Logo
>

Rupiah Nyaris Sentuh Rp16.000/USD, Tertekan Tren Kenaikan SBN?

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Nyaris Sentuh Rp16.000/USD, Tertekan Tren Kenaikan SBN?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah melemah pada penutupan awal pekan ini, ditutup mendekati level Rp16.000/USD di pasar spot pada perdagangan Senin, 12 Agustus 2024. Penurunan ini menjadi yang terdalam di Asia setelah ringgit Malaysia dan won Korea Selatan. Rupiah spot melemah 0,19 persen, sama seperti yuan offshore, sementara mata uang lain di Asia juga mengalami tekanan terhadap dolar AS, kecuali dolar Hong Kong yang sedikit menguat.

    Selain itu, kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) juga mencatat pelemahan sebesar 0,31 persen. Tekanan pada rupiah terjadi seiring dengan tren kenaikan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), terutama untuk tenor 5 tahun yang naik ke level 6,653 persen. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap berada di zona hijau, ditutup naik 0,56 persen ke level 7.297.

    Tekanan pada rupiah telah berlangsung sejak Jumat lalu, saat lelang rutin Sekuritas Rupiah (SRBI) mencatat penurunan minat dengan total penawaran hanya mencapai Rp19,65 triliun, turun 34 persen dari sebelumnya. Penurunan bunga instrumen jangka pendek, seperti SRBI, SVBI, dan SuVBI, turut mengurangi minat asing.

    Pekan lalu, asing mencatatkan jual bersih di SRBI sebesar Rp1,28 triliun, meskipun terdapat peningkatan pembelian di pasar SBN sebesar Rp2,24 triliun dan di pasar saham sebesar Rp650 miliar.

    Berdasarkan sinyal di pasar offshore, Senin, 12 Agustus 2024 pagi ini, terlihat bahwa nilai tukar Rupiah NDF bergerak di kisaran Rp15.934-Rp15.949 per USD, yang tidak jauh berbeda dari posisi penutupan di pasar spot pekan lalu di Rp15.925 per USD. Sementara itu, indeks dolar AS pagi ini masih stabil di angka 103,16.

    Di pasar Asia pagi ini, pergerakan mata uang regional juga terbatas. Misalnya, won Korea Selatan dibuka melemah 0,02 persen, sementara yuan offshore juga turun 0,03 persen. Yen Jepang juga melemah 0,22 persen ke 146,94 per USD.

    Pergerakan rupiah sangat dipengaruhi oleh yen Jepang, yang memiliki bobot 12 persen dalam keranjang nilai tukar efektif (Nominal Effective Exchange Rate atau NEER), terbesar kedua setelah yuan China.

    Dengan kata lain, yen Jepang memiliki pengaruh besar terhadap fluktuasi rupiah, bahkan lebih besar dibandingkan dengan euro, dolar AS, dan dolar Singapura, mengingat volume perdagangan Indonesia dengan Jepang yang cukup besar.

    Saat ini, nilai rupiah dinilai masih overvalued sekitar 2 persen berdasarkan NEER, menurut analisis Bahana Sekuritas. Nilai wajar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp16.221 persen USD.

    Pekan lalu, rupiah mencatatkan penguatan mingguan sebesar 1,7 persen, menjadi mata uang terbaik di Asia, mengalahkan peso Filipina yang naik 1,39 persen dan dolar Taiwan yang naik 1,22 persen.

    Investor asing kembali melepas Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di tengah penurunan suku bunga yang terus berlanjut. Bahkan, Bank Indonesia juga mulai menurunkan suku bunga untuk instrumen moneter lain, seperti Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas (SuVBI).

    Dalam lelang Jumat, 9 Agustus 2024 lalu, Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga SRBI dalam lelang rutinnya. Tingkat bunga diskonto SRBI untuk tenor 12 bulan turun menjadi 7,23 persen, diikuti tenor 9 bulan di 7,16 persen, dan tenor 6 bulan di 7,05 persen.

    Ini adalah penurunan berturut-turut dalam tiga lelang terakhir. Pada lelang 2 Agustus lalu, bunga diskonto berada di kisaran 7,24 persen untuk tenor 12 bulan.

    Minat investor dalam lelang SRBI juga menurun, hanya mencapai Rp19,65 triliun, turun 34 persen dibandingkan dengan lelang SRBI sebelumnya yang mencapai permintaan Rp29,91 triliun.

    Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga untuk SVBI dan SuVBI dengan tenor 1 bulan sebesar 15 basis poin menjadi 5,55 persen, dari posisi tertinggi sebelumnya di 5,70 persen.

    Lesunya lelang SRBI serta penurunan suku bunga instrumen berjangka pendek ini mempengaruhi minat investor asing untuk masuk.

    Aliran modal asing pekan lalu masih kecil. Berdasarkan data Bank Indonesia, merujuk pada transaksi 5-8 Agustus, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp1,62 triliun, terdiri atas beli neto Rp2,24 triliun di SBN, Rp650 miliar di saham, dan jual neto Rp1,28 triliun di SRBI.

    Alhasil, sepanjang tahun ini hingga Kamis, 8 Agustus 2024, nonresiden tercatat mencatat jual neto Rp21,75 triliun di pasar SBN, beli neto Rp174,51 triliun di SRBI, dan Rp0,66 triliun di pasar saham.

    Secara teknikal, rupiah masih berpotensi melemah dengan koreksi terdekat menuju level Rp15.940 USD yang merupakan level support setelah gagal mendekati MA-200. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp15.970 USD.

    Jika rupiah kembali break dari kedua support tersebut, ada potensi pelemahan lanjutan menuju level Rp16.000 USD sebagai support terkuat.

    Jika terjadi penguatan rupiah hari ini, level resistance menarik untuk dicermati berada di Rp15.900 USD dan selanjutnya di Rp15.850 USD.

    Adapun dalam sepekan perdagangan, atau dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah masih memiliki potensi penguatan optimis lanjutan menuju MA-200 ke level Rp15.870 USD.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79