Logo
>

Saham Himbara Melemah, Pasar Tunggu Arah Jelas 80.000 Kopdes Merah Putih

Di tengah peluncuran Koperasi Merah Putih oleh Presiden Prabowo, saham bank Himbara justru melemah. Pasar masih menanti detail teknis dan eksekusi konkret di lapangan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham Himbara Melemah, Pasar Tunggu Arah Jelas 80.000 Kopdes Merah Putih
Ilustrasi bank-bank himbara.

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Di tengah momen besar peluncuran 80.000 Koperasi Desa Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto, Senin, 21 Juli 2025, saham bank-bank Himbara justru bergerak ke arah sebaliknya. 

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tercatat turun 0,84 persen, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) melemah 0,7 persen, Bank Negara Indonesia (BBNI) terkoreksi 0,4 persen, dan Bank Syariah Indonesia (BRIS) ikut melemah 0,3 persen.

Pergerakan ini memang tak mencerminkan pesimisme pasar, namun lebih kepada sikap hati-hati investor dalam mencerna skala dan dampak nyata dari program koperasi desa yang digadang-gadang sebagai infrastruktur ekonomi baru di level akar rumput.

Program Koperasi Merah Putih sendiri bukan proyek kecil. Pemerintah berambisi menciptakan jaringan koperasi yang tak sekadar menjadi toko sembako atau agen pupuk, melainkan juga mengintegrasikan fungsi keuangan, distribusi, dan layanan publik di setiap desa. 

Bank-bank Himbara, sebagai mitra strategis negara, tentu akan menjadi salah satu pilar utama dalam pembiayaan dan digitalisasi sistem koperasi ini.

Namun, sentimen positif dari peluncuran ini belum sepenuhnya terbaca di pasar saham. Investor masih menunggu kejelasan lebih lanjut. bagaimana skema pembiayaan koperasi akan dijalankan? Sejauh mana eksposur bank-bank pelat merah terhadap proyek ini? 

Dan yang tak kalah penting, apakah program ini bisa dieksekusi secara merata dan efisien dalam waktu dekat?

BBTN Melemah Paling Dalam

Di antara seluruh emiten bank pelat merah, kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjadi sorotan lantaran mencatatkan pelemahan paling dalam. Saham BBTN ditutup turun 2,49 persen ke posisi Rp1.175 setelah sempat dibuka di level Rp1.210. 

Harga penutupan ini sekaligus menjadi titik terendah sepanjang sesi perdagangan hari ini, mencerminkan tekanan jual yang tak terbendung sejak awal.

Koreksi tajam ini terjadi saat pelaku pasar tampaknya masih ragu terhadap arah pemulihan sektor property, segmen utama bisnis BBTN. Dengan suku bunga kredit yang relatif masih tinggi dan daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya, ekspektasi pasar terhadap pembiayaan rumah rakyat masih tertahan. 

Nilai transaksi BBTN hari ini mencapai Rp13 miliar dengan volume sekitar 109 ribu lot, cukup moderat tapi menunjukkan pelemahan yang konsisten sepanjang sesi.

Di sisi lain, saham bank besar lainnya seperti BBRI dan BBNI tercatat melemah lebih terbatas. BBRI ditutup turun 0,26 persen di level Rp3.850 dengan transaksi mencapai Rp215 miliar, sementara BBNI terkoreksi 0,24 persen ke Rp4.110. 

Meski mencatat penurunan, kedua saham ini tetap mencatat volume transaksi yang solid, menunjukkan bahwa minat investor institusional belum benar-benar surut.

BMRI atau Bank Mandiri juga mencatat pelemahan 1,05 persen ke Rp4.690, setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp4.770 di awal sesi. 

Dengan nilai transaksi mendekati Rp300 miliar, pergerakan Mandiri lebih mencerminkan aksi ambil untung jangka pendek, ketimbang sinyal pelemahan struktural.

Satu-satunya saham Himbara yang stagnan hari ini adalah BRIS. Saham bank syariah milik BRI tersebut bertahan di level Rp2.800 tanpa perubahan harga, meski sempat bergerak ke Rp2.820. 

Pergerakan BRIS yang cenderung stabil menunjukkan bahwa pelaku pasar masih menahan diri untuk masuk lebih dalam ke sektor syariah, setidaknya hingga ada katalis baru.

Penurunan saham Himbara hari ini bisa dibaca sebagai bentuk kehati-hatian, bukan penolakan. Pasar tahu bahwa proyek koperasi ini menyimpan potensi besar, tetapi juga menyadari bahwa realisasinya butuh waktu, konsistensi, dan struktur implementasi yang matang. 

Tanpa kejelasan soal distribusi risiko dan prospek monetisasi langsung, wajar jika sebagian pelaku pasar memilih menepi sejenak.

Di sisi lain, jika koperasi-koperasi ini kelak benar-benar berfungsi optimal, menyalurkan kredit mikro, mendorong transaksi keuangan, dan memperkuat inklusi di desa, maka bank-bank Himbara justru bisa memetik manfaat jangka panjang. 

Apalagi bagi BRI dan BRIS yang selama ini memang fokus pada segmen UMKM dan pembiayaan rakyat.

Untuk saat ini, investor memilih bersikap realistis. Mereka menunggu bukan hanya pidato dan simbol, tetapi juga langkah konkret di lapangan. Jika eksekusinya berjalan baik, bukan tak mungkin cerita besar koperasi ini menjadi pendorong baru bagi pertumbuhan kinerja perbankan nasional. 

Tapi sampai saat itu datang, pasar akan tetap selektif. Dan hari ini, itu tercermin dari grafik yang cenderung melemah.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79