KABARBURSA.COM - IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan tak mendapat kenaikan signifikan pada perdagangan sesi I, Senin, 19 Agustus 2024 bahkan setelah Presiden Joko Widodo merombak (reshuffle) sejumlah menteri dalam kabinetnya.
IHSG naik tipis 4,02 poin (0,05 persen) ke level 7.436,11 pada penutupan sesi I hari ini. IHSG hari ini bervariasi di rentang 7.422-7.451. Meski demikian, IHSG hari ini berada di sekitar rekor penutuan tertinggi sepanjang masa atau all time high.
Selama sesi I, sebanyak 8,65 miliar saham telah diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,91 triliun, dan frekuensi perdagangan mencapai 620.540 kali transaksi. Sebanyak 277 saham mencatatkan kenaikan, 268 saham terkoreksi, dan 251 saham stagnan.
Sebagian besar saham unggulan melemah pada penutupan sesi I. Berdasarkan data IDX pada pukul 12.00 WIB, saham-saham blue chip yang tergabung dalam LQ45 turun 0,08 persen, JII melemah 0,01 persen, dan Investor33 terkoreksi 0,49 persen.
Mayoritas sektor saham menguat pada penutupan IHSG sesi I. Sektor barang konsumsi non primer naik tajam dibandingkan dengan sektor lainnya, karena melejit 2,32 persen. Disusul penguatan sektor barang baku 0,7 persen, sektor perindustrian 0,38 persen, sektor transportasi 0,32 persen, dan sektor keuangan 0,3 persen.
Sedangkan pelemahan terjadi pada sektor barang konsumsi primer 0,68 persen, sektor kesehatan 0,49 persen, dan sektor infrastruktur 0,31 persen.
Melihat kondisi saat ini, pengamat pasar modal Desmond Wira menyatakan bahwa faktor utama yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG adalah keputusan suku bunga dari Federal Reserve (Fed). "IHSG kemungkinan akan mengalami konsolidasi hingga menjelang keputusan suku bunga Fed bulan depan. Sentimen yang akan mempengaruhi pasar adalah Fed rate, yang diperkirakan akan mengalami pemangkasan suku bunga," ujarnya.
Desmond juga menambahkan bahwa meskipun ada reshuffle kabinet oleh Presiden Jokowi di Istana Negara pagi ini, hal tersebut diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada IHSG. "Menurut saya, reshuffle kabinet tidak akan mempengaruhi pasar. Apakah kabinet ini selesai atau tidak, tidak akan ada dampak langsung pada pasar modal," jelasnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa pasar saham kemungkinan akan bergerak dalam pola konsolidasi setelah mengalami rebound tajam dalam dua pekan terakhir. IHSG sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH) di angka 7.460 minggu lalu, namun akhirnya ditutup pada level 7.432, mengalami kenaikan dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di 7.256. Secara teknikal, IHSG berada dalam fase uptrend untuk jangka pendek.
"Rebound tajam yang terjadi sebelumnya tidak diikuti dengan volume perdagangan yang signifikan. Selain itu, sejak rebound, belum ada koreksi berarti. Bisa dikatakan bahwa pasar saham saat ini rentan terhadap kemungkinan koreksi," tutupnya.
Sentimen The Fed
Sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG adalah keputusan dari Federal Reserve (The Fed). Investor saat ini menantikan dengan seksama rilis risalah rapat The Fed untuk bulan Juli yang dijadwalkan akan diterbitkan pada Rabu minggu ini, diikuti dengan pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell, pada Jumat mendatang, yang diperkirakan akan menjadi fokus perhatian pasar.
Menurut BloombergNews, pekan ini dimulai dengan tenang menjelang rilis data Klaim Pengangguran dan aktivitas ekonomi AS. Jerome Powell diharapkan akan mengonfirmasi kemungkinan pemangkasan suku bunga Federal Reserve dalam pidatonya di Wyoming.
Ahli Strategi Commonwealth Bank of Australia, yang dipimpin oleh Joseph Capurso, mencatat, “Pasar keuangan akan sangat memperhatikan setiap pernyataan Powell.” Mereka memperkirakan bahwa Powell akan memberi sinyal untuk pemangkasan suku bunga pada 19 September, tetapi juga akan mempertahankan opsi untuk pemangkasan yang mungkin ditunda atau bahkan lebih besar, tergantung pada inflasi harga konsumen dan data penggajian yang akan datang.
Tim Research Phillip Sekuritas menyebutkan bahwa data ekonomi terbaru dari AS, termasuk inflasi, klaim pengangguran awal (Initial Jobless Claims), dan penjualan ritel, telah memberikan keyakinan kepada investor. Data ini mendukung pandangan bahwa ekonomi AS menuju skenario "Goldilocks", di mana tekanan inflasi menurun sementara pertumbuhan ekonomi tetap stabil.
“Mengingat hal ini, pelaku pasar saat ini memprediksi hanya ada 25 persen kemungkinan untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Federal Reserve bulan depan, turun dari 55 persen yang diperkirakan seminggu lalu. Para pejabat Federal Reserve berusaha menggunakan suku bunga tinggi untuk mengurangi tekanan inflasi tanpa memicu kontraksi pada pertumbuhan ekonomi,” ujar riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sebelumnya, Gubernur Federal Reserve Bank di St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk memangkas suku bunga semakin mendekat, sedangkan Gubernur Federal Reserve di Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan kepada The Financial Times bahwa mereka terbuka untuk kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. (*)