Logo
>

Revisi Besar Sri-Kehati: Siapa Penghuni Anyar?

Per 2 Juni 2025 mendatang, indeks Sri-Kehati akan memulai periode barunya dengan tiga penghuni anyar.

Ditulis oleh Yunila Wati
Revisi Besar Sri-Kehati: Siapa Penghuni Anyar?
Ilustrasi Indeks Sri-Kehati.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM Bursa Efek Indonesia atau BEI kembali diramaikan dengan kabar rebalancing dari indeks Sri-Kehati, salah satu acuan paling bergengsi bagi investor institusi yang menaruh perhatian pada prinsip keberlanjutan dan tata kelola yang baik. 

    Meski rutin dilakukan dua kali setahun, evaluasi kali ini cukup menyita perhatian. Beberapa nama besar keluar, sementara pendatang baru langsung menyedot potensi arus dana dalam jumlah besar.

    Sebagai pengingat, Sri-Kehati bukan indeks biasa. Didirikan pada 2009 lewat kerja sama BEI dan Yayasan Kehati, indeks ini hanya memuat 25 saham pilihan yang dinilai tidak hanya dari sisi fundamental keuangan, tetapi juga dari aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan—atau yang biasa dikenal dengan istilah ESG. 

    Maka, tak heran jika pergerakan indeks ini kerap dijadikan cermin bagi arah investasi berkelanjutan di Indonesia.

    Per 2 Juni 2025 mendatang, indeks Sri-Kehati akan memulai periode barunya dengan tiga penghuni anyar: Astra International (ASII), Dayamitra Telekomunikasi (MTEL), dan Pertamina Geothermal Energy (PGEO). 

    Ini Dia Pendatang Barunya

    Mengutip Algoresearch, yang paling menonjol tentu ASII, yang langsung diberikan bobot tertinggi di indeks sebesar 12,87 persen. Di sisi lain, MTEL dan PGEO masuk dengan bobot yang lebih kecil, masing-masing 1,12 persen dan 0,80 persen.

    Masuknya ketiga saham ini tentu berpotensi memicu pergerakan dana besar-besaran dari investor institusional. Berdasarkan estimasi, arus masuk saat rebalancing bisa mendekati Rp1 triliun, dengan ASII berpotensi menyerap sekitar Rp750 miliar. 

    MTEL dan PGEO masing-masing diperkirakan akan mendapatkan aliran dana sebesar Rp60 miliar dan Rp50 miliar.

    Siapa yang Ditendang?

    Namun kabar yang tak kalah mencuri perhatian adalah keluarnya Telkom Indonesia (TLKM) dari indeks. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat TLKM adalah salah satu pilar Sri-Kehati sejak awal dibentuk. 

    Dengan kapitalisasi pasar yang saat ini menyentuh angka Rp277 triliun, TLKM biasanya berada di jajaran teratas dalam hal bobot indeks.

    Spekulasi pun bermunculan. Banyak pihak meyakini bahwa keputusan ini bukan karena performa bisnis inti TLKM yang buruk, tetapi lebih karena pertimbangan ESG. Perusahaan ini memang tengah dilanda kasus dugaan korupsi proyek fiktif senilai Rp430 miliar yang terjadi pada periode 2016–2018.

    Meski manajemen telah menegaskan bahwa proses hukum ini tidak mengganggu operasional perusahaan, dampak reputasi tetap menjadi pertimbangan penting dalam seleksi indeks seperti Sri-Kehati.

    Selain TLKM, dua saham lain yang dikeluarkan adalah Surya Citra Media (SCMA) dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA). Ketiganya diperkirakan akan mengalami tekanan jual yang signifikan. 

    TLKM sendiri berpotensi kehilangan hingga Rp900 miliar dana institusi, sedangkan SCMA dan JPFA masing-masing sekitar Rp60 miliar dan Rp20 miliar.

    Perubahan seperti ini seringkali dijadikan peluang oleh para pelaku pasar. Banyak investor yang mencoba mengambil untung dari pergerakan harga saham menjelang dan sesudah rebalancing. 

    Namun perlu dicatat, meskipun pola pergerakan berdasarkan aliran dana bisa diprediksi, pasar tetap memiliki banyak variabel. Tidak semua saham yang masuk pasti naik, dan tidak semua yang keluar langsung merosot.

    Apa pun dinamika jangka pendeknya, satu hal yang jelas dari rebalancing kali ini adalah pentingnya integritas ESG dalam strategi investasi modern. Nama besar tak lagi menjamin tempat abadi di indeks prestisius seperti Sri-Kehati. 

    Bagi investor, ini adalah pengingat bahwa keberlanjutan bukan lagi sekadar jargon, melainkan elemen krusial dalam menilai arah dan kualitas pertumbuhan jangka panjang sebuah perusahaan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79