Logo
>

Saham BUKA Kembali Merosot usai Bantah Isu TEMU

Ditulis oleh Syahrianto
Saham BUKA Kembali Merosot usai Bantah Isu TEMU

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengalami penurunan yang signifikan pada perdagangan sesi II hari ini, Rabu, 9 Oktober 2024.

    Berdasarkan data perdagangan Stockbit, harga saham BUKA dibuka pada level Rp147 per saham. Saat ini, saham tersebut mencatatkan pada angka Rp139 per pukul 14.00 WIB sehingga mengalami kerugian sebesar Rp8 poin atau sekitar 5,44 persen.

    Saham ini diperdagangkan dengan volume mencapai 1,74 miliar, yang menunjukkan minat transaksi yang cukup tinggi di pasar. Rata-rata volume saham sebelumnya tercatat sebesar 391,97 juta, sehingga hari ini menunjukkan aktivitas yang lebih besar.

    Dalam pergerakan intraday, harga saham BUKA mencapai titik tertinggi di Rp150 dan terendah di Rp132. Dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai 246,2 miliar, saham ini berada di bawah level harga acuan (ARA) yang ditetapkan pada Rp198 dan batas bawah (ARB) di Rp96.

    Saat ini, investor masih memperhatikan frekuensi lot perdagangan yang cukup aktif, meskipun ada tekanan penjualan yang membuat harga saham bergerak turun. Hal ini mencerminkan dinamika pasar yang sedang berlangsung dan respons investor terhadap kondisi pasar.

    Situasi ini tampaknya akibat isu yang tengah bergulir di pasar yakni platform e-commerce asal China, TEMU, disebut-sebut berencana mengambil alih kepemilikan BUKA.

    BUKA Bantah Isu Rencana TEMU

    Corporate Secretary BUKA, Cut Fika Lutfi, menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki informasi apapun terkait rencana akuisisi tersebut. “Perseroan tidak mengetahui adanya rencana dari e-commerce TEMU untuk mengakuisisi perusahaan,” ujarnya, Rabu, 9 Oktober 2024.

    Cut Fika menambahkan, apabila ada perkembangan konkret terkait rencana akuisisi, Perseroan akan melakukan keterbukaan informasi sesuai regulasi yang berlaku setelah memastikan kebenarannya. “Kami akan patuh pada peraturan perundang-undangan untuk setiap pengumuman resmi,” tegasnya.

    Rumor akuisisi ini sempat mendongkrak harga saham BUKA. Hingga pukul 13.00 WIB, saham BUKA melonjak signifikan hingga 30,43 persen ke level Rp150 per saham. Saham sempat diperdagangkan di rentang harga Rp117-Rp153 per lembar.

    Menanggapi lonjakan tersebut, Cut Fika menilai kenaikan saham dipicu oleh respons pasar terhadap kabar yang belum terverifikasi. “Peningkatan ini sepenuhnya spekulasi pasar, di luar kendali Perseroan, karena informasi ini tidak pernah dikonfirmasi oleh manajemen,” jelasnya.

    Cut Fika mengimbau agar para pemegang saham dan investor berhati-hati serta memperhatikan keterbukaan informasi resmi dari Perseroan sebelum mengambil keputusan investasi terkait BUKA.

    Soal Aplikasi TEMU

    Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menegaskan bahwa aplikasi e-commerce asal China TEMU yang dinilai dapat mematikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tidak akan masuk ke Indonesia.

    Staf Khusus Menkop UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari mengatakan, saat ini pemerintah terus berkomitmen untuk tetap mengawal e-commerce tersebut.

    “Jika TEMU sampai masuk ke Indonesia, ini akan sangat membahayakan UMKM dalam negeri. Apalagi platform digital dari China ini bisa memfasilitasi transaksi secara langsung antara pabrik di Cina dengan konsumen di negara tujuan ini akan mematikan UMKM,” ujar Fiki dalam keterangan resminya, Rabu, 2 Oktober 2024.

    Adapun aplikasi TEMU kembali menjadi sorotan di media sosial X setelah adanya cuitan yang mengulas presentasi salah satu narasumber pada acara E-Commerce Expo tentang bahaya aplikasi TEMU.

    Fiki menambahkan, aplikasi TEMU dinilai dapat merugikan UMKM karena penjualan barang langsung dari pabrik ke konsumen tanpa adanya seller, reseller, dropshipper maupun afiliator sehingga tidak adnya komisi berjenjang.

    Hal tersebut ditambah dengan adanya subsidi yang diberikan platform membuat produk di aplikasi dihargai dengan sangat murah.

    “Mereka sudah masuk ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa, bahkan sekarang sudah mulai ekspansi ke Kawasan Asia Tenggara, khususnya di negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Maka kita harus terus kawal agar tidak masuk ke Indonesia,” tutur Fiki.

    Perlu diketahui sejak September 2022 lalu aplikasi TEMU telah berupaya mendaftarkan merek sebanyak tiga kali di Indonesia. Bahkan pada 22 Juli 2024, aplikasi TEMU sempat mengajukan ulang pendaftarannya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM).

    “Aplikasi TEMU dari China ini sudah coba mendaftarkan merk, desain, dan lainnya ke DJKI, tapi tidak bisa karena sudah ada perusahaan asal Indonesia dengan nama serupa dan dengan KBLI yang mayoritas sama. Tapi kita tidak boleh lengah, harus kita kawal terus,” tegas Fiki

    Fiki memastikan Kemenkum HAM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta stakeholders terkait dapat bersinergi mencegah masuknya marketplace TEMU ke Indonesia.

    “Hal ini diperlukan semata-mata demi melindungi pelaku usaha di dalam negeri khususnya UMKM,” tutupnya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.