KABARBURSA.COM – Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) melanjutkan reli impresifnya hingga menyentuh level Rp6.600 dalam sepekan terakhir, atau naik lebih dari 4 persen dibanding pekan sebelumnya. Namun, analis menilai reli ini belum sepenuhnya ditopang oleh sektor turunan utama yang menjadi penopang kinerja Grup Astra, seperti batu bara dan agribisnis.
Analis Komoditas dan Founder Traderindo, Wahyu Tribowo Laksono menilai, kenaikan harga saham ASII ke atas Rp6.300 lebih merupakan kombinasi antara optimisme terhadap fundamental dan rotasi pasar jangka pendek.
“Reli harga saham ASII yang menembus level Rp6.300 kemungkinan besar merupakan kombinasi dari optimisme terhadap fundamental dan rotasi pasar jangka pendek,” ujarnya kepada KabarBursa.com, Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, dari sisi fundamental, kinerja keuangan Astra masih solid. Laba bersih twelve trailing months (TTM) hingga kuartal II-2025 mencapai Rp33,710 miliar. Sementara posisi kas besar sebesar Rp53,108 miliar dan total ekuitas Rp218,004 miliar. Selain itu, dividend yield 6,42 persen dengan payout ratio 52,97 persen menjadikan saham ini tetap menarik bagi investor jangka panjang.
Meski demikian, ia menilai dukungan dari sektor turunan belum kuat. Kinerja alat berat dan pertambangan melalui United Tractors (UNTR) masih bergantung pada harga batu bara yang cenderung melemah, sementara agribisnis lewat Astra Agro Lestari (AALI) berpotensi tertahan akibat harga CPO yang stagnan.
“Kinerja segmen alat berat dan pertambangan sangat bergantung pada harga batubara. Jika harga komoditas ini terus tertekan, laju pertumbuhan laba bisa melambat,” jelasnya.
“Begitu juga dengan agribisnis AALI yang kontribusinya kecil dan sangat sensitif terhadap harga CPO,” tambahnya.
Dari sisi teknikal, harga ASII telah menembus area resistensi Fibonacci 23,6 persen dan mendekati level psikologis Rp6.450. Menurutnya, hal ini membuka potensi aksi ambil untung dalam jangka pendek.
“Untuk investor jangka pendek, ambil untung parsial di sekitar Rp6.300–Rp6.450 agar profit terkunci. Kenaikan tajam seperti ini sering diikuti koreksi,” ujarnya.
Ia menyarankan investor menengah-panjang untuk menunggu koreksi ke area Rp6.000–Rp5.600 sebelum melakukan akumulasi kembali. Meski optimistis terhadap prospek jangka panjang ASII yang didukung diversifikasi bisnis dan ekspansi kendaraan listrik, ia menilai ruang kenaikan saat ini mulai terbatas.
“Outlook-nya tetap bullish, tapi tanpa dukungan sektor turunan, reli ini berisiko terkoreksi dalam waktu dekat,” tutupnya.(*)