Logo
>

Risiko Resesi AS, Baiknya Investasi Kemana?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Risiko Resesi AS, Baiknya Investasi Kemana?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sinyal resesi dari Amerika Serikat (AS) mulai berkedip merah. Tingkat pengangguran di negara dengan ekonomi terbesar dunia ini melonjak ke angka 4,3 persen bulan lalu, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 4,5 persen menjelang akhir tahun.

    Lonjakan ini memicu penurunan rata-rata tiga bulan tingkat pengangguran AS, melampaui titik terendah dalam setahun dan memicu apa yang dikenal sebagai 'Sahm's rule' indikator yang dikenal efektif dalam meramalkan kemerosotan ekonomi.

    Akibatnya, potensi resesi AS memicu kegelisahan di pasar modal, yang biasanya bereaksi lebih awal terhadap perubahan prospek ekonomi. Aksi jual besar-besaran terhadap aset berisiko seperti saham dan mata uang kripto pun tidak dapat dihindari.

    Namun, saat yang sama, para pemodal enggan beralih ke emas atau dolar AS, yang biasanya dianggap sebagai aset safe haven di masa ketidakpastian. Banyak yang malah menjual emas untuk menutupi kerugian dari investasi ekuitas mereka.

    Dalam kekacauan pasar yang dikenal sebagai 'Bloody Monday' kemarin, investor berlomba-lomba membeli obligasi dan surat utang seperti Treasury, serta berbagai jenis surat utang lainnya yang menawarkan hasil imbal yang masih menggiurkan.

    Bagi pemodal domestik, situasi pasar terkini jelas memicu kepanikan. Terlebih ketika IHSG anjlok mendekati 4 persen kemarin. Meskipun indeks kembali bangkit beberapa hari terakhir, didorong oleh sinyal dovish dari Bank of Japan yang tidak menaikkan bunga acuan mengangkat bursa Asia bayang-bayang kekhawatiran resesi AS belum sepenuhnya sirna.

    Beberapa analis menyatakan bahwa kondisi pasar yang belum stabil membuat investasi di saham menjadi terlalu berisiko. Salah satu langkah bijak yang diambil oleh investor berpengalaman seperti Warren Buffet adalah menambah porsi dana tunai. Dengan strategi ini, ketika badai pasar mereda dan aset-aset berharga bisa dibeli dengan harga diskon, investor dapat memanfaatkannya.

    Saat ini, dengan berkurangnya satu tekanan dari pasar setelah sinyal dovish BoJ, fokus para investor akan kembali ke Amerika Serikat, khususnya pada prospek perubahan suku bunga acuan Federal Reserve.

    Berdasarkan pergerakan pasar swap, para pemodal kini bertaruh bahwa The Fed akan memangkas suku bunga hingga 100 bps pada akhir tahun menjadi 5,5 persen. Prediksi pasar untuk langkah September pun terbagi; semula, The Fed diperkirakan akan memangkas 50 bps dalam FOMC bulan depan, namun probabilitasnya menurun menjadi 62,5 persen dari yang sebelumnya 85 persen. Sebaliknya, prediksi untuk pemangkasan sebesar 25 bps meningkat menjadi 37,5 persen pada September.

    Data penting yang dinanti adalah angka inflasi harga produsen dan konsumen yang akan dirilis pekan depan. Selain itu, data klaim pengangguran yang dirilis minggu ini mungkin akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang kondisi pasar tenaga kerja di AS.

    Pilihan Aset di Tengah Volatilitas Pasar

    Surat Berharga Negara (SBN)

    Jika Anda mencari instrumen likuid dengan imbal hasil menarik dan risiko rendah, SBN bisa menjadi pilihan. Saat pasar mengalami guncangan 'Senin berdarah' kemarin, pemodal asing membeli SBN hingga Rp1,35 triliun. Sebelumnya, pembelian bersih asing di SBN mencapai Rp4,58 triliun, menurut data Kementerian Keuangan.

    Dalam lelang SUN terbaru, untuk seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang mirip dengan T-Bills, imbal hasil mencapai 6,54 persen untuk tenor 12 bulan. SBN tenor panjang juga menawarkan yield menarik saat ini, meski telah menurun dari beberapa bulan lalu. SBN-10Y, misalnya, memberikan imbal hasil 6,82 persen, sedangkan 5Y yield-nya 6,69 persen.

    Investasi di SBN saat ini bisa menjadi pilihan cerdas dengan prospek penurunan suku bunga acuan yang dapat mengangkat harga obligasi. Pendapatan kupon dibayar setiap enam bulan, dan jika Anda membutuhkan dana cepat, surat berharga ini bisa dijual di pasar sekunder karena cukup likuid. Pajak bunga obligasi dikenakan sebesar 10 persen.

    Sukuk Ritel

    Pemerintah akan segera membuka penawaran Sukuk Ritel seri SR021. Jika tidak ada halangan, masa penawaran akan dimulai pada akhir Agustus. Merujuk pada penerbitan SR020 pada Maret lalu, imbalan untuk tenor 3 tahun dan 5 tahun masing-masing sebesar 6,3 persen p.a dan 6,4 persen p.a.

    Pendapatan kupon Sukuk Ritel dibayar setiap bulan, dan instrumen ini dapat dijual di pasar sekunder, memungkinkan keuntungan dari kenaikan harga. Dengan dua jenis keuntungan pendapatan kupon dan capital gain Sukuk Ritel menawarkan potensi keuntungan yang menarik.

    Emas

    Harga emas sempat tertekan akibat panic selling di pasar, namun emas tetap menarik sebagai aset safe haven. Prospek penurunan suku bunga global berpotensi mengangkat harga emas lebih tinggi. Meskipun harga emas dunia melemah menjadi USD2.395,01 per troy ounce, masih ada potensi keuntungan dari emas.

    Harga emas domestik PT Aneka Tambang Tbk turun menjadi Rp1.399.000 per gram, sementara harga buyback oleh Antam berada di Rp1.246.000 per gram. Meskipun harga emas turun, keuntungan dari investasi emas masih signifikan. Jika membeli emas Antam pada 7 Agustus tahun lalu dengan harga Rp1,074 juta per gram, keuntungan mencapai 16 persen jika dijual hari ini.

    Reksa Dana

    Untuk alternatif likuid dengan hasil yang lumayan, reksa dana pasar uang bisa menjadi opsi. Mengacu data Infovesta Utama, reksa dana pasar uang memberikan return 4,43 persen dalam setahun terakhir. Beberapa produk reksa dana menawarkan return lebih tinggi, seperti Bahana Likuid Plus dengan return 5,12 persen, atau BRI Seruni Pasar Uang Syariah dengan return 5,3 persen.

    Reksa dana pasar uang terbilang likuid dengan pencairan cepat tanpa waktu tunggu. Produk ini tidak dikenakan subscription fee atau redemption fee, dan pajak reksa dana sekitar 10 persen. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi