KABARBURSA.COM – Emiten properti PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) masih mampu mencatatkan kinerja positif di tengah tekanan sektor properti dan stagnasi harga sahamnya di kisaran “gocapan”.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim per 30 September 2025, DADA membukukan laba bersih sebesar Rp883,88 juta, naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp71,65 juta.
Kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan melonjaknya pendapatan perseroan menjadi Rp9,05 miliar, atau naik lebih dari dua kali lipat dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp3,81 miliar. Lonjakan ini menjadi salah satu penopang utama kinerja DADA sepanjang tahun berjalan.
Sementara itu, laba kotor DADA tercatat sebesar Rp6,33 miliar, meningkat dari Rp2,69 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Setelah dikurangi beban usaha sebesar Rp4,66 miliar, perseroan masih mengantongi laba usaha Rp883,88 juta.
Kenaikan kinerja juga tercermin dari peningkatan aset. Total aset DADA per September 2025 mencapai Rp643,83 miliar, stabil dibanding posisi akhir 2024 sebesar Rp643,38 miliar.
Dari sisi liabilitas, perseroan mencatat penurunan tipis menjadi Rp290,55 miliar, sementara ekuitas menurun menjadi Rp204,79 miliar, seiring adanya distribusi laba dan penyesuaian modal disetor.
Dari sisi struktur pendapatan, laporan keuangan menunjukkan kontributor utama masih berasal dari penjualan unit properti apartemen melalui dua anak usaha: PT Arba Propertindo dan PT Kalibata Inovasi Maju. Keduanya berfokus pada pengembangan proyek residensial di Jakarta dan Depok, dengan kepemilikan mayoritas DADA di atas 99 persen.
Dalam laporan manajemen menyebutkan bahwa peningkatan kinerja ini merupakan hasil dari strategi efisiensi internal dan percepatan penyelesaian proyek berjalan.
Selain itu, rasio keuangan menunjukkan perbaikan margin laba bersih menjadi 9,8 persen dibanding tahun sebelumnya sekitar 1,8 persen. Hal ini menunjukkan efektivitas pengelolaan biaya dan pengendalian beban keuangan.
Meski saham DADA masih berada di level Rp50 per saham, kinerja fundamental yang relatif stabil membuat sebagian investor retail tetap mengoleksi saham ini dengan alasan valuasi yang rendah. Dengan Price to Book Value (PBV) di bawah 0,5 kali, DADA tergolong saham undervalued di sektor properti.
Antrean Jual Saham Gocapan DADA Mengular
Dari lantai bursa, saham DADA terjun bebas dari level 178 menjadi hanya Rp50 per saham dalam dua pekan terakhir.
Dalam perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, harga saham DADA stagnan di level Rp50 per saham, harga terendah yang diizinkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau dikenal dengan istilah auto reject bawah (ARB). Berdasarkan data pasar, total volume transaksi mencapai 1,16 miliar saham dengan nilai transaksi Rp1,16 triliun.
Penurunan ini memperpanjang tren koreksi beruntun sejak 9 Oktober, ketika saham DADA masih diperdagangkan di level Rp178 per saham.
Secara kumulatif, saham DADA telah anjlok lebih dari 70 persen dalam dua minggu, menjadikannya salah satu saham berkapitalisasi kecil dengan volatilitas paling ekstrem di papan perdagangan BEI.
Berdasarkan data order book, antrean jual di harga Rp50 mencapai 2,63 juta lot, dengan frekuensi transaksi lebih dari 4.000 kali. Artinya, tekanan jual masih jauh lebih besar dibandingkan minat beli.
Selama lima hari terakhir, saham DADA tidak menunjukkan tanda-tanda rebound berarti. Volume transaksi yang mencapai miliaran saham lebih banyak didorong oleh aksi panic selling investor ritel yang ingin segera keluar dari posisi. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.