KABARBURSA.COM - Mata uang Rupiah kembali merosot ke level terendah baru dalam perdagangan spot pagi ini, tercatat di Rp16.290/US$ pada pukul 09:55 WIB, Senin 10 Juni 2024. Kejatuhan ini menandai penurunan sebesar 0,6 persen dari posisi penutupan pekan sebelumnya di Rp16.195/US$.
Rupiah hari ini Senin 10 Juni 2024, mengalami tekanan yang signifikan dari sentimen negatif di pasar global, terutama setelah rilis data pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang menunjukkan lonjakan penambahan lapangan kerja. Pasar tenaga kerja yang kuat ini menimbulkan ketidakpastian terhadap kemungkinan pelonggaran moneter oleh Federal Reserve (The Fed).
Catatan terperosoknya Rupiah pada level ini mencapai titik terendah sejak krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi Covid-19 pada 2020, yakni di Rp16.575/US$. Saat ini, level pelemahan Rupiah merupakan yang terendah sejak April 2020. Dari segi teknis, Rupiah telah menembus level support terkuat dan berpotensi menjebol Rp16.300/US$, level psikologis baru yang lebih lemah.
Tekanan yang dialami Rupiah juga tercermin pada mata uang Asia lainnya, dengan sebagian besar mata uang tersebut melemah terhadap Dolar AS. Won Korea mengalami penurunan 0,9 persen, sementara ringgit dan peso masing-masing melemah 0,55 persen dan 0,44 persen. Hanya beberapa mata uang seperti dolar Taiwan, dolar Hong Kong, dan rupee India yang masih menguat.
Aksi jual besar-besaran juga menghantam pasar saham dan surat utang, yang semakin memperburuk kondisi Rupiah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan penurunan signifikan di level 6.860, sementara harga obligasi mengalami penurunan akibat tekanan jual.
Imbal hasil Surat Utang Negara mengalami kenaikan di semua tenor, dengan tenor 2 tahun mencapai 6,634 persen, tenor 5 tahun di 6,905 persen, dan tenor 10 tahun di 6,946 persen.
Data terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan tingkat pengangguran yang meningkat dan penambahan lapangan kerja yang melampaui perkiraan pasar, menimbulkan kekhawatiran di pasar dan mendorong kenaikan yield Treasury secara signifikan.
Ketidakpastian ini semakin meningkat menjelang pertemuan Komite Terbuka Federal Reserve (FOMC) yang akan diumumkan hasilnya pada Kamis mendatang. Ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed telah surut, dan pasar kini menantikan keputusan lebih lanjut dari bank sentral AS tersebut.
Data sentimen Rupiah pada tahun 2024 menunjukkan volatilitas yang tinggi, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Berikut adalah beberapa poin penting terkait sentimen Rupiah selama tahun tersebut:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.