KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan Selasa sore, 24 September 2024, nilai tukar rupiah kembali pada tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), melanjutkan tren positif dari pekan lalu. Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, ketidakpastian di pasar keuangan mulai menunjukkan penurunan, menciptakan suasana yang lebih stabil bagi investor.
Mata uang Garuda yang ditransaksikan antarbank di Jakarta tercatat menguat 18,5 poin pada hari ini, ditutup di level Rp15.187 per dolar AS, setelah sebelumnya berada di Rp15.285,5. Meskipun sempat menguat hingga 35 poin, penguatan ini menunjukkan pemulihan dari penurunan sebelumnya.
Ibrahim menjelaskan, bahwa stabilitas aktivitas bisnis di AS pada bulan September juga berkontribusi pada penguatan rupiah. Indeks Output PMI Gabungan AS mencatat angka 54,4, menunjukkan ekspansi meski ada peningkatan harga rata-rata untuk barang dan jasa yang bisa memicu inflasi di masa depan.
Dampak Kebijakan Moneter
Langkah The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) juga berpengaruh terhadap pergerakan rupiah. Beberapa pejabat Fed menilai bahwa langkah ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam perekonomian yang baru muncul.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah memotong suku bunga acuan sebesar 25 bps. Ibrahim optimis bahwa pemangkasan suku bunga di AS dan Indonesia akan memberikan momentum positif bagi perekonomian dalam negeri.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi pada semester I-2024 mencapai 5,08 persen, dengan proyeksi BI untuk pertumbuhan tetap berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen.
Ibrahim memperkirakan bahwa pertumbuhan stabil ini akan mendorong aliran modal masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
“Meskipun terdapat ketidakpastian di pasar keuangan, aliran modal mulai menunjukkan tren positif,” ujar Ibrahim.
IHSG Stabil
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menunjukkan kinerja yang stabil, dengan kenaikan tipis sebesar 2,76 poin (0,04 persen) di level 7.778,4 pada penutupan perdagangan hari ini. Sebanyak 249 saham tercatat naik, sementara 332 saham turun, dan 215 saham stagnan. Total nilai transaksi di bursa mencapai Rp16 triliun, dengan volume perdagangan sebanyak 21,7 miliar saham.
Penguatan terbesar terjadi di sektor barang konsumsi primer yang naik 1,2 persen, diikuti oleh sektor transportasi 0,6 persen, sektor infrastruktur 0,3 persen, sektor energi 0,2 persen, dan sektor barang baku 0,2 persen. Di sisi lain, sektor barang konsumsi non-primer mengalami pelemahan sebesar 0,7 persen, diikuti sektor kesehatan dan sektor industri yang masing-masing turun 0,3 persen.
Pada pembukaan perdagangan tadi pagi, IHSG dibuka menguat tipis dalam rentang 7.700 hingga 7.800. Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG akan berada di antara level support 7.700 dan resistance 7.800.
Menurut analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, IHSG saat ini menunjukkan penguatan sebesar 0,42 persen ke level 7.775. Volume pembelian yang muncul mengindikasikan bahwa koreksi IHSG telah mencapai target minimalnya.
Meskipun ada potensi penguatan, analis Phintraco menekankan bahwa IHSG masih berada di posisi awal wave [ii] dari wave 3 atau wave 4 dari wave (3), dengan catatan bahwa IHSG belum mampu menembus resistance di 7.910 hingga 7.923.
“Kami memperkirakan IHSG akan bergerak terbatas dalam rentang 7.765 hingga 7.820 sebelum mengalami koreksi lebih lanjut ke area 7.454 hingga 7.562,” ungkap Valdy dalam laporannya, Selasa, 24 September 2024.
Dari sisi MNC Sekuritas, mereka mencatat bahwa IHSG menunjukkan penguatan namun diprediksi akan menghadapi pergerakan terbatas.
“Dalam situasi ini, penting bagi pelaku pasar untuk mengamati level-level support dan resistance yang ada. Support terdekat berada di 7.654 dan 7.546, sementara resistance tercatat di 7.923 dan 7.958,” jelas analis MNC. Dalam skenario bullish, MNC Sekuritas merekomendasikan untuk memperhatikan saham-saham unggulan seperti ESSA, ISAT, INCO, PGEO, dan ASSA.
Sentimen pasar global juga mempengaruhi proyeksi IHSG hari ini. Di Wall Street, indeks-indeks mengalami penguatan terbatas, dengan S&P 500 mencatatkan level tertinggi baru dalam sejarah pada 23 September.
“Meski penguatan terbatas, ini menjadi momen penting bagi S&P 500. Data ekonomi terbaru menunjukkan indeks manufaktur di AS tercatat di 47, jauh lebih rendah dari perkiraan di 48,6. Namun, sektor jasa justru menunjukkan performa yang lebih baik dengan indeks di 55,4,” ungkap analis Phintraco Sekuritas itu.
Keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pekan lalu dianggap berhasil menstabilkan pasar.
Di Eropa, meskipun indeks manufaktur di Jerman dan Euro Area mengalami penurunan, indeks utama di kawasan tersebut mampu mencatat penguatan.
“Indeks manufaktur di Jerman turun ke 40,3, sementara Euro Area tercatat di 44,8. Meskipun demikian, pemangkasan agresif suku bunga oleh The Fed dan ECB telah berhasil meredam sentimen negatif yang ada,” tambah Valdy.
Dari sektor komoditas, harga minyak bumi mengalami penurunan, dengan harga brent melemah 0,8 persen ke USD73,9 per barel, dan harga crude turun 0,9 persen ke USD70,37 per barel. Penurunan ini mengikuti sentimen negatif dari data manufaktur yang lemah.
Secara keseluruhan, IHSG diperkirakan akan melanjutkan konsolidasi dalam rentang 7.700 hingga 7.800 hari ini, dengan perhatian yang tinggi terhadap data ekonomi yang akan dirilis di AS, termasuk indeks harga properti dan consumer confidence. Pelaku pasar juga disarankan untuk memperhatikan perkembangan dari pernyataan pejabat The Fed yang dapat mempengaruhi arah pergerakan pasar.
“Dengan tekanan dari beberapa faktor global dan regional, kami percaya dinamika IHSG akan tetap dipengaruhi oleh berbagai sentimen yang ada,” tutup analis MNC Sekuritas.
Sentimen Pasar Asia
Indeks saham Asia umumnya menunjukkan tren positif. Nikkei (Jepang) meningkat 0,5 persen, Hang Seng (Hong Kong) melonjak 4,1 persen, dan Shanghai (China) juga melejit 4,1 persen. Penguatan di pasar Asia menunjukkan adanya optimisme di kalangan investor mengenai pemulihan ekonomi, khususnya setelah pemerintah China mengumumkan langkah-langkah stimulus untuk mendukung pertumbuhan.
Dengan penguatan nilai tukar rupiah dan stabilitas IHSG, pasar keuangan Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif di tengah ketidakpastian global. Suku bunga yang lebih rendah di AS dan Indonesia diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi domestik. Investor disarankan untuk terus memantau perkembangan di pasar keuangan dan kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi arah pasar ke depan.(*)