Logo
>

Saham ARTO Masih Dijagokan Analis, Intip Penjelasannya

Saham Bank Jago ARTO menunjukkan fluktuasi, namun masih berpotensi rebound dalam jangka panjang jika didukung pertumbuhan laba dan efisiensi operasional.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Saham ARTO Masih Dijagokan Analis, Intip Penjelasannya
Seseorang tengah memotret logo Bank Jago, emiten berkode saham ARTO. (Foto: Dok. Bank Jago)

KABARBURSA.COM - Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih terkoreksi dalam satu bulan terakhir. Namun, saham ini dinilai masih layak dikoleksi dalam jangka waktu tertentu. 

Merujuk data Stockbit, Kamis, 12 Juni 2025, dalam sebulan terakhir ARTO mencatatkan performa sebesar -4,46 persen. Namun pada perdagangan terakhir atau Rabu, 11 Juni 2025, saham ini menguat 2,54 persen ke level 1.820.

Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono mengatakan dalam jangka pendek, saham ARTO cenderung menunjukkan volatilitas yang tinggi. Menurutnya, ini cocok untuk trader. 

"Untuk trader yang berani mengambil risiko dan memiliki strategi yang jelas untuk memanfaatkan fluktuasi harga, mungkin ada peluang. Namun, ini memerlukan pemantauan ketat dan pemahaman analisis teknikal yang mendalam," kata dia kepada Kabarbursa.com dikutip, Kamis, 12 Juni 2025.

Di sisi lain, Wahyu menyatakan saham ini belum layak koleksi untuk umum. Menurutnya, investor umum yang tidak memiliki toleransi risiko tinggi atau pengetahuan teknikal yang mumpuni, ARTO mungkin belum layak dikoleksi dalam jangka pendek mengingat tren negatif dan sinyal teknikal yang ada.

Ia masih optimis ARTO masih ada potensi untuk rebound jika bank ini mampu membuktikan pertumbuhan laba dan efisiensi operasional dari model bisnis digitalnya. 

"Sentimen positif dari penurunan suku bunga BI dapat mendorong pertumbuhan kredit di kuartal berikutnya," ujarnya. 

Selain itu, Bank Jago dinilai juga memiliki prospek bisnis yang menarik. Wahyu menyebut emiten ini berada di sektor bank digital yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang yang kuat di Indonesia, didukung oleh penetrasi internet dan penggunaan perangkat mobile yang tinggi. 

"Model bisnis berbasis ekosistem digitalnya juga memberikan keunggulan kompetitif," tuturnya. 

Bagi investor jangka panjang yang percaya pada visi dan model bisnis Bank Jago, serta memiliki toleransi terhadap volatilitas di awal, Wahyu mengatakan ARTO masih layak dikoleksi.

Namun, ia mengimbau agar tetap penting untuk melakukan diversifikasi portofolio dan tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang. Dirinya menjelaskan investasi jangka panjang pada ARTO harus dilihat sebagai investasi pada potensi pertumbuhan bank digital yang inovatif di pasar yang berkembang.

"ARTO layak dikoleksi untuk jangka menengah hingga panjang bagi investor yang memiliki pemahaman tentang risiko dan potensi pertumbuhan bank digital, serta siap menghadapi volatilitas jangka pendek," ungkapnya. 

Salah satu sentimen yang bakal menyelimuti ARTO ialah kebijakan moneter lanjutan Bank Indonesia. Wahyu menerangkan setiap keputusan BI terkait suku bunga acuan atau kebijakan makroprudensial lainnya akan sangat diperhatikan. 

Selain itu, ada juga rilis laporan keuangan kuartal ii 2025. Wahyu bilang, investor akan sangat menantikan laporan keuangan Kuartal II 2025 untuk melihat apakah tren pertumbuhan kredit dan laba Bank Jago dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. 

"Peningkatan efisiensi operasional dan perbaikan rasio profitabilitas akan menjadi kunci," pungkasnya. 

Kinerja Bank Jago (ARTO) Kuartal I 2025

Mengutip siaran pers perusahaan, pada kuartal I 2025 penyaluran kredit Bank Jago mencatatkan pertumbuhan sebesar 42 persen yoy. Penyaluran kredit pada akhir kuartal I 2025 mencapai Rp 20,3 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 14,3 triliun.

Pertumbuhan kredit mendorong naik aset Bank Jago menjadi Rp 32,5 triliun atau tumbuh 44 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 22,5 triliun.

Selain itu, Bank Jago memiliki rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 0,3 persen atau di bawah rata-rata NPL perbankan nasional.

Selain itu, Bank Jago juga membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp 60 miliar per akhir Maret 2025 atau tumbuh 178 persen dari akhir Maret 2024 sebesar Rp 22 miliar.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 36,4 persen. Di sisi lain rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) berada pada 94 persen. 

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan pencapaian pada kuartal I 2025 merupakan bukti pihaknya fokus untuk bertumbuh sebagai bank berbasis teknologi yang mengedepankan inovasi dan kolaborasi serta fundamental dan manajemen risiko yang baik. 

"Dengan situasi yang menantang, kami selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian sambil melihat peluang untuk tumbuh secara berkelanjutan," kata dia. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.