Logo
>

Right Issue Rp139 Miliar: Bank Banten Bangkit atau Gimik?

Langkah strategis ini setara dengan 17,97 persen dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh perseroan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Right Issue Rp139 Miliar: Bank Banten Bangkit atau Gimik?
Bank Banten. Foto: Dok Perusahaan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Banten (BEKS) tengah mempersiapkan aksi korporasi penting melalui penerbitan saham baru (rights issue) dengan jumlah maksimal mencapai 11,36 miliar lembar saham Seri C. 

    Langkah strategis ini setara dengan 17,97 persen dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh perseroan, dengan nilai nominal per saham sebesar Rp50. Melalui aksi ini, perseroan berharap dapat memperkuat struktur permodalan serta memperluas jaringan usaha secara signifikan.

    Pemerintah Provinsi Banten (Pemprov Banten) sebagai pemegang saham mayoritas, akan mengambil bagian penuh dalam rights issue tersebut sesuai porsi kepemilikan yang dimilikinya, yakni sebanyak 3,26 miliar lembar saham Seri B dan 31,02 miliar lembar saham Seri C. 

    Menariknya, partisipasi Pemprov Banten tidak dilakukan dalam bentuk tunai, melainkan melalui mekanisme inbreng atau penyetoran modal dalam bentuk selain uang.

    Aset yang akan diinbreng-kan oleh Pemprov Banten berupa sejumlah properti strategis yang tersebar di Kota Serang dan Kota Tangerang. Beberapa di antaranya adalah: 

    1. Eks Gedung Kantor Disperindag di Jl Veteran No. 4, 
    2. Gedung Lama Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) di Jl Syech Nawawi Albantani,
    3. Gedung Samsat Cikokol Lama di Jl Perintis Kemerdekaan III A. 

    Selain itu, Tanah Parkir UPTD Pengujian SMB Disperindag di Jl Raya Serang-Jakarta juga termasuk dalam daftar aset yang akan disetor sebagai modal perseroan.

    Tidak adanya pembeli siaga dalam aksi korporasi ini menunjukkan keyakinan penuh dari Pemprov Banten terhadap potensi jangka panjang Bank Banten. 

    Dana yang diperoleh dari rights issue ini, yang mencapai sekitar Rp139,56 miliar, dirancang untuk dialokasikan secara produktif. Sebagian besar dana akan digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan milik Pemprov Banten yang akan dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi ekspansi dan peningkatan aset produktif perusahaan.

    Selain itu, Bank Banten akan mengarahkan penggunaan dana untuk memperkuat jaringan kantor yang menjadi tulang punggung aktivitas operasional dan pemasaran. Penambahan kantor cabang, kantor pembantu, serta kantor fungsional lainnya diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menarik lebih banyak nasabah untuk menyimpan dananya di perseroan.

    Tidak hanya itu, dana juga akan digunakan untuk mendorong penyaluran kredit yang lebih luas serta pengembangan teknologi informasi guna memperkuat daya saing di era digital perbankan saat ini.

    Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi pemenuhan ketentuan yang tertuang dalam POJK No. 12/POJK.03/2020 terkait konsolidasi bank umum. Melalui langkah konsolidatif dan transformasional ini, Bank Banten menegaskan komitmennya untuk tumbuh menjadi lembaga keuangan yang solid, modern, dan berdaya saing tinggi di tingkat regional maupun nasional.

    Layakkah Dikoleksi?

    Bank Banten tengah menjadi sorotan pasar modal, seiring rencana aksi korporasi berupa penambahan modal melalui mekanisme rights issue. Rencana tersebut melibatkan penerbitan saham baru seri C sebanyak maksimal 11,36 miliar lembar, yang mewakili 17,97 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. 

    Langkah ini tak hanya dimaksudkan untuk memperkuat struktur permodalan, tetapi juga sebagai bagian dari strategi pengembangan bisnis jangka panjang.

    Menariknya, Pemerintah Provinsi Banten—yang merupakan pemegang saham mayoritas di Bank Banten—menyatakan akan melaksanakan seluruh haknya dalam rights issue tersebut melalui mekanisme inbreng. Artinya, alih-alih menyetor dana tunai, Pemprov Banten akan menyumbangkan sejumlah aset tetap berupa gedung dan tanah strategis di Kota Serang dan Kota Tangerang, seperti bekas Gedung Disperindag, Gedung PLUT, Gedung Samsat Cikokol Lama, dan area parkir UPTD Disperindag. 

    Inbreng ini memperlihatkan komitmen kuat Pemprov Banten dalam mendukung transformasi dan keberlanjutan Bank Banten sebagai lembaga keuangan daerah.

    Dari sudut pandang investor, keterlibatan aktif pemegang saham utama dapat dipandang sebagai sinyal positif. Dukungan semacam ini memberi harapan akan adanya keberlanjutan dalam pendanaan, sekaligus mengurangi risiko gagal tumbuhnya bank kecil seperti BEKS. 

    Apalagi, dana hasil rights issue yang diperkirakan mencapai Rp139,56 miliar direncanakan akan digunakan untuk memperluas jaringan kantor, memperkuat penyaluran kredit, serta mendukung pengembangan teknologi digital. 

    Ekspansi ini sangat penting bagi Bank Banten agar mampu bersaing di tengah industri perbankan yang semakin kompetitif dan digital.

