Logo
>

Rupiah Menguat 0,06 Persen Ditopang Pasar Utang

Ditulis oleh KabarBursa.com
Rupiah Menguat 0,06 Persen Ditopang Pasar Utang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah spot menguat tipis di akhir perdagangan hari ini, ditutup di level Rp16.210/US$, mencerminkan penguatan sebesar 0,06 persen dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan ini terjadi di tengah sentimen pasar yang mulai membaik.

    Sementara itu, mata uang Asia mayoritas menguat melawan dolar Amerika. Baht dan ringgit memimpin dengan penguatan masing-masing 0,24 persen dan 0,21 persen, diikuti won Korea 0,11 persen dan yuan offshore 0,13 persen Sebaliknya, dong Vietnam, peso, rupee, dolar Hong Kong, dan yuan Tiongkok masih mengalami pelemahan hingga sore hari ini.

    Penguatan rupiah didorong oleh sentimen positif di pasar surat utang, yang mencatat penurunan imbal hasil pada sebagian tenor. Yield SBN di bawah 7 tahun turun meski tenor acuan 10 tahun tetap naik di 7,00 persen.

    Lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini menarik perhatian investor dengan incoming bids mencapai Rp57,19 triliun, meningkat dibandingkan lelang sebelumnya yang hanya Rp48,35 triliun.

    Sentimen positif pasar surat utang menyeimbangkan tekanan dari pasar saham, di mana IHSG ditutup melemah tipis di 7.313,85.

    Pekan ini, pelaku pasar akan memfokuskan perhatian pada data inflasi PCE Amerika yang menjadi indikator penting menjelang pertemuan Komite Terbuka The Fed akhir bulan ini. Selain itu, data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2024 juga akan diperhatikan. Jika data tersebut sesuai ekspektasi, kemungkinan penurunan suku bunga The Fed dapat menguntungkan rupiah dan meningkatkan daya tarik aset-aset emerging market seperti rupiah.

    Di tengah ketidakpastian global dan tekanan suku bunga yang tinggi, pembiayaan dalam negeri untuk sektor korporasi dan pemerintah Indonesia menunjukkan ketahanan yang mengesankan. Meskipun tantangan global, potensi pembiayaan domestik untuk pengembangan usaha tetap menjanjikan, berkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.

    Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mencatat adanya lonjakan signifikan dalam penerbitan surat utang atau obligasi domestik selama tiga tahun terakhir. “Pada tahun 2022, kami mencatat pertumbuhan yang mencolok di pasar obligasi domestik, mencapai rekor tertinggi sebesar Rp100 triliun. Ini adalah contoh bagaimana penerbitan obligasi domestik melampaui penerbitan obligasi internasional,” ujar Felita, Direktur Asia Pasifik Corporate Fitch Ratings, dalam diskusi panel pada acara 2024 Fitch on Indonesia di Jakarta pada Mei 2024 lalu.

    Meski pada tahun 2023 jumlah penerbitan surat utang sedikit menurun akibat kebutuhan pembiayaan yang lebih rendah, Fitch Ratings memperkirakan adanya peningkatan penerbitan pada tahun 2024. Hal ini disebabkan oleh banyak obligasi yang memasuki masa jatuh tempo tahun ini. “Kami memproyeksikan bahwa tahun ini sekitar Rp65 triliun hingga Rp70 triliun obligasi lokal akan memerlukan pendanaan kembali,” tambah Felita.

    Potensi pembiayaan tersebut terutama akan diperlukan oleh sektor-sektor industri seperti pengolahan pulp dan kertas, telekomunikasi, serta manufaktur hilir. Namun, tantangan nyata terletak pada keterbatasan investasi asing di pasar utang domestik. “Meskipun beberapa peluang mungkin ada di luar negeri, kami percaya bahwa akses ke aset pembiayaan internasional tetap menjadi tantangan, terutama dengan suku bunga tinggi dan volatilitas mata uang,” jelasnya.

    Dalam periode April, terjadi penarikan modal oleh investor di pasar utang yang mencapai Rp37 triliun, jumlah yang hampir dua kali lipat dari aliran modal keluar pada Maret 2024 yang sebesar Rp18,5 triliun. Jumlah ini lebih besar dibandingkan aliran modal asing tertinggi tahun lalu yang mencapai Rp27,5 triliun pada September 2023.

    Faktor ekonomi global yang menantang juga berdampak pada industri yang bergantung pada perbankan, dengan pertumbuhan kredit diperkirakan hanya mencapai 9-11 persen sepanjang tahun 2024, sesuai dengan target pada 2023 yang tercapai sebesar 10,38 persen. Ini mencerminkan kebijakan bank yang lebih ketat dalam penyaluran kredit.

    Ketatnya penyaluran kredit juga mempengaruhi sektor ritel, termasuk penjualan otomotif yang sekitar 80 persen bergantung pada kredit. Pelemahan daya beli berdampak pada proyeksi penjualan kendaraan, yang diharapkan hanya mencapai 900.000 unit dari target 1,1 juta unit tahun i

    Kinerja Pasar Utang 2024

    Secara umum, kinerja pasar utang Indonesia di tahun 2024 masih terbilang stabil dengan beberapa catatan:

    Yield (imbal hasil) Surat Berharga Negara (SBN):

    • Yield SBN mengalami peningkatan sejak awal tahun 2024, terutama pada tenor pendek dan menengah.
    • Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, seperti:

      • Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
      • Ketidakpastian ekonomi global akibat perang di Ukraina.
      • Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.

    • Hingga 24 April 2024, yield SBN tenor 10 tahun tercatat sebesar 7,76 persen, naik 52 basis poin dibandingkan awal tahun.

    Harga SBN:

    • Harga SBN mengalami penurunan seiring dengan kenaikan yield.
    • Investor cenderung melepas SBN di tengah ketidakpastian pasar.

    Aliran Modal:

    • Terjadi capital outflow di pasar SBN domestik, yaitu sebesar Rp16,65 triliun hingga 24 April 2024.
    • Investor asing cenderung menjual SBN dan memindahkan dananya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti Dollar AS.

    Rasio Utang Pemerintah:

    • Rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Maret 2024 masih terjaga di bawah batas aman yaitu 60 persen, yaitu di level 38,79 persen.

    Perbandingan dengan Pasar Saham:

    • Dibandingkan dengan pasar saham, kinerja pasar utang di tahun 2024 diproyeksikan lebih baik.
    • Hal ini didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan BI di awal tahun 2025.

    Prospek:

    • Kinerja pasar utang di sisa tahun 2024 masih akan dipengaruhi oleh beberapa faktor global dan domestik, seperti:

      • Kebijakan moneter Bank Indonesia dan bank sentral negara lain.
      • Perkembangan ekonomi global, terutama terkait dengan perang di Ukraina.
      • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.

    • Pemerintah dan Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas pasar utang, seperti:

      • Melakukan komunikasi pasar yang efektif.
      • Menyesuaikan strategi penerbitan SBN.
      • Mendorong partisipasi investor domestik. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi