KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis, 10 Oktober 2024. Hal ini menunjukkan reaksi pasar yang berhati-hati terhadap perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh bank sentral AS.
Berdasarkan data dari Bloomberg, hingga pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup di level Rp15.677 per USD, mengalami penurunan yang signifikan setelah pelaku pasar memperhatikan sentimen data inflasi AS pada bulan September 2024. Data inflasi ini memberikan sinyal yang memengaruhi keputusan kebijakan suku bunga yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed), sehingga memicu kehati-hatian di kalangan investor.
Rupiah melemah sebesar 48 poin atau setara dengan 0,31 persen dibandingkan dengan penutupan pada Rabu, 9 Oktober 2024, yang tercatat di level Rp15.629 per dolar AS. Penurunan nilai tukar ini mencerminkan ketidakpastian di pasar, di mana investor cenderung menjauh dari aset berisiko, terutama dalam konteks tekanan inflasi yang berlangsung di AS.
Lebih lanjut, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengalami penolakan terhadap keputusan yang diusulkan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September lalu. Penolakan ini diungkapkan dalam risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berlangsung pada tanggal 17-18 September, yang dirilis pada malam sebelumnya. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa beberapa pejabat FOMC lebih memilih penurunan suku bunga yang lebih moderat, yaitu sebesar seperempat poin atau 25 basis poin.
"Beberapa peserta mengamati bahwa mereka lebih memilih pengurangan kisaran target sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini, dan beberapa peserta lainnya mengindikasikan bahwa mereka dapat mendukung keputusan tersebut," kutipan risalah rapat FOMC menyatakan. Keputusan ini menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan anggota FOMC mengenai langkah yang tepat untuk merespons dinamika ekonomi saat ini.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga muncul di tengah perlambatan ekonomi di China, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Meskipun pemerintah China telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai stimulus, hasil dari upaya tersebut tidak memenuhi ekspektasi pasar.
Pada hari yang sama, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia juga mengalami penurunan, tercatat menjadi Rp15.658 per dolar AS, turun dari sebelumnya yang berada di level Rp15.607 per dolar AS. Pergerakan mata uang di kawasan Asia menunjukkan variasi yang mencolok. Yen Jepang tercatat menguat sebesar 0,11 persen, sementara baht Thailand mengalami pelemahan sebesar 0,19 persen.
Di sisi lain, yuan China mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen, tetapi peso Filipina mengalami penurunan sebesar 0,54 persen, dan won Korea Selatan juga melemah 0,23 persen. Dolar Singapura menunjukkan penurunan sebesar 0,10 persen, sementara dolar Hong Kong mengalami penguatan tipis sebesar 0,01 persen saat penutupan perdagangan sore.
Menganalisis pergerakan mata uang utama negara maju, terdapat variasi yang signifikan. Euro Eropa tercatat melemah sebesar 0,04 persen, sementara poundsterling Inggris menguat sebesar 0,05 persen, dan franc Swiss mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen. Di sisi lain, dolar Australia juga menunjukkan penguatan sebesar 0,10 persen, sementara dolar Kanada mengalami penurunan sebesar 0,16 persen.
IHSG Masih Melemah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami pergerakan yang tidak menguntungkan, ditutup melemah dengan 21,204 poin atau turun 0,28 persen ke level 7480,080 pada perdagangan hari ini, Kamis, 10 Oktober 2024. Melansir data dari RTI Business, sepanjang hari ini, level tertinggi IHSG berada di angka 7528,953, sementara level terendah tercatat di 7467,819.
Analisis perdagangan menunjukkan bahwa dari 257 saham yang terpantau, 279 saham mengalami pelemahan, sementara 251 saham lainnya stagnan pada penutupan perdagangan sore ini. Terdapat beberapa saham yang berhasil mencatatkan kinerja positif, di antaranya KOBX yang melonjak 34,19 persen, diikuti oleh LIVE dengan kenaikan 24,75 persen, DMMX naik 22,67 persen, MSKY dengan pertumbuhan 16,67 persen, dan TMPO yang menguat 13,19 persen.
Sebaliknya, lima besar saham yang mengalami pelemahan termasuk LEAD yang turun 12,16 persen, MANG yang merosot 9,82 persen, CITY turun 7,61 persen, BUKA dengan penurunan 7,19 persen, dan PDPP yang menyusut 4,93 persen. Menurut laporan dari Stockbit, mayoritas sektor dalam IHSG mengalami pelemahan, kecuali tiga sektor yang terpantau menghijau, yaitu sektor siklikal yang tumbuh 1,85 persen, nonsiklikal sebesar 0,22 persen, dan transportasi yang naik 1,43 persen.
IHSG diprediksi memiliki potensi untuk rebound pada perdagangan pekan depan setelah ditutup melemah pada Jumat, 4 Oktober 2024. Pengamat pasar modal, William Hartanto, memandang bahwa IHSG kemungkinan besar akan rebound di pertengahan pekan depan. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa IHSG masih akan mengalami pelemahan pada awal minggu depan.
“Untuk pekan depan, diperkirakan akan ada potensi rebound yang terjadi di pertengahan pekan depan. Jadi, kemungkinannya sampai awal pekan depan masih melemah,” katanya kepada KabarBursa.com, seperti yang dikutip pada Sabtu, 5 Oktober 2024.
Lebih lanjut, William memperkirakan bahwa pelemahan IHSG pada awal pekan depan sudah semakin terbatas, dan ini akan menciptakan peluang bagi IHSG untuk rebound di pertengahan pekan selanjutnya. Masyarakat investor diharapkan dapat memantau perkembangan ini dengan cermat, untuk mengambil keputusan investasi yang tepat di tengah dinamika pasar yang terus berubah. (*)