    Meski demikian, perlu diakui bahwa Bank Banten masih berada dalam fase transformasi. Kinerja keuangannya belum menunjukkan kestabilan laba, dan posisinya sebagai bank daerah kecil membuat saham BEKS sering dianggap sebagai instrumen investasi berisiko tinggi. 

    Apalagi, ketiadaan pembeli siaga dalam rights issue ini menandakan masih terbatasnya minat investor institusional terhadap saham ini, yang bisa menjadi pertanda bahwa sentimen pasar belum sepenuhnya yakin terhadap prospek jangka pendek perseroan.

    Bagi investor dengan profil agresif yang tidak keberatan menghadapi fluktuasi harga tajam, serta percaya pada potensi jangka panjang Bank Banten setelah aksi korporasi ini, saham BEKS bisa menjadi pilihan spekulatif yang menarik. 

    Namun untuk investor konservatif yang lebih mengutamakan kestabilan kinerja dan likuiditas tinggi, saham ini masih memerlukan waktu dan pembuktian agar layak dikoleksi dalam portofolio.

    Dengan segala potensi dan tantangan yang ada, saham Bank Banten saat ini berada di titik kritis: antara peluang tumbuh sebagai bank daerah yang solid atau tetap terjebak dalam zona spekulatif. Keberhasilan rights issue dan efektivitas penggunaan dana menjadi kunci utama yang akan menentukan arah masa depan BEKS di pasar modal Indonesia.

    Kerja Keras Kinerja Keuangan BEKS

    Kinerja keuangan Bank Banten (BEKS) dalam laporan terbarunya menunjukkan dinamika yang cukup kompleks dan menarik untuk dianalisis lebih dalam, terutama dari sudut pandang investor maupun pelaku pasar yang mengamati arah pertumbuhan bank daerah tersebut. 

    Pendapatan perusahaan mengalami lonjakan signifikan sebesar 114,86 persen hingga mencapai Rp179,47 miliar. Kenaikan ini seolah mencerminkan usaha Bank Banten dalam menggenjot pendapatan usaha di tengah kompetisi yang semakin ketat di sektor perbankan. 

    Namun, di balik kenaikan pendapatan tersebut, terdapat lonjakan yang jauh lebih tinggi pada beban operasional yang naik 245,78 persen menjadi Rp116,27 miliar. Lonjakan beban ini mempersempit ruang laba dan menekan profitabilitas secara keseluruhan.

    Hal tersebut tercermin jelas dari penurunan laba bersih sebesar 22,50 persen menjadi Rp31,86 miliar. Penurunan ini tentu bukan kabar baik, apalagi jika dikaitkan dengan anjloknya net profit margin hingga 63,94 persen, yang kini berada di angka 17,75 persen. 

    Margin laba bersih yang menipis menandakan adanya tekanan berat terhadap efisiensi operasional, sehingga meskipun pendapatan meningkat, sebagian besar keuntungan justru tergerus oleh biaya-biaya yang membengkak. Efektifnya pajak yang dikenakan juga tergolong tinggi, mencapai 52,82 persen, yang turut mempersempit laba bersih perusahaan.

    Di sisi neraca, Bank Banten masih mencatatkan posisi kas dan setara kas jangka pendek sebesar Rp595,42 miliar dengan pertumbuhan 2,49 persen. Total aset perseroan naik 11,03 persen menjadi Rp7,55 triliun, didorong oleh kenaikan kewajiban yang juga meningkat 13,95 persen menjadi Rp5,85 triliun. 

    Ekuitas tercatat stabil di angka Rp1,70 triliun, menunjukkan bahwa struktur permodalan bank ini masih cukup sehat. Namun dengan price to book value (PBV) berada di kisaran 0,67 kali, saham BEKS masih diperdagangkan di bawah nilai bukunya, yang bisa menjadi sinyal undervaluation atau refleksi dari ekspektasi pasar terhadap risiko kinerja keuangan jangka pendeknya.

    Kinerja arus kas operasional yang negatif sebesar Rp42,66 miliar—dengan penurunan tajam 107,72 persen—mengindikasikan adanya tekanan likuiditas dari aktivitas utama perusahaan. Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi juga masih mencatatkan negatif Rp17,49 miliar, namun mengalami perbaikan 34,50 persen dibandingkan sebelumnya. 

    Menariknya, arus kas dari aktivitas pendanaan mengalami lonjakan besar hingga 152,37 persen, menghasilkan dana sebesar Rp320,07 miliar, yang membantu memperkuat posisi kas secara keseluruhan. Akibatnya, Bank Banten mencatatkan kenaikan bersih kas sebesar Rp259,93 miliar atau tumbuh lebih dari 400 persen, sebuah pencapaian yang tak bisa diabaikan di tengah tekanan operasional.

    Secara keseluruhan, performa BEKS menunjukkan usaha keras dalam memperbaiki pendapatan dan posisi kas, namun dibayangi oleh tingginya beban operasional dan efisiensi yang masih menjadi pekerjaan rumah. Kinerja ini memberi sinyal bahwa perusahaan tengah berada dalam fase transformasi dan ekspansi, namun belum sepenuhnya mencerminkan kestabilan dari sisi profitabilitas. 

    Bagi investor, kondisi ini bisa diartikan sebagai peluang dengan risiko tinggi—menarik untuk mereka yang berani berspekulasi atas potensi pemulihan, namun kurang ideal bagi investor yang mengejar kestabilan dan pertumbuhan jangka panjang yang konsisten.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79