsung pada kuartal keempat tahun 2023 hingga kuartal ketiga tahun 2024. Restrukturisasi ini diharapkan dapat memperkuat posisi keuangan kedua BUMN tersebut agar siap menghadapi tahap integrasi selanjutnya.
Corporate Restructuring
Tahap berikutnya adalah restrukturisasi korporasi yang meliputi perbaikan tata kelola, kebijakan akuntansi, GCG dan SOP, serta pengawasan dan audit. Selain itu, akan dilakukan penentuan spesialisasi dan pengembangan skala bisnis. Proses ini berlangsung dari kuartal keempat tahun 2023 hingga kuartal keempat tahun 2026.
Dalam proses ini, dilakukan pula streamlining dan optimalisasi dengan sinergi bisnis dalam klaster, penyesuaian fokus bisnis, penataan anak usaha, dan peningkatan kompetensi.
Perbaikan Ekosistem Bisnis Konstruksi
Langkah terakhir adalah perbaikan ekosistem bisnis konstruksi yang dijadwalkan berlangsung pada kuartal keempat tahun 2024. Ini meliputi review peraturan terkait sektor konstruksi, seperti Undang-Undang Konstruksi, guna memperbaiki pengadaan proyek infrastruktur dengan model penunjukkan tender atau penunjukkan langsung dan model pricing yang lebih efektif.
Keterlibatan Pemerintah
Proses integrasi ini akan melibatkan beberapa kementerian terkait, antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Kementerian BUMN.
Dukungan dari kementerian-kementerian ini diharapkan dapat memastikan kelancaran proses integrasi dan pencapaian tujuan akhir dari restrukturisasi ini, yaitu memperkuat ekosistem bisnis konstruksi nasional.
PT Wijaya Karya (WIKA)
1. Keuangan
Kinerja keuangan WIKA selama lima tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang signifikan, baik dari segi pendapatan maupun laba bersih. Data terbaru dari RTI Business menggambarkan perjalanan finansial yang penuh tantangan bagi perusahaan konstruksi ini.
Pada tahun 2023, WIKA mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4,89 persen. Angka ini menandakan perbaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2022, pertumbuhan pendapatan mencapai 20,61 persen, sebuah lompatan besar setelah peningkatan moderat sebesar 7,70 persen di tahun 2021.
Namun, periode ini didahului oleh penurunan drastis sebesar -39,23 persen di tahun 2020, yang merupakan dampak signifikan dari pandemi COVID-19. Sebelumnya, pada 2019, WIKA juga mengalami penurunan pendapatan sebesar -12,66 persen. Secara kumulatif, selama lima tahun terakhir, pertumbuhan pendapatan WIKA mengalami penurunan sebesar -18,69 persen.
Di sisi lain, pertumbuhan laba bersih WIKA menunjukkan tren yang jauh lebih mengkhawatirkan. Pada 2023, perusahaan mencatatkan penurunan laba bersih yang sangat drastis sebesar -11,860.94 persen. Ini melanjutkan tren negatif yang terlihat pada 2022 dengan penurunan sebesar -150,65 persen, dan pada 2021 dengan penurunan sebesar -36,66 persen.
Tahun 2020 juga tidak lebih baik dengan penurunan tajam sebesar -91,87 persen. Satu-satunya tahun positif dalam lima tahun terakhir adalah 2019, di mana WIKA mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 32,06 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan laba bersih perusahaan mengalami penurunan sebesar -12,108.06 persen selama periode lima tahun.
Pertumbuhan laba per saham (EPS) WIKA juga mengikuti pola yang serupa dengan laba bersih, mencatatkan penurunan yang sangat besar pada 2023 dengan angka -11,860.94 persen. Penurunan ini mengikuti penurunan sebesar -150,65 persen pada 2022 dan -36,66 persen pada 2021.
Tahun 2020 melihat penurunan sebesar -91,87 persen, sementara 2019 adalah satu-satunya tahun dengan pertumbuhan positif sebesar 32,06 persen. Secara keseluruhan, EPS perusahaan turun sebesar -12,108.06 persen selama lima tahun terakhir.
Sementara itu, dividen per saham (DPS) WIKA tetap stagnan selama empat tahun terakhir, tidak mengalami pertumbuhan dari 2020 hingga 2023. Terakhir kali perusahaan mencatatkan pertumbuhan DPS adalah pada 2019 dengan kenaikan sebesar 31,99 persen. Secara kumulatif, selama lima tahun terakhir, DPS mengalami kenaikan total sebesar 31,99 persen.
Kinerja keuangan WIKA yang fluktuatif ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan pertumbuhan stabil di tengah kondisi ekonomi dan industri konstruksi yang dinamis. Perusahaan perlu strategi yang lebih efektif untuk mengatasi ketidakpastian dan memaksimalkan potensi pertumbuhan di masa mendatang.
