KABARBURSA.COM - Langkah Alexander Ramlie, Komisaris PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang kembali melepas sebagian kepemilikannya menjadi sorotan tajam pelaku pasar. Dalam satu kali transaksi pada 29 September 2025, ia menjual 45 juta saham AMMN dengan harga Rp6.900 per lembar, dan mengantongi sekitar Rp310 miliar.
Ini bukan kali pertama ia mengurangi porsi sahamnya di emiten tambang tembaga dan emas tersebut. Beberapa hari sebelumnya, pada 26 dan 30 September, Alexander juga menjual total 10,38 juta saham senilai Rp72,6 miliar.
Dalam waktu sepekan, total dana yang dikantongi mencapai hampir Rp383 miliar. Pasca transaksi ini, kepemilikan sahamnya berkurang dari 0,42 persen menjadi 0,36 persen.
Bagi pasar, langkah seorang komisaris menjual saham perusahaan yang dia awasi selalu menimbulkan pertanyaan, apakah ini sinyal profit taking, kebutuhan likuiditas pribadi, atau tanda berhati-hati terhadap valuasi saham yang mulai tinggi?
Pernyataan resmi perusahaan menjelaskan bahwa penjualan ini dilakukan untuk keperluan investasi pribadi, bukan karena alasan strategis atau perubahan posisi di perusahaan.
Namun, investor tetap membaca langkah ini sebagai sinyal penting, apalagi dilakukan di tengah volatilitas harga AMMN yang belakangan cukup tinggi.
Secara harga, saham AMMN sempat menguat 1,47 persen pada perdagangan Jumat, 3 Oktober 2025, ditutup di Rp6.925 per saham. Meski ada kenaikan harian, tren jangka pendek menunjukkan tekanan jual masih dominan.
Dalam sebulan terakhir, saham AMMN sudah terkoreksi sekitar 13,7 persen, dan dalam tiga bulan terakhir turun hampir 19 persen. Bahkan, jika dilihat dari posisi tertingginya tahun ini di atas Rp9.000, saham ini sudah kehilangan sekitar seperempat nilainya.
Dengan foreign sell masih lebih tinggi daripada foreign buy, yaitu Rp82,3 miliar vs Rp74,9 miliar, pasar belum sepenuhnya pulih dari aksi ambil untung investor besar.
Teknikal Tunjukkan Sinyal Sangat Jual
Dari sisi teknikal, sentimen memang belum berpihak pada AMMN. Indikator utama seperti RSI di 39,8 menandakan tekanan jual masih kuat dan mendekati area oversold. Stochastic RSI berada di titik nol, yaitu sinyal jual berlebih.
MACD masih negatif di -120,48, sementara ADX di 22,47 menunjukkan tren melemah tanpa arah penguatan yang pasti. Hampir seluruh moving averages (MA5 hingga MA100) masih memberi sinyal sell, dengan harga pasar saat ini jauh di bawah rata-rata jangka menengah.
Rangkuman teknikal menunjukkan status “sangat jual”, yang berarti momentum harga jangka pendek cenderung turun, meski potensi pantulan (technical rebound) bisa muncul di area support kuat.
Dari grafik pivot, level Rp6.558–Rp6.775 tampak menjadi zona penahan harga (support). Jika level ini tertembus, tekanan jual bisa membawa harga ke area psikologis Rp6.100–Rp6.000. Sebaliknya, resistensi terdekat berada di sekitar Rp7.160–Rp7.600, yang menjadi batas atas sementara jika harga mencoba menguji kembali kekuatan beli.
Bagi investor jangka pendek, area Rp6.700–Rp6.900 tampak sebagai titik trading range, di mana aksi jual masih bisa muncul dari tekanan profit-taking lanjutan.
Valuasi Tinggi, Beban Investasi Besar
Secara fundamental, kinerja keuangan AMMN masih menyisakan tanda tanya. Walau perusahaan mengantongi pendapatan sebesar Rp20,8 triliun dalam 12 bulan terakhir, laba bersihnya sangat tipis, hanya Rp208 miliar, setara margin 1 persen.
Price to Earnings Ratio (PER) tercatat ekstrem di 2.414 kali (TTM), menandakan valuasi yang sangat mahal dibanding kinerja riil. Meski perusahaan memiliki kas besar sekitar Rp16,2 triliun dan aset mencapai Rp205 triliun, arus kas operasional justru negatif Rp15 triliun.
Sementara free cash flow minus Rp41,4 triliun, menunjukkan beban investasi dan pembiayaan yang tinggi. Debt-to-equity ratio di 1,23 memperlihatkan ketergantungan pada utang masih cukup besar.
Dari data tersebut, valuasi wajar saham AMMN perlu dikoreksi realistis. Jika diasumsikan kinerja laba bersih membaik dan perusahaan mampu mencetak margin bersih 10 persen dari pendapatan tahunan, laba bersih potensial bisa mencapai sekitar Rp2 triliun.
Segini Harga Wajar Saham AMMN
Dengan asumsi PER wajar sektor tambang di kisaran 15–20 kali, maka nilai wajar saham AMMN berada di kisaran Rp4.000–Rp5.500 per saham. Artinya, di harga sekarang Rp6.900–Rp7.000, saham ini sudah tergolong premium valued.
Dalam konteks itu, langkah Alexander Ramlie menjual sahamnya tampak rasional, sebuah profit taking di saat valuasi relatif mahal dan momentum teknikal masih melemah.
Investor Apakah ini sinyal untuk diikuti investor lain? Jawabannya tergantung horizon investasi. Bagi investor jangka pendek, sinyal sell on strength atau melepas saham saat harga mendekati Rp7.000–Rp7.200 bisa menjadi langkah aman sambil menunggu konsolidasi harga.
Namun bagi investor jangka panjang, prospek AMMN tetap menjanjikan jika mampu menstabilkan arus kas dan memperkuat produksi tembaga serta emas yang menjadi andalan perusahaan.
Posisi Aman untuk Investor Baru, di Harga Berapa?
Untuk sementara, posisi aman bagi investor baru berada di kisaran Rp6.200–Rp6.400, area yang relatif mendekati valuasi fundamental dan support teknikal kuat. Di bawah harga itu, peluang rebound jangka menengah terbuka jika fundamental membaik pada paruh pertama 2026.
Kesimpulannya, penjualan saham oleh Alexander Ramlie bukan tanda alarm bahaya, melainkan sinyal realistis dari seorang insider yang menyeimbangkan portofolionya di tengah harga yang sudah tinggi.
Pasar boleh saja menafsirkan ini sebagai sinyal kehati-hatian, tetapi tidak serta-merta berarti kepercayaan terhadap AMMN luntur.
Justru, bagi investor yang sabar dan cermat membaca momentum, fase koreksi ini bisa menjadi ruang untuk menilai kembali nilai sejati emiten tambang yang kini menjadi salah satu andalan industri mineral nasional.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.