Logo
>

Rupiah Menguat Tipis Jadi Rp15.455 di Tengah Penguatan Indeks Dolar

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Rupiah Menguat Tipis Jadi Rp15.455 di Tengah Penguatan Indeks Dolar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah menguat tipis pada penutupan perdagangan hari Selasa, 10 September 2024. Rupiah ditutup naik 1 poin ke level Rp15.455 per dolar AS, meskipun sempat menguat hingga 20 poin di level Rp15.435 pada sesi sebelumnya. Penguatan ini terjadi di tengah fluktuasi pasar yang dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan faktor eksternal, seperti antisipasi terhadap pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, turut membatasi pelemahan rupiah. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 25 basis poin dalam pertemuan minggu depan menjadi salah satu pendorong pelemahan dolar AS. “Meskipun dolar AS mendapat dorongan beli, proyeksi inflasi indeks harga konsumen yang akan dirilis hari Rabu menjadi fokus utama pelaku pasar,” ujarnya dalam analisa harian yang diterima KabarBursa, Selasa, 10 September 2024.

    Di sisi lain, faktor internal turut memperkuat rupiah. Menurut Ibrahim, penjualan ritel dalam negeri yang meningkat memberikan harapan terhadap daya tahan ekonomi Indonesia. Survei Bank Indonesia mencatat, Indeks Penjualan Riil pada Agustus 2024 diperkirakan tumbuh 5,8 persen secara year-on-year. Ini merupakan laju tertinggi dalam empat bulan terakhir. Momentum perayaan HUT Kemerdekaan RI menjadi salah satu pendorong utama peningkatan konsumsi, terutama pada kelompok barang budaya dan rekreasi.

    Dalam perdagangan besok, Assuaibi memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp15.400 hingga Rp15.500 per dolar AS, didorong oleh perkembangan eksternal dan data domestik yang masih menjadi perhatian investor.

    Sempat Tertekan

    Nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS pada Senin, 9 September 2024. Ini karenakekhawatiran pasar mengenai potensi inflasi yang kembali naik di Amerika Serikat dan perlambatan inflasi yang lebih besar dari perkiraan di China. Kemarin, rupiah diperdagangkan di level Rp15.442 per dolar AS, mengalami pelemahan 65 poin atau 0,42 persen dibandingkan penutupan perdagangan Jumat sore, 6 September 2024, yang berada di level Rp15.377 per dolar AS.

    Mengutip Refinitiv, rupiah mengalami penurunan tajam sebesar 0,59 persen, dibuka di angka Rp15.450 per dolar AS. Ini merupakan penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan penguatan 0,23 persen yang tercatat pada Jumat, 6 September 2024. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) pada pukul 08:53 WIB naik tipis 0,05 persen menjadi 101,22, lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 101,17. Kenaikan DXY dalam dua hari terakhir memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah.

    Meskipun data tenaga kerja AS menunjukkan hasil yang tidak seburuk yang diperkirakan, ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga masih mempengaruhi pasar.

    Data tingkat pengangguran AS bulan lalu tercatat turun menjadi 4,2 persen, sesuai dengan prediksi. Namun, kenaikan upah bulanan mencapai 0,7 persen, lebih tinggi dari perkiraan 0,3 persen. Secara tahunan, upah naik sebesar 3,8 persen, juga melampaui prediksi 3,7 persen. Pendapatan per jam rata-rata naik sebesar 0,4 persen pada bulan tersebut, serta 3,8 persen dari tahun lalu, keduanya lebih tinggi dari perkiraan masing-masing 0,3 persen dan 3,7 persen. Selain itu, jam kerja juga meningkat tipis menjadi 34,3 jam.

    Kondisi ini memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed) kemungkinan akan lebih kecil dari yang sebelumnya diharapkan. Melalui CME FedWatch Tool, ekspektasi untuk pemotongan sebesar 25 basis poin (bps) semakin meningkat, menggantikan ekspektasi untuk pemotongan sebesar 50 bps.

    Di sisi lain, data dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat sebesar 0,6 persen dari tahun sebelumnya, sedikit lebih tinggi dibandingkan kenaikan 0,5 persen pada Juli 2024. Namun, angka tersebut tetap di bawah perkiraan median sebesar 0,7 persen. Permintaan yang lemah menurunkan peluang China untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, karena konsumen menunda belanja dan perusahaan memotong upah.

    Di awal pembukaan perdagangan kemarin, IHSG dibuka berada di zona hijau, di mana pasar tampak cenderung wait and seemenanti rilis data ekonomi penting di global pada pekan ini terutama data inflasi Amerika Serikat (AS) dan China. IHSG dibuka naik 0,18 persen ke posisi 7.735,6. Hanya berselang lima menit setelah dibuka, IHSG menguat sedikit, meningkat 0,2 persen ke 7.737,07. IHSG pun kembali menyentuh rekor tertinggi intraday-nya pada awal sesi I kemarin.

    Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp746 miliar dengan volume transaksi mencapai 866 juta lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 70.430 kali. Pergerakan IHSG kemarin diwarnai oleh investor asing yang mulai mencatatkan outflow untuk pertama kalinya setelah terjadi inflow selama 10 pekan beruntun.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).