Logo
>

Rupiah Diprediksi bakal Lemas karena Dolar yang Lagi Ngamuk

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Rupiah Diprediksi bakal Lemas karena Dolar yang Lagi Ngamuk

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah berpotensi mengalami tekanan lebih lanjut hari ini, Rabu, 13 November 2024, setelah penutupan kemarin yang melemah signifikan sebesar 92 poin ke level Rp15.781,5 per dolar AS. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan hari ini rupiah diperkirakan masih fluktuatif dalam kisaran Rp15.770 hingga Rp15.880, dengan potensi melemah.

    “Untuk perdagangan besok (hari ini), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.770 - Rp15.880,” ujar Ibrahim dalam analisanya, kemarin.

    Ibrahim menjelaskan penguatan indeks dolar AS ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir menambah tekanan pada rupiah. “Pasar bertaruh bahwa kebijakan inflasi di bawah Trump akan menjaga suku bunga tinggi dalam jangka panjang,” jelasnya.

    Selain itu, lonjakan imbal hasil Treasury AS juga mendukung posisi dolar yang semakin kuat. Ditambah lagi, sikap proteksionis Trump terkait perdagangan dan imigrasi dipandang sebagai faktor yang bisa memicu inflasi lebih tinggi di AS, sehingga meningkatkan permintaan terhadap dolar AS di pasar global.

    Selain faktor eksternal, Ibrahim menyoroti aspek domestik yang turut menekan rupiah. Data penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan perlambatan pada Oktober 2024. Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat sebesar 209,5 atau tumbuh melambat 1,0 persen secara tahunan (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

    Meski ada peningkatan pada kategori seperti barang budaya, rekreasi, suku cadang, dan aksesori, secara keseluruhan sektor ritel masih menunjukkan kontraksi.

    “Tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat dalam tiga hingga enam bulan ke depan, seiring persiapan Natal, Tahun Baru, dan Ramadhan,” kata Ibrahim, merujuk pada Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) yang menunjukkan peningkatan untuk Desember 2024 dan Maret 2025.

    Meski hari ini rupiah dihadapkan pada tantangan besar, Ibrahim tetap optimistis akan peluang stabilitas dalam jangka panjang, khususnya jika upaya pengendalian inflasi dan langkah-langkah moneter dari Bank Indonesia terus dipertahankan.

    Indek Wall Street Terguncang

    Di Amerika, indeks utama di Wall Street terjun bebas pada perdagangan Selasa, 12 November 2024 waktu setempat. Ini merupakan koreksi pertama sejak pemilu di negeri Abang Sam karena dipicu kemerosotan tajam saham-saham Trump Trade.

    Berdasarkan laporan Consumer News and Business Channel Internasional, Dow Jones Industrial Average turun 382,15 poin atau 0,86 persen, ditutup pada 43.910. Sementara itu, S&P 500 melemah 0,29 persen, dan Nasdaq Composite turun tipis 0,09 persen. Ketiganya mengakhiri reli lima hari berturut-turut.

    Kelompok saham yang tergolong Trump trade, biasanya terdongkrak kebijakan ekonomi pro-pertumbuhan, menjadi yang paling terdampak. Saham-saham berkapitalisasi kecil seperti Russell 2000, yang sebelumnya diharapkan mendapat keuntungan dari kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS, melemah hingga 1,8 persen.

    Tekanan juga dirasakan sejumlah saham perusahaan besar. Tesla, yang sempat naik 31 persen sejak hari pemilu AS, jatuh 6,1 persen pada hari ini. Saham Trump Media & Technology Group pun anjlok hampir 9 persen dan telah merosot total 10 persen sejak Trump menang.

    Mark Malek, Kepala Investasi di Siebert, menyatakan bahwa pasar mungkin terlalu dini mengantisipasi kemenangan Trump sebelum hasil resmi diumumkan pekan lalu. Setelah euforia pasca-pemilu mereda, pasar kembali menyoroti tantangan ekonomi yang ada.

    Kekhawatiran Pasar

    Malek menambahkan, pergerakan ini lebih dipicu oleh tanda-tanda kelelahan pasar. “Ada kekhawatiran soal utang dan defisit. Walaupun defisit sering jadi masalah, kali ini pasar benar-benar menjadikannya fokus utama. Ini bisa menjadi alasan bagi investor untuk berhenti sejenak ketika pasar sudah terlihat kelebihan,” ujarnya.

    Saat ini, perhatian pelaku pasar beralih pada data inflasi konsumen dan produsen yang akan dirilis akhir pekan ini. Data tersebut muncul setelah The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga pekan lalu.

    Penurunan ini terjadi sehari setelah Dow Jones mencetak rekor penutupan di atas 44.000 dan S&P 500 ditutup di atas 6.000 untuk pertama kalinya.

    Optimisme investor sebelumnya terdorong oleh ekspektasi bahwa periode kedua Trump akan membawa pemotongan pajak dan pelonggaran regulasi, yang berpotensi menguntungkan pasar saham lebih luas.

    Sempat Menguat

    Wall Street sebelumnya sempat menguat pada penutupan perdagangan Senin, 11 November 2024. Indeks saham ini menguat karena terdongkrak oleh saham-saham yang diuntungkan dari kemungkinan kebijakan fiskal presiden terpilih AS Donald Trump.

    Berdasarkan laporan Reuters, ketiga indeks utama di Wall Street mencapai rekor tertinggi. Indeks S&P 500 naik 0,10 persen ke 6.001,35, Nasdaq meningkat 0,06 persen ke 19.298,76, sementara Dow Jones Industrial Average melonjak 0,69 persen ke 44.293,13. Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 15,4 miliar saham, lebih tinggi dari rata-rata 12,8 miliar dalam 20 hari terakhir.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).