KABARBURSA.COM - PT Barito Pacifik Tbk dengan kode saham BRPT adalah proksi terbaik untuk BREN dan TPIA, yang merupakan komponen terbesar dan ketiga terbesar dari ICI. Saat ini, saham BRPT hanya diperdagangkan 10 persen dari penilaian, yaitu RP1.267 triliun atau Rp13.500 per saham. Padahal, analis melihat bahwa saham taipan Prajogo Pangestu ini bisa diperdagangkan 40 persen atau Rp3.500 per saham.
Dari target ini, para analis yakin BRPT mampu meraihnya, karena hingga saat ini saha dengan potensi cuan tertinggi ini masih diskon besar dari harga wajar. Saham tersebut juga diprediksi akan kembali menjadi alpha stock di Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran didorong empat faktor fundamental serta katalis yang kuat.
Empat faktor fundamental yang dimaksud adalah:
- Manuver TPIA Mengakuisisi SECP
TPIA mengakuisisi 80 persen saham Shell Energy and Chemicals Parks Singapore (SECP), yang diproyeksikan akan meningkatkan pendapatan perusahaan hingga delapan kali lipat.
- Pemisahan Chandra Daya Investasi (CDI)
TPIA saat ini memegang 80 persen saham CDI, yang bergerak di sektor infrastruktur. Pemisahan CDI diharapkan akan membuka nilai (unlock value) dari perusahaan ini, sekaligus meningkatkan valuasi TPIA dan BRPT.
- PLTU Berkapasitas 2.000 MW
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 2.000 MW yang dimiliki oleh perusahaan asosiasi Barito Pacific, dengan kepemilikan saham sebesar 34 persen, dapat memberikan kontribusi laba bersih sebesar USD51 juta per tahun bagi BRPT.
- Pengembangan Lahan Industri dan Perumahan
Griya Idola, anak usaha Barito Pacific dengan kepemilikan saham 100 persen, sedang berkolaborasi dengan perusahaan afiliasi untuk menjual lahan industri dan perumahan seluas 400 hektare di Patimban dan Cikupa. Ini diproyeksikan dapat menghasilkan laba bersih sebesar USD5 juta per tahun bagi BRPT mulai tahun 2025.
Sedangkan dua katalis kuat dari saham BRPT adalah masuknya sahan BREN ke FTSE Global Equity Index pada 23 September mendatang. Rencana ini akan meningkatkan permintaan saham BREN, sehingga bisa naik lebih tinggi lagi.
Apabila tren ini berlanjut, investor bisa mengantisipasi masuknya BREN ke MSCU indeks dengan rebalancing November 2024, yang tentunya akan mengerek lagi permintaan terhadap saham BRPT.
Berdasarkan riset Sucor Sekuritas, sejak 24 tahun lalu saham BRPT telah melonjak 600 persen, mengungguli para pesaing yang hanya naik 500 persen selama tujuh kali reli IHSG. Inilah mengapa BRPT menjadi high alpha stock, yaitu saham yang kinerjanya melampaui indeks dan para pesaing. Namun, dalam reli indeks terbaru, saham BRPT hanya naik 2 persen yang justru berada jauh di bawah para pesaing yang mencatatkan kenaikan sebesar 12 persen.
Sucor Sekuritas yakin bahwa dalam 12 bulan ke depan, saham BRPT bisa mencapai harga wajarnya di Rp3.500, berdasarkan valuasi sum of the parts (SOTP). Hal ini semakin mungkin terjadi jika BRPT dan anak perusahaannya terus membuka nilai (unlock value) di pasar.
Selain itu, BRPT merupakan proksi solid untuk BREN dan TPIA, yang merupakan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar dan ketiga terbesar di BEI.
"Saat ini, BRPT diperdagangkan dengan valuasi yang masih jauh di bawah nilai sejatinya," tutup Sucor Sekuritas.
Tawarkan Obligasi Rp1 Triliun
Barito Pacific (BRPT) akan menawarkan obligasi senilai Rp1 triliun sebagai bagian dari program obligasi berkelanjutan III yang memiliki total proyeksi Rp3 triliun. Tahun ini, perusahaan yang dipimpin oleh Prajogo Pangestu tersebut akan merilis obligasi tahap III dalam dua seri.
Seri A memiliki bunga 8,25 persen per tahun dengan durasi tiga tahun, sedangkan Seri B berjangka 5 tahun dengan kupon 9 persen per tahun. Pembayaran bunga obligasi dilakukan setiap triwulan sejak tanggal emisi, dengan pembayaran bunga pertama dijadwalkan pada 16 Oktober 2024. Bunga obligasi terakhir dan pelunasan penuh akan dibayarkan pada 16 Juli 2027 untuk Seri A dan 16 Juli 2029 untuk Seri B.
Seluruh dana dari penawaran obligasi, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada pihak terkait, termasuk:
- Pembayaran penuh obligasi berkelanjutan III tahap I tahun 2023 seri A sebesar Rp52,52 miliar
- Pembayaran penuh obligasi berkelanjutan I tahap III tahun 2020 seri C sebesar Rp76,68 miliar
- Pembayaran penuh obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2021 seri B sebesar Rp188,90 miliar
- Pembayaran sebagian utang ke Bank BNI sebesar Rp304,68 miliar
- Pembayaran sebagian utang ke Bangkok Bank sebesar Rp368,37 miliar
Untuk mendukung rencana ini, perseroan telah menunjuk BCA Sekuritas, KB Valbury Sekuritas, Sucor Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas Indonesia (TRIM) sebagai penjamin pelaksana emisi, serta Bank BTN sebagai wali amanat. Obligasi ini telah memperoleh rating idA+ dari Pefindo.
Jadwal penerbitan obligasi adalah sebagai berikut:
- Masa penawaran umum: 9-11 Juli 2024
- Penjatahan: 12 Juli 2024
- Pengembalian uang pesanan: 16 Juli 2024
- Distribusi obligasi secara elektronik: 16 Juli 2024
- Pencatatan di Bursa Efek Indonesia: 17 Juli 2024.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.