KABARBURSA.COM - Seiring dengan berakhirnya kebijakan restrukturisasi Covid-19 pada Maret 2024, KBMI IV memastikan bahwa rasio loan at risk (LAR) dan non-performing loan (NPL) bank besar yang tergabung dalam Bank Berdasarkan Modal Inti IV tetap terjaga dengan baik.
Salah satunya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA), di mana manajemen BCA menegaskan bahwa portofolio kredit restrukturisasi BCA terus mengalami penurunan sejalan dengan pemulihan bisnis debitur. Dari total restrukturisasi kredit saat ini, mayoritas berada dalam kategori lancar (Kolektibilitas 1).
EVP Corporate Communication BCA, Hera F Haryn, menyatakan bahwa LAR BCA secara konsisten mengalami penurunan, mencapai single digit sebesar 6,9 persen, dibandingkan dengan 10,4 persen pada tahun 2022. "Sementara itu, rasio non-performing loan (NPL) BCA tetap terjaga di angka 1,9 persen pada tahun 2023," jelasnya Selasa 2 Maret 2024.
"Biaya provisi tercatat sebesar Rp 2,3 triliun pada tahun 2023, mengalami penurunan Rp 2,2 triliun dari tahun sebelumnya, seiring dengan perbaikan kualitas pinjaman," kata Hera.
Meskipun kualitas kredit BCA mengalami perbaikan, lanjut Hera, BCA tetap mempertahankan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang memadai. "NPL coverage BCA mencapai 234,1 persen dan LAR coverage sebesar 69,7 persen pada tahun 2023, yang merupakan salah satu yang tertinggi di industri perbankan," jelasnya.
"Ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan likuiditas yang solid, BCA tetap optimistis dalam penyaluran kredit dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga," tukas Hera.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan LAR yang lebih rendah dibandingkan masa pandemi. Corporate Secretary Bank Mandiri, Ali Usman, mengungkapkan bahwa hingga Desember 2023, rasio NPL Bank Mandiri telah menurun menjadi 1,02 persen dengan NPL Coverage Ratio mencapai 384,36 persen.
Di sisi lain, sebagai bank yang memiliki pasar terbesar di segmen UMKM, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyambut baik berakhirnya kebijakan restrukturisasi tersebut. Meskipun BRI tidak lagi menggunakan kebijakan tersebut sejak tahun 2023 sebagai bagian dari penerapan prudential banking.
Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan bahwa kebijakan tersebut telah berhasil menyelamatkan sebagian besar bisnis UMKM selama menghadapi pandemi Covid-19. "BRI telah menyiapkan strategi soft landing dan optimistis bahwa berakhirnya kebijakan tersebut tidak akan berdampak signifikan pada kinerja kualitas kredit maupun kinerja keuangan BRI secara umum," jelasnya.
BRI telah melakukan antisipasi risiko dengan melakukan pencadangan yang memadai. NPL Coverage BRI berada di level 305,73 persen hingga akhir Desember 2022. "Pada Desember 2023, NPL Coverage turun menjadi 229,09 persen, namun cadangan tersebut masih sangat memadai," ungkap Sunarso.
Pada pertengahan Februari 2024, Sunarso mengungkapkan bahwa perseroan telah mencatatkan penyusutan nilai kredit terdampak Covid-19 yang direstrukturisasi. Outstanding kredit restrukturisasi COVID-19 per Desember 2023 turun menjadi Rp 54,5 triliun dari Rp 107,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.