Logo
>

Rupiah Sore ini Loncat Kecil, Menguat 0,3 Persen di Angka Rp16.390/USD

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Sore ini Loncat Kecil, Menguat 0,3 Persen di Angka Rp16.390/USD

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah sore ini terangkat sedikit terhadap dolar Amerika Serikat, meskipun dana investor asing banyak yang menguap dari pasar keuangan Indonesia. Dilansir dari Refinitiv, Rupiah ditutup menguat 0,3 persen di angka Rp16.390/USD. Rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.470/USD.

    Sementara itu, DXY pada pukul 15:00 WIB turun ke angka 105,67 atau sebesar 0,12 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di angka 105,79.

    Pekan lalu, tepatnya pada data transaksi 19-20 Juni 2024, Bank Indonesia mencatat bahwa investor asing mencatat jual neto sebesar Rp0,78 triliun yang terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN, dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    Sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 20 Juni 2024, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp42,10 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp117,77 triliun di SRBI.

    Catatan keluarnya investor asing ini mematahkan tren net foreign inflow selama enam pekan beruntun yang telah terjadi sejak pekan pertama Mei 2024.

    Keluarnya dana asing ini memberikan tekanan bagi rupiah yang hingga saat ini tak kunjung mereda.

    Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, menegaskan bahwa faktor fundamental yang menekan rupiah adalah bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih harus dipenuhi dengan impor. Hal ini membuat kebutuhan dolar tetap sangat tinggi untuk membeli produk asing tersebut.

    Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pelemahan rupiah tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal. Ada masalah di dalam negeri yang turut memberikan tekanan, sebagaimana disampaikannya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin, 24 Juni 2024.

    "Selain faktor ketidakpastian global, seperti suku bunga acuan AS dan ketegangan geopolitik, ada beberapa faktor domestik yang memberikan pengaruh terhadap rupiah," ungkapnya.

    Perry menjelaskan bahwa tingginya permintaan korporasi untuk repatriasi deviden dan pembayaran utang merupakan salah satu faktor. Selain itu, ada persepsi masalah kesinambungan fiskal.

    "Persepsi belum tentu benar, tetapi masalah kesinambungan fiskal ke depan menimbulkan kekhawatiran di pasar dan di antara sejumlah investor. Ini menyebabkan masuknya SBN sebesar Rp16,21 triliun pada Mei dan kembali terjadi outflow sebesar Rp3,4 triliun pada Juni," paparnya.

    Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa tekanan terhadap rupiah beberapa hari terakhir disebabkan oleh faktor global, seperti kuatnya perekonomian AS yang menyebabkan banyak pelaku pasar menduga bank sentralnya akan sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate. Selain itu, ada perbedaan arah suku bunga negara-negara maju karena bank sentral Eropa kini malah menurunkan suku bunga acuannya.

    Cara Milenial Hadapi Fluktuasi Rupiah

    Kaum milenial memiliki cara sendiri dalam menghadapi melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Yudhistira, seorang milenial mengetahui perihal melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Namun, pria 29 tahun tersebut mengaku belum merasakan dampaknya.

    “Kalau berdampak atau enggak, sebenernya belum terasa aja kali ya buat belakangan ini,” ujar dia kepada KabarBursa, Jumat 21 Juni 2024.

    Meski begitu, Yudhis tetap menyoroti melemahnya Rupiah. Dia menyatakan telah memiliki cara guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

    “Dengan kebutuhan pokok yang makin tinggi juga nanti ke depannya mungkin gua bakalan antisipasi dengan cara nabung atau tingkatkan lagi pendapatan,” jelas dia.

    Sekarang ini era digital makin maju dan keahlian saya lebih banyak untuk digital, mungkin saya akan tingkatin pendapatan lewat sektor digital,” tambahnya.

    Hal senada juga diungkapkan oleh Raymond. Pegawai swasta di Jakarta ini mengklaim dirinya belum terdampak melemahnya Rupiah terhadap Dolar AS. “Sampai dengan saat ini dampak menguatnya Dolar AS masih belum berdampak besar untuk kaum seperti saya si mas,” katanya.

    Akan tetapi, pemuda 29 tahun itu mengaku was-was dengan kondisi ini. Dia pun telah menerapkan berbagai cara dalam menghadapi melemahnya Rupiah.

    “Antisipasi paling lebih banyak untuk save money aja sih, beli barang yang memang penting dan dibutuhkan aja. Lalu kurangin sifat konsumtif dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil ini,” tandasnya.

    Raymond pun berharap, pemerintah bisa mengatasi hal ini. Dia ingin Rupiah kembali menguat agar masyarakat tidak kena dampak.

    “Harapannya ke pemerintah agar rupiah bisa stabil kembali rupiah menguat dan pemerintah bisa fasilitasi itu supaya masyarakat tidak merasakan dampak dari makin naiknya nilai tukar dolar,” harapnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79