KABARBURSA.COM - Pergerakan saham industri farmasi mengalami kenaikan yang signifikan dalam satu pekan terakhir. Kenaikan ini terjadi seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Pada penutupan perdagangan hari Rabu, 20 Desember 2023, sejumlah saham farmasi mencatatkan kenaikan yang mencolok. Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melonjak hingga 678.4 persen menjadi Rp 1.670 per saham. Sementara itu, saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) juga mengalami lonjakan sebesar 626.2 persen menjadi Rp 870 per saham.
Tak ketinggalan, saham PT Phapros Tbk (PEHA) melesat 453.0 persen ke level Rp 850 per saham. Saham PT Indofarma Tbk (INAF) naik 357.1 persen menjadi Rp 665 per saham, dan saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) melejit 251.4 persen ke Rp 1.145 per saham.
Bukan hanya saham-saham emiten farmasi yang mengalami kenaikan. Saham PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS), produsen masker, juga merasakan dampak positif dari lonjakan kasus Covid-19. Pada penutupan perdagangan Rabu, saham MEDS meningkat 339.6 persen menjadi Rp 71 per saham.
Menurut Chang-kun Shin, Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia, lonjakan harga saham emiten farmasi ini dipicu oleh sentimen kenaikan kasus Covid-19. Namun, Shin memperingatkan bahwa kenaikan ini bersifat sementara jika angka kasus Covid-19 mulai menurun.
Meskipun harga saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tidak mengalami kenaikan signifikan dalam sepekan, Shin menilai secara fundamental KLBF masih layak dikoleksi dibandingkan dengan emiten farmasi lainnya. KLBF memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan dari lonjakan kasus Covid-19.
Muhammad Nafan Aji, Senior Investment Information Mirae Aseset Sekuritas, menyoroti KLBF sebagai saham farmasi yang paling likuid dan stabil, cocok untuk investasi jangka panjang. Namun, Nafan tidak merekomendasikan saham farmasi lain selain KLBF, yang dianggapnya paling stabil secara fundamental.
Meski demikian, Nafan memperingatkan bahwa kenaikan harga saham emiten farmasi, seperti KAEF, IRRA, dan PEHA, bersifat sementara. Ia menyarankan para investor untuk mempertimbangkan KLBF untuk investasi jangka panjang, sementara saham lainnya dapat dianggap sebagai potensi trading jangka pendek.
Menyikapi kondisi saat ini, Chang-kun Shin melihat kenaikan saham emiten farmasi sebagai sentimen jangka menengah hingga pendek. Tingkat kekebalan vaksinasi yang tinggi saat ini, dengan data menunjukkan vaksinasi dosis pertama, kedua, dan ketiga sudah mencapai angka yang signifikan, membuat kondisi berbeda dengan lonjakan kasus pertama pada tahun 2019.