KABARBURSA.COM – Saham ADRO atau PT Alamtri Resources Indonesia Tbk mencuri perhatian pasar pada sesi I perdagangan Senin, 19 Mei 2025. Harga saham ADRO melonjak 10,23 persen, menguat 220 poin ke posisi Rp2.370, dari penutupan sebelumnya di Rp2.150.
Aksi beli besar-besaran mendorong saham ini mendekati batas Auto Rejection Atas (ARA) di Rp2.680. Volume perdagangan pun membengkak menjadi 270 juta saham, jauh di atas rata-rata volume harian sebesar 80 juta lembar.
Kenaikan tajam ini bukan tanpa alasan. Terdapat kombinasi katalis fundamental yang memperkuat minat pasar terhadap emiten energi terintegrasi ini.
Di antaranya adalah kinerja keuangan 2024 yang solid, fokus pada batu bara metalurgi dan energi bersih, serta rencana strategis pembelian kembali saham (buyback) bernilai jumbo yang baru saja mendapat restu pemegang saham.
Laporan Keuangan ADRO: Kinerja Solid, Margin Terjaga
Dalam laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan pada Maret 2025, ADRO membukukan pendapatan sebesar USD2,079 miliar dari operasi berlanjut, sedikit terkoreksi 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, yang menjadi sorotan adalah kemampuannya menjaga margin EBITDA operasional pada level 47 persen, meski harga jual rata-rata (average selling price/ASP) turun 16 persen karena pelemahan permintaan dari sektor baja global, terutama di China.
ADRO mencatat EBITDA operasional sebesar USD982 juta, dan laba inti sebesar USD648 juta, hanya terkoreksi tipis dari tahun 2023. Penurunan beban pokok pendapatan sebesar 5 persen menjadi USD1.205 juta serta efisiensi biaya kas per ton yang berhasil ditekan 5 persen menjadi faktor penting dalam mempertahankan daya saing operasional.
Di tengah penurunan ASP, volume penjualan batu bara metalurgi justru meningkat 26 persen menjadi 5,62 juta ton, dan volume produksi melonjak 30 persen menjadi 6,63 juta ton. Ini menandakan keunggulan eksekusi ADRO dalam skala dan efisiensi.
Selain itu, ADRO berhasil menurunkan utang berbunga secara signifikan sebesar 61 persen menjadi USD548 juta, dan mempertahankan posisi kas akhir tahun sebesar USD1,406 miliar, atau setara 21 persen dari total asetnya. Penurunan liabilitas ini juga turut menurunkan rasio utang terhadap ekuitas menjadi hanya 0,28 kali, memperkuat struktur keuangan dan memberi fleksibilitas tinggi untuk aksi korporasi, seperti buyback saham maupun ekspansi.
Investasi modal (capex) juga mengalami peningkatan 36 persen menjadi USD514 juta, difokuskan pada pengembangan infrastruktur smelter aluminium dan alat berat, langkah yang mencerminkan komitmen ADRO terhadap diversifikasi usaha dan industrialisasi hilir mineral.
Secara keseluruhan, meskipun harga jual turun, ADRO menunjukkan performa tangguh dari sisi efisiensi, neraca keuangan, dan pengelolaan biaya. Hal ini menjadi bukti kemampuan manajemen mempertahankan daya saing di tengah volatilitas pasar komoditas, serta memperkuat daya tarik fundamental saham ADRO di mata investor jangka menengah hingga panjang.
Alamtri (ADRO) Buyback Saham Rp4 Triliun, Dorong Optimisme Investor?
Katalis lain yang sangat berpengaruh adalah pengumuman resmi rencana pembelian kembali saham ADRO dengan nilai maksimal Rp4 triliun. Rencana ini telah mendapatkan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 15 Mei 2025 dan akan dilaksanakan secara bertahap melalui BEI selama periode 12 bulan sejak 16 Mei 2025.
Dalam dokumen keterbukaan informasi yang dirilis ke publik, manajemen menyampaikan bahwa tujuan dari buyback ini adalah untuk meningkatkan likuiditas saham di pasar, memperkuat kepercayaan investor, dan memastikan bahwa harga saham mencerminkan nilai fundamental perusahaan yang sesungguhnya.
Manajemen juga menegaskan bahwa aksi ini tidak akan membebani keuangan perusahaan, karena seluruh dana akan berasal dari kas internal. Posisi keuangan ADRO mendukung langkah ini, dengan saldo kas dan setara kas pada akhir tahun 2024 mencapai USD1,406 miliar, atau sekitar 21 persen dari total aset.
Dengan rasio utang berbunga terhadap ekuitas yang turun menjadi hanya 0,28 kali, serta arus kas dari operasi yang meningkat 75 persen secara tahunan, ADRO memiliki fleksibilitas likuiditas yang sangat kuat untuk menjalankan aksi korporasi ini tanpa mengganggu kebutuhan ekspansi dan operasionalnya.
