KABARBURSA.COM - Rupiah pada Kamis, 28 November 2024, berhasil menguat terhadap dolar AS. Rupiah tercatat melonjak 70 poin atau 0,44 persen, berada di level Rp15.865 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya di Rp15.935.
Penguatan ini terjadi saat investor global melakukan aksi ambil untung atau profit-taking, sebagaimana disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Menurut Josua, depresiasi dolar AS terhadap berbagai mata uang global menjadi salah satu pendorong utama penguatan rupiah. Arus akhir bulan yang ditandai dengan aksi profit-taking investor memberikan tekanan pada dolar.
Selain itu, data ekonomi AS yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan hasil yang sebagian besar sesuai dengan ekspektasi pasar, sehingga dampaknya terhadap pergerakan dolar relatif terbatas.
Dalam laporan tersebut, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS untuk kuartal III-2024 tetap berada di level 2,8 persen secara kuartalan (QoQ) dalam estimasi kedua.
Namun, pertumbuhan konsumsi pribadi direvisi turun dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen secara QoQ. Penyesuaian ini menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan dolar AS.
Sementara itu, inflasi pilihan The Federal Reserve (The Fed), yaitu Indeks Harga PCE, pada Oktober 2024 tercatat naik menjadi 2,3 persen dari sebelumnya 2,1 persen secara tahunan (YoY).
Meskipun angka ini sejalan dengan ekspektasi, kenaikan inflasi PCE menegaskan alasan utama sikap hati-hati The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter ke depan.
Dengan latar belakang ini, Josua memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah pada hari ini akan bergerak dalam kisaran Rp15.800 hingga Rp15.900 per dolar AS. Faktor eksternal berupa aksi profit-taking serta stabilitas data ekonomi AS menjadi peluang bagi mata uang rupiah untuk tetap bertahan dalam tren positif.
Penguatan ini menunjukkan optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi domestik Indonesia, meskipun dinamika global tetap menjadi tantangan.
Langkah ke depan untuk menjaga momentum positif ini adalah dengan mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang responsif terhadap perubahan ekonomi global, sembari terus mendorong penguatan fundamental ekonomi nasional.
Seperti diberitakan tadi pagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi berpotensi rebound pada perdagangan Kamis, 28 November 2024, setelah sebelumnya ditutup di zona merah.
Dalam perdagangan Selasa, 26 November 2024, rupiah melemah 0,33 persen ke level Rp15.934 per dolar AS, sementara indeks dolar AS menguat 0,28 persen ke level 107,19. Keadaan ini mencerminkan pengaruh kebijakan terbaru dari Presiden terpilih AS, Donald Trump.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, mencatat bahwa meski dolar sempat melemah karena penunjukan Bessent, penguatan indeks dolar diperkirakan berlanjut seiring ekspektasi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.
Dari dalam negeri, kabar positif datang dari surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2024 yang mencapai USD5,9 miliar, jauh lebih baik dibandingkan defisit USD0,6 miliar pada kuartal sebelumnya.
Surplus ini didorong oleh penurunan defisit transaksi berjalan menjadi USD2,2 miliar atau 0,6 persen dari PDB, dibandingkan defisit USD3,2 miliar pada kuartal II/2024.
Surplus tersebut juga berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa Indonesia, yang kini mencapai USD149,9 miliar. Cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional.
Kinerja positif dari surplus NPI dan cadangan devisa memberikan harapan untuk stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Namun, pengaruh kebijakan global, terutama kebijakan agresif dari Presiden Trump, tetap menjadi tantangan yang harus diwaspadai.
Pasar kini menanti data inflasi PCE AS yang akan dirilis Jumat mendatang, yang diprediksi memberikan sinyal lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, rupiah memiliki peluang untuk bangkit, didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang solid. Meski demikian, perhatian tetap perlu diberikan pada dinamika pasar global yang berpotensi mengganggu momentum pemulihan mata uang Garuda.
Sementara, pada Senin, 25 November 2024, rupiah juga ditutup melemah 6 poin. Rupanya, penunjukkan Scott Bessent sebagai calon Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) oleh presiden terpilih Donald Trump tidak mampu menguatkan rupiah, seperti yang terjadi pada mata uang global lainnya.
Hingga pukul 15.00 WIB hari ini, kurs rupiah ditutup di level Rp15.881 per dolar AS, melemah 6 poin atau 0,04 persen dibandingkan penutupan akhir pekan kemarin, 22 November 2024, yang berada di level Rp15.875.(*)