KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan tertekan pada Senin, 4 November 2024. Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan pergerakan rupiah akan fluktuatif, namun ditutup melemah dalam rentang Rp15.720-Rp15.790 per USD.
“Namun, diperkirakan akan melemah di kisaran Rp15.720-Rp15.790 per USD,” ujarnya dalam laporan analisa hariannya yang dikutip Sabtu, 2 November 2024.
Ibrahim mengungkapkan faktor eksternal berasal dari peningkatan belanja konsumen AS pada bulan September yang lebih tinggi dari perkiraan, menempatkan ekonomi AS dalam jalur pertumbuhan yang lebih kuat menuju akhir tahun.
“Di China, aktivitas manufaktur kembali tumbuh pada Oktober. Ini pertama kalinya dalam enam bulan aktivitas manufaktur mengalami peningkatan,” ujarnya.
Dari sisi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Oktober 2024 sebesar 1,71 persen, dengan inflasi bulanan sebesar 0,08 persen. Hal ini mengakhiri tren deflasi selama lima bulan berturut-turut.
Secara bulanan, inflasi Indonesia pada Oktober 2024 tercatat 0,08 persen. Indeks harga konsumen (IHK) meningkat ke 106,01 pada Oktober 2024, dibandingkan 105,93 pada September 2024.
Kelompok pengeluaran terbesar yang menyumbang inflasi bulanan adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,94 persen, menyumbang andil inflasi sebesar 0,06 persen. Komoditas utama yang memicu inflasi dalam kelompok ini adalah emas perhiasan, dengan andil sebesar 0,06 persen.
Pada akhir pekan ini, Jumat, 1 November 2024, rupiah ditutup melemah ke level Rp15.732 per USD, seiring dengan pelemahan mayoritas mata uang di kawasan Asia.
Kemarin, rupiah mengalami penurunan 0,22 persen ke Rp15.732 per USD. Indeks dolar AS sendiri menguat 0,12 persen menjadi 104,09.
Di sisi lain, mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Yen Jepang turun 0,38 persen, dolar Singapura turun 0,33 persen, dolar Taiwan naik 0,28 persen, won Korea Selatan melemah 0,07 persen, dan peso Filipina terdepresiasi 0,51 persen.
Mata uang rupee India cenderung stagnan, yuan China melemah 0,08 persen, ringgit Malaysia turun 0,14 persen, dan baht Thailand melemah 0,36 persen.
Menguat di Akhir Oktober
Mengakhiri Oktober 2024. rupiah ditutup perkasa. Nilai tukar rupiah juga ditutup menguat 6,5 poin atau naik 0,04 persen ke level Rp15.698 per dolar Amerika Serikat.
Kinerja rupiah yang positif ini terjadi di tengah realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar, serta beragam sentimen eksternal yang turut mempengaruhi pergerakan mata uang Indonesia.
Salah satu faktor utama yang mendukung penguatan rupiah hari ini adalah data pertumbuhan ekonomi AS yang dirilis lebih rendah dari harapan. Menurut laporan yang dirilis pada Kamis (31/10), ekonomi AS hanya tumbuh sebesar 2,8 persen secara tahunan (annualized) pada kuartal III 2024, sedikit lebih rendah dari proyeksi ekonom yang memprediksi angka 3 persen.
Meskipun pertumbuhan tersebut masih menunjukkan ekspansi ekonomi, hasil ini memberikan sinyal bahwa ekonomi AS mungkin mulai melambat, yang pada gilirannya melemahkan indeks dolar AS. Hal ini membuat rupiah mendapat dorongan positif dari pelemahan dolar di pasar global.
Selain data pertumbuhan ekonomi, laporan terkait tenaga kerja AS menunjukkan kondisi pasar yang mulai longgar. Laporan dari ADP (Automatic Data Processing) menunjukkan bahwa meskipun ada lonjakan penggajian swasta di bulan Oktober 2024, pasar tenaga kerja AS mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.
Ini mengurangi tekanan pada inflasi, yang pada gilirannya menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve, sehingga memicu pelemahan dolar AS.
Pendorong lainnya adalah adanya kabar positif dari Timur Tengah. Perdana Menteri Lebanon menyatakan harapannya bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Israel akan tercapai dalam beberapa hari ke depan, setelah adanya laporan yang menyebutkan bahwa Israel telah menyiapkan rancangan perjanjian gencatan senjata awal selama 60 hari.
Selain itu, upaya diplomatik serupa untuk mengakhiri permusuhan di Gaza juga memberikan sentimen positif di pasar global, karena meredanya ketegangan geopolitik berpotensi mendorong stabilitas ekonomi di kawasan. Stabilitas ini kemudian menciptakan kondisi yang lebih baik bagi investor yang memegang mata uang di negara berkembang seperti rupiah.
Di sisi lain, penguatan rupiah juga dibatasi oleh ketidakpastian terkait pemilihan presiden AS yang akan digelar pada 5 November 2024.
Menurut beberapa jajak pendapat, kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, memiliki peluang kemenangan yang cukup kuat. Spekulasi ini mempengaruhi pasar karena kebijakan perdagangan dan imigrasi yang agresif dari Trump selama periode sebelumnya dianggap memicu kenaikan inflasi dan tarif, yang berdampak pada ekonomi global.(*)