Buyback ini juga diyakini dapat meningkatkan rasio laba per saham (EPS), karena akan mengurangi jumlah saham yang beredar. Perhitungan proforma menunjukkan bahwa EPS dasar bisa naik dari USD0,04491 menjadi USD0,04985 apabila pembelian kembali dilakukan secara maksimal.
Sebagai catatan, ADRO sebelumnya juga telah melaksanakan buyback pada 2024, dan berhasil mengakuisisi kembali sekitar 926 juta lembar saham, atau setara 3,01 persen dari total saham yang disetor. Hal ini menunjukkan bahwa buyback bukan sekadar wacana, melainkan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam menjaga nilai bagi pemegang saham.
Menurut pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, langkah buyback saham ini merupakan bentuk strategi agresif yang dilakukan ADRO setelah sahamnya dikeluarkan dari indeks saham blue chip.
“Harus semua dibeli kembali. Saham-saham yang masih berkeliaran di luar, ini perlu dibeli kembali oleh Adaro supaya Adaro kembali lagi melakukan penjualan terbaru dengan harga yang relatif lebih murah. Supaya investor ini bisa kembali untuk melakukan pembelian terhadap harga saham-saham di Adaro,” ujarnya kepada Kabarbursa.com, Senin, 19 Mei 2025.
Ia menambahkan, pembenahan manajemen dan langkah buyback menjadi kunci agar investor kembali percaya terhadap saham-saham ADRO, terutama karena banyak pihak melihat harga batu bara internasional cenderung menurun, yang dapat menekan kinerja saham batu bara secara umum di Indonesia.
Dengan latar belakang valuasi saham yang masih relatif rendah, price-to-earnings ratio (PER) sebesar 4,20 dan PBV 0,92, serta fundamental yang solid, aksi buyback senilai Rp4 triliun ini dinilai sebagai langkah strategis yang dapat memperkuat persepsi pasar dan mendorong revaluasi positif terhadap saham ADRO di masa mendatang.
Valuasi Saham ADRO: Undervalued dengan Potensi Tinggi
Meski mencatatkan kinerja operasional yang kuat dan arus kas yang sehat sepanjang tahun 2024, saham ADRO masih diperdagangkan pada valuasi yang tergolong rendah.
Berdasarkan data perdagangan hari ini, PER trailing 12 bulan ADRO tercatat hanya sebesar 4,20, jauh di bawah median IHSG yang berada di 8,12. Ini berarti bahwa investor saat ini hanya membayar sekitar empat kali lipat dari laba tahunan ADRO untuk setiap lembar sahamnya, nilai yang relatif rendah jika dibandingkan dengan rerata sektor energi lainnya di Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, rasio price-to-book value (PBV) ADRO berada di level 0,92, yang mengindikasikan bahwa harga sahamnya masih lebih rendah dari nilai bukunya. Ini memberikan sinyal bahwa saham ADRO masih undervalued secara teoritis. Pendekatan valuasi lain seperti price-to-sales (2,31) dan EV/EBITDA (5,00) juga menunjukkan efisiensi operasional perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi dari nilai total perusahaan (enterprise value).
Daya tarik saham ADRO juga didukung oleh earnings yield sebesar 23,78 persen, yang berarti imbal hasil laba per lembar saham terhadap harga saham saat ini cukup tinggi. Ini jauh lebih menarik jika dibandingkan dengan rata-rata imbal hasil dividen perusahaan energi lainnya, serta menjadi indikator penting dalam pengambilan keputusan bagi investor yang mencari saham dengan potensi return yang tinggi dalam jangka pendek hingga menengah.
Dari sisi arus kas, ADRO mencatatkan rasio price-to-cash flow sebesar 2,79, dan price-to-free cash flow sebesar 5,50, yang menegaskan bahwa saham ini memberikan akses terhadap aliran kas bebas dengan biaya investasi yang relatif kecil. Dengan EPS (earnings per share) sebesar USD0,04491, serta free cashflow per share senilai USD0,43, perusahaan menunjukkan kekuatan profitabilitas dan kapasitas internal yang dapat dimanfaatkan baik untuk reinvestasi maupun aksi korporasi seperti pembelian kembali saham.
Jika dilihat secara historis, saham ADRO telah mencetak return 7,94 persen dalam tiga bulan terakhir dan 11,06 persen dalam sebulan terakhir, mengindikasikan tren pemulihan yang terus menguat. Dalam kondisi valuasi yang rendah dan didukung oleh kinerja operasional yang kuat, banyak pelaku pasar menilai bahwa harga saham ADRO saat ini belum sepenuhnya mencerminkan fundamental perusahaan.
Dengan demikian, valuasi saham ADRO yang masih murah dibandingkan kinerjanya memberikan ruang apresiasi lebih lanjut, apalagi jika didukung oleh realisasi aksi buyback dan stabilitas harga batu bara metalurgi di pasar global.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.