Logo
>

Rupiah Diprediksi Menguat, Potensi Tembus di Bawah Rp15.000 per Dolar AS

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Rupiah Diprediksi Menguat, Potensi Tembus di Bawah Rp15.000 per Dolar AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah diproyeksikan menguat ke bawah level Rp15.000 per dolar AS pada kuartal IV 2024. Tim Riset Maybank Sekuritas memaparkan rupiah berpeluang untuk rebound terhadap dolar AS mulai Oktober 2024. Menurut para ekonom, Bank Indonesia diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis poin menjadi 5,5 persen pada akhir 2024, dan turun lagi menuju 5 persen pada 2025.

    Keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin dalam pertemuan FOMC pekan lalu juga dianggap menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah. "Kami melihat ada peluang penguatan rupiah terhadap dolar AS karena ketidakpastian Pemilu AS," tulis riset tersebut yang dikutip, Senin, 23 September 2024.

    Maybank Sekuritas memberikan pandangan optimis terhadap prospek rupiah dalam jangka menengah, dengan empat faktor pendorong utama. Pertama, Bank Indonesia telah memulai siklus pelonggaran moneter, yang meningkatkan minat investor terhadap surat utang. Kedua, fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, dengan surplus neraca dagang yang masih dipertahankan.

    Ketiga, aliran modal asing ke pasar saham negara berkembang terus menguat, didukung oleh pelonggaran kebijakan The Fed. Terakhir, posisi fiskal Indonesia tetap terkendali, dengan defisit APBN bertahan di bawah 3 persen dari PDB.

    Dengan faktor-faktor ini, rupiah diperkirakan berada di posisi Rp15.300 per dolar AS pada kuartal III 2024, kemudian menguat ke Rp14.900 pada kuartal IV 2024. Lebih jauh lagi, rupiah diproyeksikan akan naik tipis menjadi Rp14.800 pada kuartal I 2025, dan berpeluang terapresiasi hingga Rp14.600 pada kuartal II 2025.

    Jumat pekan lalu, rupiah mengakhiri perdagangan dengan menguat 0,58 persen atau naik 89 poin ke posisi Rp15.150 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS tercatat naik 0,09 persen ke posisi 100,7. Seperti rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat, seperti yuan China yang naik 0,14 persen, baht Thailand 0,2 persen, dan rupee India 0,18 persen.

    Namun, ada sejumlah mata uang Asia yang mengalami pelemahan, seperti yen Jepang yang turun 0,67 persen, won Korea melemah 0,28 persen, dolar Taiwan turun 0,18 persen, dan peso Filipina melemah 0,05 persen.

    Tren Penguatan Rupiah

    Mengutip riset Stockbit Sekuritas, Minggu, 22 September 2024, dengan harga saat ini telah terjadi penurunan nilai tukar USD terhadap Rupiah sebesar lebih dari 8.66 persen. Ini artinya Rupiah diprediksi akan menguat terhadap Dolar AS. Di sini, tim riset Stockbit Sekuritas menargetkan rupiah terus menguat hingga ke level Rp14.000.

    Penguatan Rupiah terhadap USD dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:

    • Kebijakan moneter: Bank Indonesia mungkin menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi untuk memperkuat Rupiah.
    • Harga komoditas: Kenaikan harga ekspor utama Indonesia (seperti minyak kelapa sawit atau batu bara) dapat meningkatkan devisa negara, yang akan memperkuat Rupiah.
    • Situasi global: Dolar AS mungkin melemah karena kebijakan moneter dari Federal Reserve atau ketidakpastian di pasar global.

    Hanya saja, tetap ada potensi risiko. Volatilitas pasar bisa mempengaruhi prediksi ini. Jika kondisi global memburuk atau ekonomi Indonesia mengalami tekanan, Rupiah bisa tetap melemah atau tidak mencapai target penguatan tersebut.

    IHSG Turun, Nilai Kapitalisasi Pasar Merosot

    Selama sepekan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa indikator perdagangan menunjukkan dinamika yang beragam. Meskipun terdapat peningkatan dalam volume dan frekuensi transaksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengalami penurunan.

    Selain itu, kapitalisasi pasar BEI tercatat menurun cukup signifikan. Berikut rangkuman lengkap performa BEI dalam sepekan terakhir.

    Sepanjang minggu ini, rata-rata nilai transaksi harian di BEI tercatat Rp14,93 triliun, turun sebesar 0,37 persen dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai Rp14,98 triliun per hari. Ini menunjukkan sedikit penurunan likuiditas di pasar saham, meskipun beberapa indikator lainnya menunjukkan tren positif.

    Kenaikan Volume dan Frekuensi Transaksi

    Salah satu indikator positif selama sepekan adalah kenaikan rata-rata volume transaksi harian yang mencapai 28,07 miliar saham, meningkat 20,21 persen dibandingkan pekan sebelumnya yang berada di angka 23,35 miliar saham per hari. Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian juga mengalami kenaikan sebesar 10,53 persen, dari 1,14 juta kali transaksi menjadi 1,26 juta kali transaksi per hari.

    Meskipun terjadi peningkatan dalam volume dan frekuensi transaksi, IHSG justru mencatatkan penurunan selama sepekan. Pada penutupan perdagangan Jumat, 20 September 2024, IHSG berada di level 7.743, mengalami koreksi sebesar 0,88 persen dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di level 7.812.

    Penurunan ini dipengaruhi oleh tekanan jual yang terjadi di beberapa sektor, meskipun investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) pada Jumat.

    Seiring dengan penurunan IHSG, nilai kapitalisasi pasar BEI juga mencatatkan penurunan signifikan. Pada akhir pekan ini, nilai kapitalisasi pasar BEI tercatat sebesar Rp13.007 triliun, turun 2,86 persen dibandingkan penutupan perdagangan pekan sebelumnya yang mencapai Rp13.390 triliun.

    Penurunan kapitalisasi pasar ini mencerminkan melemahnya kinerja beberapa saham unggulan yang tergabung dalam IHSG.

    Aksi Beli Bersih Investor Asing

    Meskipun IHSG mengalami penurunan, investor asing justru mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp523,15 miliar pada perdagangan Jumat, 20 September 2024. Sepanjang tahun 2024 hingga 20 September, investor asing membukukan net buy sebesar Rp56,11 triliun, menunjukkan kepercayaan mereka terhadap pasar saham Indonesia di tengah ketidakpastian global.

    Selama sepekan terakhir, BEI menerima pencatatan satu surat utang, yakni Obligasi Berkelanjutan II Tahap III-2024 sebesar Rp1,1 triliun yang diterbitkan oleh PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM). Obligasi ini memiliki peringkat idA (Single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

    Dengan adanya pencatatan ini, jumlah emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sepanjang tahun 2024 mencapai 107 emisi dari 65 emiten dengan total nilai Rp90,79 triliun. Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk di BEI mencapai 588 emisi dengan nilai outstanding Rp463,26 triliun dan USD60,12 juta yang diterbitkan oleh 132 emiten.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).