KABARBURSA.COM - Di tengah isu penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS), banyak saham atau sektor yang justru kinerjanya mengalami peningkatan, salah satunya adalah sektor perbankan.
Dari sekian banyak saham perbankan, saham bank ini mengalami kenaikan sebesar 30 persen dalam kurun waktu dua minggu.
Direktur utama PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), Eri Budiono mengatakan setelah marketplace ditimbulkan mulai dari Jepang dan akhirnya mengglobal ke seluruh dunia.
Eri mengatakan BBYB sempat drop cukup besar dibandingkan dengan saham lain.
"Namun recovery-nya cukup bagus dan saya berharap ini merefleksikan saham bank Neo kedepannya," kata Eri dalam keterangannya, Jumat, 23 Agustu 2024.
Kata Eri melanjutkan, BBYB merupakan salah satu bank digital terbesar di Indonesia dengan pengguna 27 juta user.
Sebagai informasi, BBYB merupakan bank digital yang masih terbilang cukup muda dan baru berjalan empat tahun dan merupakan konversi dari Bank Yudha Bhakti.
"Saya rasa sudah mendapatkan user sekitar 27 juta cukup membanggakan dan itu merefleksikan deman di market yang bertransaksi lewat channel online merupakan keinginan atau kebutuhan masyarakat terutama Gen Z," terangnya.
Hal tersebut tercermin dari jumlah nasabah yang sekitar 50 persen merupakan generasi milenial dan Gen Z. Dan kebanyakan nasabahnya bertransaksi melalui digital.
Eri menjelaskan, dalam persaingan BBYB masuk dalam segmen under serve, dan banyak bang digital yang belum bermain di segmen tersebut.
"Saya melihat semakin ke sini banyak kompetitor yang masuk ke dalam segmen tersebut, namun justru memberikan keyakinan bahwasanya pasar ini semakin besar dan penetrasi pasar di perbankan yang relatif rendah dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia memiliki penetrasi lebih rendah," tuturnya.
Adapun perseroan juga telah menyiapkan beberapa strategi. Eri menyebutkan setiap bank digital memiliki strategi berbeda tergantung dari tingkat size, ekosistem yang disasar.
"Kita bukan lagi berfokus kepada ekosistem tertentu tetapi merambah ke produk pinjaman yang kita miliki. Kita juga melakukan diversifikasi segmen komersial banking," tambahnya.
Eri menambahkan, walaupun BBYB memiliki sekitar 27 juta user namun di sisi lain juga memiliki banyak PR (pekerjaan rumah) dalam hal menjadikan seluruh user tetap aktif menggunakan bank digital BBYB. Karena memang dalam kurun waktu empat tahun fokus BBYB justru melakukan akuisisi.
Akuisisi tersebut melalui metode yang bernama organik referral dan justru dengan adanya akuisisi digital ini sangat mengurangi biaya pengeluaran untuk akuisisi.
"Organic referral itu salah satunya memiliki fungsi ajak teman sehingga jika terdapat user yang bisa mengajak teman bisa mendapatkan bonus. Dari situlah user kita semakin bertambah pesat, bahkan tahun lalu dengan adanya fitur ajak teman user kita bertambah 6 juta," paparnya.
Selain itu, fokus perseroan juga akan melakukan pengaktifan klien-klien yang sudah terdaftar. Terutama pada penambahan fitur-fitur pada aplikasi seperti pembayaran pajak, pembayaran BPOP, pembayaran pendidikan investasi emas, dan reksadana akan dikembangkan.
Semakin banyak user yang membuka aplikasi tersebut perusahaan juga semakin mudah untuk memperbaiki kekurangan dan direct feedback dari para user.
Sementara, secara holistik kinerja bank BBYB untuk revenue masih belum optimal. Dari sisi rasio cukup rendah di industri sekitar 40 persen. Tetapi karena memang basis layanan BBYB digital sehingga pengeluaran atau cost rendah dan diimbangi dengan revenue yang semakin meningkat.
"Saat ini aset bank BBYB sekitar Rp9,5 triliun dan itu belum optimal. Untuk itu saya ingin meningkatkan aset tahun ini hingga Rp12 triliun," terangnya.
"Jadi bisa disimpulkan fokus bank BBYB tahun 2024 ada tiga tujuan utama yaitu kenaikan aset, peningkatan fitur pinjaman neo, dan komersial banking," sambung Eri.
Kenaikan aset ini dilakukan menggunakan satu mesin untuk meningkatkan jumlah aset, yaitu melakukan kerja sama secara chaneling dengan satu group seperti akulaku, dan perusahaan fintech lainnya.
Adapun secara pertumbuhan kredit pada tahun 2024, BBYB menargetkan sekitar Rp12,5 triliun hingga Rp13 triliun. Dengan memperkuat infrastruktur sehingga bisa memonitor kredit sektor ekonomi yang berkembang secara reguler.
Bahkan Non-Perfoming Loan (NPL) BBYB sebesar 3,9 dengan relatif pergerakan yang stagnan namun angka yang tinggi. Sehingga perseroan akan melakukan pengecatan dan melakukan monitoring volume dari bisnis.
Beberapa bulan terakhir NPL BBYB mengalami penurunan dengan target npl hingga akhir tahun di bawah angka empat.
Karena NPL berhubungan dengan profit dan loss sehingga kedepannya mempengaruhi rate off lebih besar. Tentunya dengan rate off yang lebih besar dan profit maka npl akan turun.
Dari segi lainnya, di era kenaikan suku bunga yang makin meningkat, menyebabkan bank relatif cukup susah untuk mendapatkan dana pihak ketiga terutama dana yang murah.
Dari sisi perseroan atau Bank BBYB justru mengalami kelebihan likuiditas sehingga diinvestasikan melalui surat berharga .
"Sehingga kita tidak ada pilihan untuk tidak meningkatkan aset, semuanya harus berjalan," terangnya.
Saat ini dana pihak ketiga Bank BBYB memiliki porsi paling besar di deposito karena bank digital menawarkan deposito yang lebih tinggi. Sedangkan kas perseroan saat ini mencapai 30 persen. Ke depannya perseroan akan tetap meningkatkan jumlah, tetapi yang paling penting adalah di mana nasabah atau user selalu aktif melakukan transaksi finansial sehari-hari.
Sebelumnya, Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mengumumkan rencana rights issue atau Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) VII dengan menerbitkan hingga 1,31 miliar saham baru.
Melansir prospektusnya, aksi ini dilakukan dengan harga pelaksanaan Rp300 per saham. Aksi korporasi ini diharapkan dapat menghimpun dana segar sebesar Rp393,5 miliar.
"Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD VII, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya sebagai modal kerja perseroan untuk membiayai peningkatan kredit," sebagaimana tertulis dalam Keterbukaan Informasi BEI.
Pencatatan dalam daftar pemegang saham yang berhak atas right issue dilakukan pada 10 Juli 2024. Sementara saham yang berhak atas right issue itu pada 11 Juli 2024.
PT Akulaku Silver Indonesia (ASI) telah menyatakan kesanggupannya sebagai pembeli siaga dalam aksi ini. Sebaliknya, Rockcore Financial Technology Co. Ltd telah memastikan tidak akan mengambil bagian dalam pembelian saham baru yang diterbitkan oleh BBYB. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.