KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah diprediksi akan melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Rabu, 20 November 2024. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada rentang Rp 15.780 hingga Rp 15.850 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah menguat 12,5 poin ke level Rp 15.844,5 per dolar AS, setelah sempat mencatat penguatan hingga 45 poin. Menurut Ibrahim, sentimen eksternal dan internal akan memengaruhi pergerakan rupiah sepanjang hari ini.
Pelemahan indeks dolar AS menjadi salah satu pendorong utama penguatan rupiah. “Pembacaan inflasi yang kuat dari minggu lalu, ditambah dengan sinyal yang kurang dovish dari Federal Reserve, hanya sedikit menghalangi taruhan bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Desember,” jelas Ibrahim dalam keterangannya, kemarin.
Saat ini, kata Ibrahim, pasar memperkirakan peluang 55,7 persen untuk pemangkasan 25 basis poin bulan depan.
Di sisi lain, data ekonomi dari Jepang dan Tiongkok menjadi sorotan, termasuk keputusan suku bunga acuan Bank Rakyat Tiongkok akhir pekan ini. Stimulus yang kurang memuaskan dari Tiongkok juga menjadi perhatian pelaku pasar, sementara ekonomi negara tersebut menunjukkan sedikit tanda perbaikan.
Faktor Internal
Dari dalam negeri, ekonomi Indonesia dihadapkan pada potensi dampak kenaikan pajak PPN 12 persen pada 2025. Ibrahim mengingatkan agar pemerintah berhati-hati dalam menerapkan kebijakan tersebut untuk menjaga daya beli masyarakat.
Dengan dukungan sentimen positif dari pelemahan dolar AS dan penguatan ekonomi domestik, rupiah diproyeksikan menguat dalam rentang yang stabil. Namun, investor diimbau tetap mewaspadai potensi fluktuasi karena kondisi pasar global yang dinamis.
“Rupiah masih memiliki peluang untuk ditutup menguat, namun perlu diwaspadai sentimen eksternal yang bisa memengaruhi pergerakan dalam jangka pendek,” kata Ibrahim.
Kompak Perkasa dengan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sebelumnya kompak perkasa di penutupan perdagangan Selasa, 19 November 2024.
Pasar bursa sore hari ini ditutup menguat 61 poin atau naik 0,86 persen di level 7,195 pada perdagangan Selasa, 19 November 2024. Mengutip data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG pada hari ini terlihat konsisten di zona hijau dengan level tertinggi 7,229 dan terendah 7,136.
Adapun sebanyak 382 saham terpantau menguat, 212 saham berada di zona merah, dan 197 saham mengalami stagnan.
Sementara itu mengutip data perdagangan Stockbit, saham-saham yang bertengger di posisi lima besar ialah BDKR (+34,91 persen), INPC (+34,43 persen), DOSS (+25,42 persen), PNSE (+24,57 persen), dan JSPT (+19,72 persen).
Sedangkan lima saham yang mengalami koreksi paling dalam adalah GMTD (-12,84 persen), ASBI (-10,71 persen), ISAP (-10,00 persen), FLMC (-19,82 persen), dan UDNG (-9,80 persen).
Di sisi lain bersamaan dengan menguatnya IHSG, hanya ada satu sektor yang mengalami koreksi yakni health dengan kinerja -0,24 persen pada penutupan perdagangan hari ini.
Sektor-sektor yang menguat signifikan di antaranya teknologi (+5,24 persen), infrastruktur (+2,56 persen), cyclical (+2,18 persen), dan properti (+1,50 persen).
Seperti halnya IHSG, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga mengalami penguatan tipis. Meskipun kondisi global masih memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, rupiah mampu bangkit.
Mengutip Bloomberg International, rupiah ditutup di level Rp15.844 per dolar AS, menguat 13 poin atau 0,08 persen dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya, yang tercatat di level Rp15.857 per dolar AS.
Penguatan yang terjadi pada kurs rupiah ini terutama dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Fed di bulan Desember 2024.
Ibrahim Assuaibi menjelaskan meskipun data inflasi AS untuk bulan Oktober menunjukkan angka yang cukup kuat, sentimen pasar tetap optimis terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve pada bulan Desember.
“Peluang pasar untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Desember mencapai 55,7 persen, sementara peluang untuk suku bunga tetap tidak berubah adalah 44,3 persen, berdasarkan data CME Fedwatch,” ungkap Ibrahim.
Hal ini menunjukkan keyakinan pelaku pasar bahwa meskipun inflasi AS masih tinggi, The Fed akan melanjutkan siklus penurunan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil.
Faktor Penggerak Sentimen Pasar
Penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen global, yang meskipun beragam, cenderung memberikan ruang bagi mata uang negara berkembang untuk bertahan. Salah satu faktor yang turut berkontribusi adalah pelemahan indeks dolar AS pada hari ini.
Meskipun data inflasi AS tetap menunjukkan angka yang relatif tinggi, pasar menganggap bahwa langkah-langkah pengetatan yang diambil The Fed selama tahun-tahun sebelumnya sudah cukup untuk menahan laju inflasi. Dengan begitu, pemangkasan suku bunga di bulan Desember menjadi langkah yang lebih mungkin diambil.
Namun demikian, sentimen global juga diwarnai oleh ketidakpastian ekonomi di beberapa negara besar. Fokus pasar pekan ini adalah pada data inflasi konsumen Jepang untuk bulan Oktober, yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat, 22 November 2024.
Laporan tersebut menjadi sangat penting mengingat data produk domestik bruto (PDB) Jepang yang mengecewakan pada kuartal ketiga, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jepang melambat lebih tajam dari yang diharapkan.(*)