2. Saham WIKA Melonjak dalam Sebulan
WIKA mencatatkan performa saham yang mengesankan dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan data dari RTI Business, saham WIKA mengalami kenaikan sebesar 6,86 persen, atau 14 poin, dari 204 menjadi 218 pada penutupan terakhir.
Harga saham WIKA dibuka pada level 191 dan bergerak dalam rentang 191 hingga 224 selama hari perdagangan terakhir. Volume transaksi saham mencapai 96,34 juta lembar dengan nilai turnover sebesar Rp20,94 miliar. Frekuensi transaksi tercatat sebanyak 4.669 kali, dengan harga rata-rata saham berada di level 217,30.
Rasio Price to Earnings (PER) WIKA berada di angka -1,92, menunjukkan bahwa perusahaan saat ini mengalami kerugian. Namun, rasio Price to Book Value (PBVR) tercatat di level 1,88, yang menunjukkan nilai buku perusahaan masih relatif baik.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp8,69 triliun, saham WIKA menunjukkan potensi pemulihan yang kuat setelah mengalami berbagai tantangan keuangan dalam beberapa tahun terakhir. Pergerakan saham yang positif ini mencerminkan optimisme investor terhadap kinerja dan prospek masa depan perusahaan konstruksi milik negara ini.
Kenaikan saham WIKA ini menjadi sinyal positif di tengah upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja keuangan dan tata kelola, serta diharapkan dapat terus berlanjut seiring dengan berbagai inisiatif strategis yang sedang dijalankan.
PT Waskita Karya (WSKT)
1. Keuangan Menurun Drastis
WSKT mencatat kinerja keuangan yang kurang menggembirakan dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data terbaru, baik pendapatan maupun laba bersih perusahaan mengalami fluktuasi dan penurunan yang signifikan.
Pada tahun 2023, Waskita Karya mencatatkan penurunan pendapatan sebesar -28,41 persen. Sebelumnya, tahun 2022 menunjukkan perbaikan dengan pertumbuhan positif sebesar 25,19 persen. Namun, tahun 2021 kembali mencatatkan penurunan sebesar -24,50 persen, setelah sebelumnya mengalami penurunan drastis sebesar -48,42 persen pada tahun 2020. Pada tahun 2019, pendapatan juga turun sebesar -35,67 persen. Secara kumulatif selama lima tahun terakhir, pendapatan WSKT mengalami penurunan sebesar -111,81 persen.
2. Pertumbuhan Laba Bersih
Pertumbuhan laba bersih WSKT menunjukkan tren yang sangat negatif. Pada tahun 2023, laba bersih turun drastis sebesar -98,46 persen, setelah mengalami penurunan sebesar -73,31 persen pada tahun 2022. Tahun 2021 menjadi satu-satunya tahun positif dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 85,14 persen, namun tidak cukup untuk mengimbangi penurunan besar pada tahun 2020 yang mencapai -886,51 persen.
Tahun 2019 juga mencatat penurunan laba bersih sebesar -76,33 persen. Secara kumulatif, selama lima tahun terakhir, pertumbuhan laba bersih WSKT turun sebesar -1,049.47 persen.
3. Pertumbuhan Earnings Per Share (EPS)
Kinerja laba per saham (EPS) WSKT juga mencerminkan penurunan serupa dengan laba bersih. Tahun 2023 mencatat penurunan sebesar -98,46 persen, dan tahun 2022 mengalami penurunan sebesar -18,34 persen. Tahun 2021 menunjukkan pertumbuhan EPS sebesar 85,14 persen, namun diikuti oleh penurunan besar sebesar -886,51 persen pada tahun 2020 dan -76,33 persen pada tahun 2019. Secara kumulatif, EPS perusahaan turun sebesar -957,82 persen dalam lima tahun terakhir.
4. Pertumbuhan Dividends Per Share (DPS)
Dividen per saham (DPS) WSKT tetap stagnan selama empat tahun terakhir dari 2020 hingga 2023, tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Terakhir kali perusahaan mencatatkan pertumbuhan DPS adalah pada tahun 2019 dengan penurunan sebesar -95,27 persen. Secara kumulatif, selama lima tahun terakhir, DPS mengalami penurunan total sebesar -95,27 persen.
Kinerja keuangan WSKT yang menunjukkan penurunan signifikan ini mencerminkan tantangan berat yang dihadapi perusahaan dalam beberapa tahun terakhir, terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu dan tantangan dalam sektor konstruksi. Perusahaan perlu mengadopsi strategi pemulihan yang efektif untuk mengatasi penurunan ini dan kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan. (alp/prm)