Logo
>

Rupiah Sentuh Rp16.008 per Dolar AS, Pasar Modal di Zona Merah

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Rupiah Sentuh Rp16.008 per Dolar AS, Pasar Modal di Zona Merah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pada akhirnya menyentuh level Rp16.008/USD. Tidak hanya rupiah, pasar modal (IHSG) juga loyo, semua sektor berada di zona merah.

    Pada Jumat, 13 Desember 2024, rupiah turun sebesar 64 poin atau 0,40 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap prospek kebijakan moneter Amerika Serikat setelah data inflasi terbaru menunjukkan angka yang masih tinggi.

    Pasar terus mengantisipasi bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang. Meskipun pemangkasan suku bunga ini diperkirakan akan terjadi pada minggu depan, para investor menjadi semakin ragu mengenai rencana jangka panjang The Fed untuk suku bunga, terutama setelah laporan inflasi AS yang menunjukkan angka yang masih tinggi.

    Selain itu, bank sentral AS diharapkan akan memangkas suku bunga pada laju yang lebih lambat pada tahun 2025 setelah melakukan pemangkasan sebesar 75 basis poin pada 2024. Kebijakan ini berpotensi melambat, dengan ekspektasi bahwa dalam jangka panjang, suku bunga AS tetap tinggi di bawah Presiden terpilih Donald Trump dan kebijakan ekspansif di tengah situasi inflasi yang sulit dikendalikan.

    Selain fokus utama pada kebijakan moneter The Fed, para pelaku pasar juga menaruh perhatian pada keputusan suku bunga di Jepang dan Inggris, yang juga dapat mempengaruhi dinamika pasar global. Sementara itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan stimulus agresif yang dikeluarkan oleh China setelah pertemuan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) yang berakhir Kamis lalu.

    Meskipun China telah berkomitmen untuk meningkatkan defisit anggaran dan melonggarkan kebijakan moneter dalam upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi, pasar melihat bahwa kebijakan tersebut mungkin tidak cukup efektif dalam menghadapi tekanan deflasi yang tengah dialami oleh negara tersebut, terutama di tengah ketegangan perdagangan dengan AS.

    Selain itu, dampak kebijakan domestik juga turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah proyeksi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang mulai berlaku pada Januari 2025.

    Meskipun kebijakan ini diperkirakan dapat meningkatkan penerimaan negara hingga Rp75 triliun, risiko terhadap inflasi dan daya beli masyarakat menjadi perhatian utama. Analis ekonomi memperingatkan adanya potensi efek crowding out yang dapat menekan konsumsi dan investasi.

    Daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, diprediksi akan mengalami tekanan, yang pada gilirannya dapat berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga—sektor yang menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

    Secara keseluruhan, pergerakan kurs rupiah yang tertekan pada hari ini mencerminkan dampak kompleks dari faktor domestik dan eksternal, termasuk keputusan suku bunga global dan kebijakan fiskal domestik yang berpotensi membebani daya beli masyarakat.

    Ke depannya, pelaku pasar akan terus memperhatikan perkembangan data ekonomi global serta kebijakan moneter yang diambil oleh negara-negara besar, khususnya AS, yang dapat mempengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.

    IHSG Ditutup Loyo

    Tidak hanya rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup melemah 69 poin atau turun 0,94 persen ke level 7,324 pada perdagangan Jumat, 13 Desember 2024. Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG terpantau bervariasi dengan level tertinggi di level 7,399 dan level terendah 7,324.

    Adapun sebanyak 189 saham terpantau menguat, 397 saham melemah, dan 206 saham mengalami stagnan. Sementara, mengutip Stockbit hari ini, saham-saham yang bertengger di lima besar top gainer ialah POLU (+24,79 persen), SKBM (+24,74 persen), SSTM (+24,65 persen), ENAK (+24,53 persen), dan TRUS (+24,52 persen).

    Walau begitu, ada sejumlah saham yang mengalami koreksi paling dalam ialah SAPX (-24,86 persen), TIRA (-22,76 persen), PNSE (-22,05 persen), GEMA (-14,68 persen), MYOH (-10,80 persen).

    Senada dengan melemahnya IHSG, seluruh sektoral turut berada di zona merah. Sektor yang memerah paling dalam yakni basic ind (-1,64 persen), transportasi (-1,29 persen), finance (-0,96 persen), dan health (-0,90 persen).

    Wall Street Tergelincir

    Sebelumnya diberitakan, indeks-indeks utama di Wall Street melemah pada Jumat, 13 Desember 2024 WIB, setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan. Saham-saham teknologi, yang sebelumnya mencatat momentum positif, turut tertekan.

    Dilansir dari Consumer News and Business Channel Internasional, Nasdaq Composite, indeks yang didominasi saham teknologi, turun 0,66 persen ke 19.902,84, kembali berada di bawah ambang batas 20.000. Indeks S&P 500 ikut melemah 0,54 persen ke 6.051,25, sedangkan Dow Jones Industrial Average terpangkas 234,44 poin atau 0,53 persen ke 43.914,12. Penurunan ini menjadi hari keenam berturut-turut bagi Dow Jones, yang berisi 30 saham unggulan.

    Saham teknologi mengalami tekanan signifikan. Nvidia turun lebih dari 1 persen, sementara saham Adobe anjlok 13 persen setelah memproyeksikan prospek yang lebih lemah untuk 2025. Saham Meta Platforms, Alphabet, dan Amazon juga ditutup di zona merah.

    Data indeks harga produsen (PPI) menunjukkan kenaikan 0,4 persen pada November, melampaui perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones, yaitu 0,2 persen. Lonjakan PPI mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir.

    Sebelumnya, data indeks harga konsumen (CPI) untuk bulan yang sama sesuai ekspektasi. Meski demikian, angka ini memperkuat keyakinan bahwa Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga pada rapat kebijakan pekan depan.

    Keith Buchanan, manajer portofolio senior di Globalt Investments, mengatakan tren disinflasi memberikan harapan, meskipun progres melambat. “Kami masih di bawah angka 3 persen, tetapi perjalanan menuju target inflasi 2 persen dari The Fed tampak sulit,” ujarnya.

    Data perdagangan Fed fund futures menunjukkan peluang hampir 95 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin. “Jika rencana mereka berbeda dari ekspektasi pasar, kita pasti sudah mengetahuinya sekarang,” tambah Buchanan.

    Pada Rabu, 11 Desember 2024, Nasdaq sempat mencatat rekor penutupan tertinggi, melampaui 20.000 untuk pertama kalinya. Namun, lonjakan ini terhenti akibat tekanan inflasi dan prospek ekonomi yang tidak menentu.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.