KABARBURSA.COM - Rupiah menutup perdagangan hari ini dengan pelemahan tipis, tertekan arus kuat sentimen global. Ketegangan geopolitik kembali memanas setelah Amerika Serikat memperluas sanksi terhadap Rusia, memicu penguatan dolar AS di berbagai bursa dunia.
Menurut data Bloomberg, Rabu 29 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup di posisi Rp16.617 per dolar AS—melemah 9 poin atau 0,05 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.608 per dolar AS.
Ekonom dan analis mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyebut tekanan eksternal menjadi faktor dominan. Dari Washington, Presiden AS Donald Trump pada periode keduanya memberlakukan sanksi anyar terhadap Rusia atas konflik Ukraina yang belum juga usai.
Sanksi tersebut menargetkan dua perusahaan energi raksasa, Lukoil dan Rosneft, dan mengguncang pasar global. Ketidakpastian meningkat, sementara permintaan terhadap aset lindung nilai seperti dolar AS melonjak tajam.
Kremlin merespons cepat. Dalam pernyataan Selasa malam, Rusia menegaskan tetap menawarkan energi berkualitas tinggi dengan harga kompetitif, sementara keputusan membeli diserahkan sepenuhnya kepada para mitra. Pandangan itu turut dicatat Ibrahim dalam riset terbarunya.
Di sisi lain, fokus pelaku pasar kini beralih ke hasil rapat kebijakan dua hari The Federal Reserve (The Fed) yang akan berakhir hari ini. Ekspektasi pasar hampir bulat: bank sentral AS akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, mengikuti langkah serupa pada September lalu.
Namun, di antara bayangan ketegangan global, muncul sedikit kabar baik. Dialog dagang antara Beijing dan Washington menunjukkan perkembangan konstruktif. Kesepakatan awal mengenai tarif dan pengendalian ekspor logam tanah jarang memberi sinyal rekonsiliasi hubungan ekonomi kedua negara adidaya itu.
Sementara badai eksternal terus bergulung, ketahanan ekonomi domestik tetap terjaga. Lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information, Inc. (R&I), kembali meneguhkan peringkat utang jangka panjang Indonesia di level BBB+ dengan prospek stabil.
R&I menilai inflasi nasional masih terkendali, rasio utang pemerintah relatif rendah, serta kebijakan fiskal dan moneter berjalan hati-hati dan konsisten. Lembaga tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5% pada 2025—selaras dengan perkiraan Bank Indonesia.
Untuk perdagangan Kamis 30 Oktober 2025, rupiah diprediksi bergerak dalam pola fluktuatif namun berpotensi menguat. Ibrahim memperkirakan kisaran pergerakan berada di rentang Rp16.570 hingga Rp16.620 per dolar AS.(*)