Logo
>

Saham MAHA Turun Meski Produksi Batu Bara Nasional Naik

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Saham MAHA Turun Meski Produksi Batu Bara Nasional Naik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Di tengah kenaikan produksi batu bara nasional, PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) justru mengalami penurunan kinerja. Merujuk pada laporan keuangan kuartal II 2024, total aset MAHA turun dari Rp2,55 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp2,49 triliun pada pertengahan 2024, turun sebesar Rp61,18 miliar atau -2,39 persen.

    Performa Saham

    Dikutip dari data Stockbit, Performa harga saham MAHA mengalami penurunan sebesar 3,05 persen dalam satu minggu terakhir. Dalam jangka waktu satu bulan, harga saham juga mencatat penurunan sebesar 6,37 persen. Jika dilihat dalam periode tiga bulan, penurunan lebih signifikan, yakni mencapai 11,57 persen.

    Namun, dalam jangka waktu enam bulan, harga saham MAHA menunjukkan kenaikan sebesar 3,80 persen. Sayangnya, performa tahunan mencatat penurunan yang cukup tajam sebesar 10,75 persen. Sejak awal tahun hingga saat ini, harga saham MAHA mengalami penurunan sebesar 1,04 persen. Sepanjang 52 minggu terakhir, harga saham MAHA mencapai titik tertinggi di angka Rp306,00 dan titik terendah di angka Rp163,00.

    Aset MAHA

    Penurunan ini terutama karena penurunan aset lancar yang signifikan. Aset lancar turun dari Rp948,77 miliar menjadi Rp798,71 miliar, berkurang Rp150,06 miliar atau -15,82 persen. Penurunan terbesar terjadi pada kas dan bank yang turun drastis Rp231,94 miliar atau -43,15 persen. Sebaliknya, aset tidak lancar naik dari Rp1,61 triliun menjadi Rp1,69 triliun, naik Rp88,88 miliar atau 5,54 persen. Namun, investasi saham dalam aset tidak lancar turun Rp29,81 miliar atau -7,05 persen.

    Total liabilitas MAHA meningkat dari Rp746,42 miliar pada 31 Desember 2023 menjadi Rp 784,21 miliar pada 30 Juni 2024, naik Rp 37,79 miliar atau 5,06 persen. Liabilitas jangka pendek naik dari Rp 490,54 miliar menjadi Rp 576,44 miliar, naik Rp 85,90 miliar atau 17,52 persen. Utang usaha pihak ketiga menjadi penyumbang terbesar kenaikan ini dengan peningkatan Rp 82,37 miliar atau 30 persen. Sementara itu, liabilitas jangka panjang justru turun dari Rp 255,88 miliar menjadi Rp 207,77 miliar, turun Rp 48,11 miliar atau -18,80 persen.

    Total piutang usaha naik dari Rp325,91 miliar pada akhir Desember 2023 menjadi Rp393,19 miliar pada akhir Juni 2024, naik Rp67,28 miliar atau 20,65 persen. Piutang usaha pihak ketiga berkontribusi paling besar terhadap kenaikan ini, naik Rp64,47 miliar atau 22,37 persen. Piutang usaha pihak berelasi naik Rp2,80 miliar atau 7,42 persen. Piutang usaha yang macet hanya Rp0,61 miliar, menunjukkan pengelolaan piutang yang efektif oleh perusahaan.

    Total persediaan naik dari Rp70,39 miliar menjadi Rp88,86 miliar, naik Rp18,47 miliar atau 26,25 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada item ban, yang naik signifikan Rp14,29 miliar atau 89,25 persen, mencerminkan persiapan perusahaan untuk memenuhi permintaan operasional yang meningkat.

    Pendapatan

    Pendapatan MAHA naik dari Rp884,78 miliar pada semester pertama 2023 menjadi Rp1,24 triliun pada semester pertama 2024, naik Rp352,17 miliar atau 39,81 persen. Pendapatan terbesar berasal dari jasa pengangkutan batubara. Pelanggan terbesar adalah PT Indonesia Pratama, yang berkontribusi Rp712,21 miliar atau 57,60 persen dari total pendapatan.

    Beban pokok pendapatan naik dari Rp675,88 miliar menjadi Rp1,02 triliun, naik Rp343,57 miliar atau 50,84 persen. Kontributor terbesar adalah biaya perbaikan dan pemeliharaan, mencapai Rp365,95 miliar. Pemasok terbesar adalah PT Pertamina (Persero) dengan pembelian Rp194,91 miliar.

    Beban umum dan administrasi meningkat dari Rp70,45 miliar menjadi Rp82,64 miliar, naik Rp12,19 miliar atau 17,30 persen. Beban terbesar dalam kategori ini adalah gaji dan tunjangan, mencapai Rp67,36 miliar.

    Pendapatan lainnya turun dari Rp49,95 miliar menjadi Rp34,65 miliar, turun Rp15,30 miliar atau -30,62 persen. Penurunan ini terutama karena penurunan pendapatan dividen. Sementara itu, beban keuangan naik dari Rp11,10 miliar menjadi Rp17,51 miliar, naik Rp6,41 miliar atau 57,74 persen. Peningkatan ini sebagian besar karena beban bunga liabilitas sewa yang mencapai Rp17,50 miliar.

    Laba

    Laba usaha MAHA turun dari Rp188,28 miliar menjadi Rp167,94 miliar, turun Rp20,34 miliar atau -10,81 persen. Namun, laba sebelum pajak naik drastis dari rugi Rp24,80 miliar menjadi laba Rp129,91 miliar, naik Rp154,71 miliar. Penyumbang utama kenaikan ini adalah peningkatan pendapatan operasional dan penurunan beban operasional lainnya.

    Laba bersih tahun berjalan naik dari rugi Rp55,07 miliar menjadi laba Rp99,40 miliar, naik Rp154,47 miliar. Penyumbang utama kenaikan ini adalah lonjakan pendapatan dan penurunan beban operasional lainnya. Salah satu pencapaian paling menonjol dari MAHA adalah kemampuannya melakukan turnaround dari rugi menjadi laba. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik dari rugi Rp 54,52 miliar pada semester pertama 2023 menjadi laba Rp 101,15 miliar pada semester pertama 2024, naik Rp 155,67 miliar. Peningkatan ini sebagian besar karena peningkatan pendapatan dan penurunan beban operasional lainnya.

    Arus Kas

    Arus kas operasional MAHA naik dari Rp147,28 miliar menjadi Rp220,67 miliar, naik Rp73,39 miliar atau 49,83 persen. Peningkatan ini sebagian besar karena peningkatan penerimaan kas dari pelanggan. Arus kas operasional yang lebih besar dari laba menunjukkan efisiensi operasional yang baik. Selain itu, arus kas operasional cukup untuk membayar capex sebesar Rp172,10 miliar, namun tidak mencukupi untuk membayar total liabilitas yang mencapai Rp784,21 miliar.

    Cadangan kas turun dari Rp537,61 miliar pada akhir 2023 menjadi Rp305,67 miliar pada akhir Juni 2024, turun Rp231,94 miliar atau -43,15 persen. Penurunan ini terutama karena penurunan arus kas dari aktivitas pendanaan, termasuk pembayaran dividen dan liabilitas sewa.

    Pada tahun 2023, MAHA mengalami kerugian sebesar Rp55,07 miliar pada semester pertama. Penyebab utama kerugian ini adalah beban keuangan yang tinggi dan penurunan pendapatan lainnya, termasuk pendapatan dividen. Selain itu, peningkatan beban operasional dan administrasi juga turut berkontribusi terhadap kerugian yang dialami oleh perusahaan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).